Cerita Pria Sumedang Hijrah dari Karyawan Jadi Bos Bibit Sayuran

Cerita Pria Sumedang Hijrah dari Karyawan Jadi Bos Bibit Sayuran

Nur Azis - detikJabar
Selasa, 12 Jul 2022 16:00 WIB
Engkus Sugiri (44) membudidayakan bibit sayuran di Sumedang
Engkus Sugiri (44) membudidayakan bibit sayuran di Sumedang (Foto: Nur Azis/detikJabar)
Sumedang -

Pandemi COVID-19 memaksa sebagian orang memilih untuk beralih profesi dari pekerjaan sebelumnya. Salah satu penyebabnya lantaran kondisi perusahaan yang tidak stabil.

Seperti yang dialami oleh Engkus Sugiri (44). Seorang warga asal Kampung Ciseupan, Desa Sukasari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang.

Ia kini cukup sukses menjadi seorang petani bibit sayuran di kampung halamannya dari yang sebelumnya bekerja di salah satu showroom motor di Kota Bandung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu, perusahaan tempat dimana dirinya bekerja menjadi tidak stabil lantaran terkena efek pandemi COVID-19. Padahal, ia sendiri telah bekerja di perusahaan tersebut tidak kurang dari 5 tahun.

"Waktu itu showroom dimana saya bekerja harusnya tutup. Hal itu lantaran pendapatannya sangat minim saat awal-awal adanya kebijakan lockdown," ujar dia kepada detikJabar belum lama ini.

ADVERTISEMENT
Engkus Sugiri (44) membudidayakan bibit sayuran di SumedangEngkus Sugiri (44) membudidayakan bibit sayuran di Sumedang Foto: Nur Azis/detikJabar

Selepas dari perusahaannya, ia pun memutuskan terjun ke dalam dunia pertanian khususnya pembibitan pada sekitar tahun 2020. Bidang ini ia tekuni berawal dari niatannya untuk memberdayakan diri dan para pemuda di kampung halamannya.

Saat itu, ia bersama para pemuda lainnya memutuskan untuk mendirikan sebuah kelompok tani dengan objeknya berupa budidaya bibit sayuran.

Namun di tengah perjalanan, kelompok tani tersebut tidak berjalan lancar lantaran satu dan lain hal. Hingga pada akhirnya budidaya bibit ini pun dikelola oleh dirinya seorang.

"Karena budidaya bibit ini butuh konsistensi, sementara pemuda yang gabung saat itu ada yang sibuk kuliah dan bekerja, jadi saat itu mereka pun menyerahkan sepenuhnya kepada saya lantaran modalnya juga dari saya," paparnya.

Belajar Lewat Internet

Singkat cerita, budidaya tersebut kini dipegang oleh Engkus seorang. Engkus sendiri awalnya tidak mumpuni dalam bidang itu. Namun bermodalkan pengalamannya bertani tembakau saat bersama orang tuanya dulu ditambah keuletannya berselancar di dunia maya menjadikannya sedikit banyak paham soal budidaya bibit tersebut.

"Modal saya awalnya hanya dari lihat Youtube sama googling-googling di internet saja soal budidaya bibit ini," ungkap Engkus kepada detikJabar belum lama ini.

Ia memulai usahanya itu dengan total modal sekitar Rp 40 juta. Budidaya bibitnya menggunakan media potray atau nampan semai dengan dinaungi bangunan greenhouse dengan memanfaatkan halamam depan pekarangan rumahnya. Beragam macam bibit sayuran pun ditanam di sana.

"Bibit yang saya budidayakan seperti bibit tomat, cabai, sosin dan beragam bibit sayuran lainnya," ungkapnya.

Dalam satu musim, engkus mampu memproduksi sekitar 1 juta bibit dengan jumlah potray sekitar 5 ribuan. Dari hasil produksi tersebut, engkus mampu meraup penghasilan kurang lebih sekitar RP 200 jutaan per tahunnya.

"Pendapatan kotor jika dibagi 12 bulan sekitar Rp 15 juta dalam sebulan, sementara keuntungan bersihnya sekitar Rp 5 jutaan," ujarnya.

Saat ini, Engkus baru memasarkan produksinya ke para petani yang ada di sekitaran Sumedang. Hal itu bukan berarti minimnya antusias pembeli namun lebih kepada menyeimbangkan dengan kemampuan produksi.

"Sistem pemasaran bibit ini cukup banyak pangsa pasarnya, makanya saat ini baru dari mulut ke mulut, kalau dipasarkan secara online, takutnya terlalu banyak pemesan sementara kemampuan produksi terbatas," ujarnya.

Engkus Sugiri (44) membudidayakan bibit sayuran di SumedangEngkus Sugiri (44) membudidayakan bibit sayuran di Sumedang Foto: Nur Azis/detikJabar

Setelah menjadi pembudidaya bibit, ia pun kini mengaku bisa lebih menikmati pekerjaannya. Selain itu, ia pun lebih banyak waktu bersama keluarganya.

"Bedanya kalau sekarang biar pun kerjanya dari pagi tapi posisinya di rumah, jadi waktu luang bersama keluarga lebih banyak, dan satu lagi tidak ada tekanan target penjualan seperti di perusahaan sebelumnya," ucap Engkus yang diketahui telah menikah dan dikarunia 2 orang putra tersebut.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads