Suasana hening dan gemercik air terdengar di permukiman yang dilanda banjir di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung. Malam yang gelap hanya diterangi cahaya bulan.
Permukiman yang terendam tampak tanpa aktivitas warga. Warga hanya terlihat berkumpul di area dataran tinggi yang tidak terdampak banjir. Mereka hanya bisa melihat ke arah rumahnya yang masih tergenang.
Hujan dengan intensitas tinggi melanda permukiman yang berada di Kampung Sukarame, Desa Cingcin, Kecamatan Soreang. Air menggenang dengan cepat kala aliran dari wilayah hulu mengalir deras.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Air dari Sungai Citaliktik mengalir deras, menggenangi Komplek Parahyangan Kencana sebelum meluber ke permukiman. Warga terlihat hanya bisa pasrah kala air menggenang dengan ketinggian air mencapai sekitar satu meter.
"Ini awalnya dari hujan kurang lebih dari jam 1 siang, terus air mulai naik (banjir) sekitar pukul 15.00 sore," ujar warga sekitar, Muhamad Firman Ramadhan (23), saat ditemui detikJabar, Kamis (4/12/2025) malam.
Banjir dengan genangan yang tinggi tersebut baru kali ini dirasakan warga. Pasalnya, jika hujan dengan intensitas tinggi, air biasanya tidak menggenang dan cepat surut.
"Dari dulu tidak seperti ini, tidak sampai ke warga. Kalau banjir dari arah Polres (Komplek Parahyangan Kencana) pasti dampaknya tidak terlalu besar, karena ada saluran yang mengarah ke arah CPI ke warung Lobak. Tapi sekarang jadi banjir seperti ini," katanya.
Firman menduga banjir tersebut disebabkan oleh saluran air atau selokan yang meluap. Kemudian adanya area persawahan yang telah dijadikan area perumahan.
"Jadi airnya bisa langsung deras ke sini," jelasnya.
Akibat banjir tersebut, mayoritas warga mengungsi ke rumah keluarga atau saudara di wilayah lain. Permukiman tersebut dihuni sebanyak enam rumah, yang dihuni oleh enam Kepala Keluarga (KK).
"Ini ada enam KK dan baru pertama kali harus mengungsi ke rumah saudara," ungkapnya.
Firman menambahkan, saat ini warga memutuskan untuk mematikan listrik yang ada di rumah. Langkah ini diambil untuk mencegah bahaya korsleting listrik.
"Iya, dimatikan karena takut korsleting, takut ada percikan api dari rumah," bebernya.
Ia meminta pemerintah terkait memberikan solusi penanganan banjir. Pasalnya, saat ini warga terganggu aktivitasnya dan harus mengungsi sementara.
"Kami mohon bantuan, Pak Dedi atau aparat pemerintah manapun, tolong perhatikan kondisi kami. Tidak ada solusinya, tetap banjir, banjir, banjir lagi," pungkasnya.
(mso/mso)











































