Kabar duka datang dari Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel). Seorang petani merica bernama Nurdin (57) ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan akibat serangan ular piton yang berukuran sekitar 7 meter.
Peristiwa itu terjadi saat korban mengendarai sepeda motor berboncengan dengan istrinya hendak pulang ke rumah. Peristiwa tragis ini bukan kali pertama terjadi di wilayah Nusantara. Kejadian ini seketika menjadi perhatian publik. Pertanyaan mendasar pun muncul: Apakah ular secara alami memiliki naluri untuk memburu dan menyerang manusia?
Secara umum, herpetolog (ahli reptil dan amfibi) sepakat bahwa manusia bukanlah mangsa alami ular. Sebagian besar kasus gigitan ular terjadi karena mekanisme pertahanan diri (defensive bite). Ular akan menyerang jika merasa terancam, terinjak, atau diprovokasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari penelitian Dafa dan Suyanto (2021), ular pada umumnya tidak akan menyerang manusia kecuali jika merasa dalam berbahaya. Sebagian besar ular cenderung menjauh atau melarikan diri daripada berhadapan langsung dengan manusia.
Seorang petani merica bernama Nurdin (57) tewas gegara digigit lalu dililit ular piton berukuran sekitar 7 meter di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel). Foto: Ular piton mati ditebas warga usai melilit petani di Luwu Timur. (dok. istimewa) |
Namun, kasus di Luwu Timur dan beberapa insiden lainnya yang terjadi di Sulawesi melibatkan ular sanca atau ular piton yang berukuran raksasa.
Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Amir Hamidy dalam publikasi ilmiahnya menekankan bahwa ular sanca kembang atau piton adalah salah satu dari sedikit spesies ular yang berpotensi memangsa manusia, terutama jika ular berukuran lebih dari 4 hingga 5 meter.
Karakteristik Sanca Kembang (Ular Piton)
Sanca kembang atau piton merupakan reptil terpanjang di dunia. Reptil ini memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa, mulai dari hutan hujan tropis hingga area perkebunan kelapa sawit. Ular piton berbeda dengan ular berbisa yang membunuh dengan racun, piton melumpuhkan mangsa dengan metode belitan.
Belitan dari ular piton mampu menghentikan aliran darah hingga meremukkan tulang rusuk mangsa dalam hitungan menit. Ketika sumber makanan alami di hutan menipis, insting berburu mereka akan mencari alternatif mangsa mamalia besar yang tersedia, yang sayangnya, terkadang adalah manusia yang sedang beraktivitas sendirian di habitat mereka.
Apa saja faktor yang menyebabkan ular menyerang manusia?
1. Alih fungsi lahan hutan
Alih fungsi lahan hutan menjadi area pertanian, permukiman, atau perkebunan skala besar secara drastis dapat mengurangi habitat alami bagi ular. Hal ini memaksa predator puncak seperti ular piton untuk beradaptasi di area pinggiran hutan (edge effect) yang sering dilalui manusia.
2. Hilangnya mangsa alami
Mangsa alami piton dewasa biasanya babi hutan, rusa, dan mamalia kecil. Namun, ketika hewan-hewan ini diburu berlebihan oleh manusia atau menghilang karena kerusakan hutan, ular piton akan kehilangan sumber protein utama sehingga mengalami kelaparan ekstrem dan memicu perubahan perilaku berburu menjadi lebih agresif.
3. Perubahan iklim dan suhu
Piton merupakan hewan ektoterm (berdarah dingin), sehingga metabolisme dan aktivitasnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Perubahan cuaca yang ekstrem dapat memengaruhi pola pergerakan ular. Mereka lebih aktif mencari tempat yang lembap dan hangat, di mana sering kali tempat tersebut berdekatan dengan aktivitas manusia.
Panduan Keselamatan Kerja Bagi Petani dan Pekerja Kebun
1. Hindari bekerja sendirian, usahakan minimal berdua untuk beraktivitas di kebun. Dalam beberapa kasus serangan lilitan, korban hampir mustahil untuk dapat melepaskan lilitan hanya dengan seorang diri.
2. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sepatu bot tinggi dan celana panjang tebal supaya meminimalkan risiko gigitan dari ular yang bersembunyi di semak.
3. Hati-hati saat melewati tumpukan daun kering, kayu lapuk, atau semak belukar karena tempat tersebut adalah tempat persembunyian favorit ular. Pastikan area sekitar pondok kerja bersih dan terang.
4. Bawalah alat bantu seperti tongkat kayu atau parang guna memeriksa semak-semak sebelum melangkah.
Langkah Pertolongan Pertama
Jika melihat rekan Anda dililit ular besar:
- Jangan memukul badan ular secara acak, karena justru akan memperkuat cengkeraman (refleks otot).
- Fokuskan upaya untuk melepaskan belitan mulai dari ekor ular, bukan kepalanya. Mengurai belitan dari ekor jauh lebih mudah karena merupakan titik terlemah lilitan.
- Segera cari bantuan medis setelah korban terlepas, karena lilitan dapat menyebabkan kerusakan organ dalam meski tidak ada luka luar.
Tragedi di Luwu Timur adalah pengingat bahwa keseimbangan alam yang terganggu akan membawa konsekuensi negatif bagi manusia. Benarkah ular menyerang manusia? Jawabannya adalah ya, namun dalam konteks yang sangat spesifik yaitu pertahanan diri atau desakan ekologis yang ekstrem.
Memahami perilaku ular dan menjaga kelestarian habitat hutan bukan hanya soal konservasi, melainkan upaya menyelamatkan nyawa manusia. Bagi masyarakat yang hidup berdampingan dengan alam liar seperti hutan dan kebun, kewaspadaan dan pengetahuan adalah senjata pertahanan terbaik.












































