Kabar duka menyelimuti keluarga Deni Sugiarto, seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Sukabumi, Jawa Barat. Selama lima bulan, jenazah Deni masih tertahan di Kamboja dan belum bisa dimakamkan di kampung halaman karena terkendala biaya pemulangan yang tinggi.
Deni meninggal dunia akibat sakit. Hingga kini, jenazahnya masih disemayamkan di Yim Funeral Service, kawasan Wat Steung Meanchey, Kamboja.
Pihak keluarga kini tengah berpacu dengan waktu. Ledi Yuda Wibawa, perwakilan keluarga, mengungkapkan bahwa otoritas setempat di Kamboja memberikan pilihan sulit: jenazah dimakamkan di sana atau dipulangkan dengan biaya mandiri karena status almarhum tidak ditanggung pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat itu Kami ditawarkan dua pilihan, jenazah dimakamkan di sana atau dipulangkan dengan biaya sendiri karena status kerja almarhum adalah buruh migran," ungkap Ledi kepada wartawan.
Awalnya, biaya yang diminta sangat tinggi, mencapai ratusan juta rupiah. Hal ini memaksa keluarga menunda proses pemulangan selama berbulan-bulan.
"Biayanya sangat tinggi hingga Rp 120 juta, sehingga kami meminta untuk menunda pemulangan jenazahnya sambil berusaha mengumpulkan dana pemulangan," tambah Ledi.
Setelah melalui negosiasi panjang dengan bantuan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), keluarga mendapatkan keringanan biaya. Angka Rp 120 juta tersebut turun menjadi Rp 40 juta.
Meski turun drastis, jumlah tersebut tetap besar bagi keluarga. Apalagi, dana itu harus segera disetorkan agar proses administrasi dan penerbangan jenazah dapat diproses.
Menghadapi tenggat waktu yang kian mendesak, keluarga memutuskan membuka donasi terbuka dan meminta bantuan masyarakat.
"Kami sangat berterima kasih atas doa, perhatian, dan bantuan semua pihak. Berapa pun donasi yang diberikan sangat berarti bagi keluarga kami," ujar Ledi.
Bagi masyarakat yang ingin membantu, keluarga membuka saluran donasi dan konfirmasi melalui nomor 0857-1596-2031. Transparansi dana akan dilaporkan setiap hari melalui media sosial keluarga.
Pamit ke Singapura, Ternyata di Kamboja
Di balik kesulitan biaya ini, keberangkatan Deni menyisakan cerita pilu. Ria Rianti (46), kakak kandung almarhum, menuturkan bahwa keluarga awalnya tidak mengetahui Deni bekerja di Kamboja.
Menurut Ria, saat berpamitan, adiknya mengaku akan bekerja di Singapura. Hal ini memunculkan dugaan bahwa Deni mungkin menjadi korban penipuan atau Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dengan modus penipuan negara tujuan.
"Pada bulan Agustus, Deni sempat bercerita mau pergi ke luar negeri. Waktu ditanya ke mana, dia bilang tujuan Singapura," tutur Ria mengenang komunikasi terakhir dengan adiknya.
Ria menceritakan, proses keberangkatan Deni terkesan mendadak setelah mendapatkan telepon dari seseorang yang disebut 'teman'. Saat itu, Deni hanya meminta doa restu tanpa menjelaskan detail pekerjaan.
"Mula-mula, ia menelepon untuk mengabarkan rencana keberangkatan kerja. Dia bilang ada teman. Pesannya cuma, 'Doain aja, yang terpenting doain aja Kakak, ya'," pungkas Ria.
15 Warga Sukabumi di Kamboja
Sebanyak 15 warga Sukabumi, Jawa Barat, yang sebelumnya dilaporkan sempat terjebak perang di perbatasan, kini telah tiba di Kamboja. Namun, mimpi mendapat gaji besar berpotensi berubah menjadi mimpi buruk.
Pasalnya, pekerjaan yang menanti mereka diduga kuat adalah menjadi operator penipuan daring (scammer) dengan risiko penyiksaan fisik.
Direktur LBH Pro Ummat Rangga Suria Danuningrat, membeberkan fakta mengerikan terkait pekerjaan 'admin slot/gacor' yang sering ditawarkan agen ilegal. Menurutnya, para korban awalnya diiming-imingi pekerjaan santai hanya dengan bermodal ponsel.
"Awalnya diiming-imingi kerja enak, pakai handphone doang. Tapi begitu sampai di sana, mereka disuruh menipu orang (scam) dan mengelola judi online," ungkap Rangga, Selasa (16/12/2025).
Modus 'Love Scamming' dan Peras Korban
Rangga menjelaskan, tugas utama para pekerja ini biasanya menyasar warga negara asing, terutama dari Tiongkok. Modusnya adalah penipuan asmara atau love scamming.
Para pekerja dipaksa berpura-pura menjadi perempuan untuk memikat korban. Bahkan, pekerja laki-laki harus menggunakan alat pengubah suara agar terdengar seperti wanita.
"Modusnya pacaran, seolah-olah dari Indonesia mencari pasangan orang China. Kalau laki-laki, suaranya dijadikan perempuan. Ujungnya diajak video mesum, lalu direkam untuk memeras dan merampok korban," beber Rangga.
Risiko yang dihadapi para pekerja migran ilegal ini sangat fatal. Jika gagal mendapatkan korban atau tidak mencapai target, mereka akan menghadapi hukuman bertingkat, mulai dari tidak digaji hingga penyiksaan fisik.
"Kalau gagal scam orang, awalnya tidak dikasih gaji. Kedua kalinya, mereka disiksa," tegasnya.
Rangga juga menceritakan kasus serupa yang menimpa warga Cianjur sebelumnya. Korban tersebut dipulangkan dalam kondisi mengenaskan akibat penyiksaan medis dan akhirnya meninggal dunia.
"Ada kasus warga Cianjur yang pulang, dia disuntik terus-menerus di sana. Sampai di sini (Indonesia), tiga hari kemudian meninggal dunia," tuturnya.
Lebih mengerikan lagi, jika pekerja mencoba kabur atau dianggap merugikan perusahaan, mereka dipaksa mengganti rugi biaya rekrutmen yang mencapai Rp 30 juta. Jika tidak mampu membayar, ancamannya adalah pengambilan organ tubuh.
"Ada yang penjualan organ, karena mereka harus mengganti biaya agen yang sudah dikeluarkan sekitar Rp 30 juta," tambah Rangga.
Berdasarkan pola kasus TPPO Kamboja, Rangga menyebut para korban biasanya tidak ditempatkan di kota besar, melainkan di wilayah terisolasi di perbatasan Kamboja-Myanmar. Wilayah ini dikenal dengan sebutan 'New City' yang berada di tengah hutan dengan penjagaan ketat.
"Disimpan di perbatasan Kamboja-Myanmar, ada namanya New City, kota di tengah hutan. Di situ tidak bisa ke mana-mana, diawasi ketat. Kalau kabur ketahuan, pasti disiksa," pungkasnya.
LBH Pro Ummat kini terus memantau kondisi 15 warga Sukabumi tersebut dan berkoordinasi dengan Unit PPA Kepolisian untuk langkah mitigasi dan penyelamatan.
Simak Video "Video: Detik-detik Replika Patung Liberty Roboh Dihantam Angin kencang"
[Gambas:Video 20detik]
(sya/mso)











































