Bupati Ciamis Herdiat Sunarya menyampaikan keprihatinannya terhadap merosotnya akhlak dan mental, terutama generasi muda saat ini. Kekhawatiran itu bukan tanpa alasan. Ia mengaku menyaksikan sendiri sekelompok orang yang mengaku sebagai bagian dari kaum LGBT berkumpul secara terang-terangan di salah satu sudut Alun-alun Ciamis, tepat di seberang Pendopo dan di depan Masjid Agung Ciamis.
Herdiat mengatakan, digitalisasi turut memengaruhi perilaku generasi muda. Jika tidak diarahkan dengan baik, teknologi justru bisa memicu munculnya tindakan-tindakan yang tidak diharapkan. Dalam beberapa pertemuan bersama para sesepuh, pemerintah daerah akhirnya sepakat untuk mendeklarasikan perang terhadap berbagai bentuk kemaksiatan yang dinilai semakin meresahkan.
Bupati Herdiat menceritakan sebagian kelompok tertentu yang secara terbuka menyatakan diri sebagai LGBT menjadi salah satu faktor yang membuatnya prihatin. Terlebih, ia menyaksikan sendiri aktivitas berkumpul dan bertransaksi kelompok itu di area Alun-alun Ciamis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang paling memprihatinkan lagi, itu terjadi di depan mata saya, mata kami di Alun-alun Ciamis. Mereka berkumpul, bertransaksi, selanjutnya entah ke mana," ungkapnya, Selasa (9/12/2025).
Kondisi ini mendorong Pemkab Ciamis memperketat pembatasan jam operasional alun-alun hingga pukul 23.00 WIB atau 24.00 WIB saat hari libur. Herdiat juga menugaskan delapan anggota Satpol PP melakukan patroli setiap malam. Langkah ini diharapkan dapat mencegah penggunaan ruang publik untuk aktivitas yang dianggap tidak sesuai norma.
"Kami sudah perintahkan ada 8 orang Satpol PP patroli di lokasi itu setiap malam. Paling tidak, dengan adanya petugas satpol PP bisa mengusir. Sebab banyak dimanfaatkan oleh hal-hal tidak baik. Antara Masjid Agung depannya di kawasan alun-alun ada kursi kursi tempat duduk, persis di depannya terjadinya pertemuan-pertemuan LGBT tersebut," ujar Herdiat.
Herdiat menekankan penguatan iman dan ketakwaan merupakan fondasi penting yang harus dibangun bersama. Pemerintah dan ulama tidak bisa bekerja sendiri. Peran orang tua juga sangat menentukan, karena merekalah yang paling sering berinteraksi dan mengawasi anak-anak.
Ia juga mengungkapkan pada tahun ini tercatat sekitar 50 kasus terkait LGBT dan kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Ciamis. Herdiat mengingatkan dampaknya tidak hanya dirasakan oleh para korban langsung, tetapi bisa menjalar dan memengaruhi ratusan bahkan ribuan orang di masa mendatang.
Herdiat mengungkapkan terhambatnya berbagai program pembinaan yang sebelumnya menunjukkan tren positif. Pada 2019, gerakan Magrib Mengaji dan salat berjamaah di masjid tumbuh pesat, tetapi kemudian meredup akibat pandemi Covid-19.
Pada 2023, para sesepuh kembali menghidupkan program pembinaan keagamaan dan pemerintah daerah langsung memberikan dukungan penuh. Herdiat berkomitmen selama masa kepemimpinannya program tersebut tidak hilang dan justru ditingkatkan kualitasnya.
(dir/dir)











































