Catatan DPRD untuk Manajemen Pengolahan Sampah Pemkot Bandung

Catatan DPRD untuk Manajemen Pengolahan Sampah Pemkot Bandung

Rifat Alhamidi - detikJabar
Minggu, 21 Des 2025 19:00 WIB
Catatan DPRD untuk Manajemen Pengolahan Sampah Pemkot Bandung
Ilustrasi sampah menumpuk di pinggir jalan. (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)
Bandung -

Kota Bandung sedang menghadapi ancaman krisis sampah. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung menghitung proyeksi timbulan sampah yang tidak terangkut, yang jika dibiarkan, dapat mencapai 4.500 ton hingga April 2026.

Anggota Komisi III DPRD Kota Bandung Aan Andi Purnama pun turut menyoroti masalah ini. Ia menyatakan, krisis ini terjadi karena adanya masalah dalam manajerial pengolahan sampah, yang membuat Kota Bandung terancam krisis tahun depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Selama ini Kota Bandung salah kelola dalam pengelolaan sampah. Sistem penanganan sampah yang dilakukan Pemerintah Kota Bandung saat ini masih menggunakan metode konvensional dengan skema kumpul-angkut-buang," kata Aan dalam keterangan tertulisnya.

Metode ini, kata Aan, justru mengakibatkan pemborosan anggaran dalam upaya pengelolaan sampah. Ditambah, TPA Sarimukti, yang selama ini menjadi andalan, sudah kelebihan kapasitas sehingga Pemkot harus segera mencari solusi.

ADVERTISEMENT

"Akibatnya, kebijakan pengurangan ritasi pengangkutan sampah ke TPA Sarimukti menyebabkan penumpukan sampah di berbagai titik di Kota Bandung," ujarnya.

Aan bahkan menyatakan, Pemkot Bandung sudah terlambat menerapkan metode pengolahan sampah yang ramah lingkungan dengan strategi pemilahan di sumbernya. Apalagi, kondisi ini turut diperparah karena pengolahan sampah di TPS Kota Bandung hanya mencapai 300 ton sehari.

"Ini tidak seimbang dengan volume timbulan sampah harian kurang lebih 1.600 ton per hari. Penggunaan insinerator dalam pengolahan sampah sifatnya sementara dalam situasi darurat sampah karena berdampak lingkungan. Insinerator bukan solusi pengolahan sampah permanen," ungkapnya.

Sebagai solusinya, Aan mendorong Pemkot Bandung membangun sistem pengolahan sampah dengan teknologi ramah lingkungan seperti RDF hingga biodigester. Selain itu, ritasi pengangkutan sampah ke TPA Sarimukti harus dibatasi hanya untuk jenis sampah residu.

"DLH harus membangun infrastruktur SPA (Stasiun Peralihan Antara) untuk mengelola residu sampah dari semua TPS sebelum diangkut ke TPA. Pelibatan masyarakat dalam proses awal pengolahan berupa pemilihan sampah di sumber harus dilakukan secara rutin dan masif di semua wilayah," tuturnya.

Potensi Sampah Tak Terangkut Capai 4.500 Ton

Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung menghitung potensi timbulan sampah yang tidak terangkut. Berdasarkan perhitungannya, jumlahnya dapat mencapai angka 4.500 ton hingga April 2026.

"Jika tidak ada pengurangan pengolahan yang signifikan, tanggal 5 April, Kota Bandung akan menghadapi tumpukan sampah di atas 4.500 ton," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung Darto kepada wartawan.

Timbulan sampah harian Kota Bandung mencapai sekitar 1.500 ton per hari. Sementara, Pemkot Bandung hanya diberi jatah pembuangan sampah ke TPA Sarimukti 981 ton per hari.

Timbulan itu berpotensi meningkat tahun depan karena kuota pembuangan ke TPA Sarimukti akan dikurangi. Namun, Darto belum bisa merinci kuota yang akan dikurangi.

"Kami belum berani menyatakan sebelum ada keputusan. Pokoknya nanti kalau memang misalnya ada pengurangan lagi, ya kita harus bersiap," ucapnya.

Timbulan sampah di Kota Bandung pun diprediksi meningkat saat libur panjang Natal dan Tahun Baru (Nataru). Dinas mewaspadai 17 titik jalan di Kota Bandung untuk memastikan peningkatan volume sampah dapat segera diatasi.

"Pak Wali Kota sudah memerintahkan supaya 17 titik di keramaian publik itu dipantau timbulan sampahnya. Kami sudah mempersiapkan sejumlah antisipasi, salah satunya dengan mengerahkan 249 orang yang bekerja tiga shift," pungkasnya.

(ral/orb)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads