Bencana pergerakan tanah kembali melanda Kampung Gadung, Desa Cintaasih, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) beberapa hari lalu. Warga khawatir pergerakan tanah kembali terjadi di musim hujan.
Pergerakan tanah yang melanda kampung tersebut sebetulnya pertama kali terjadi di tahun 2020 silam. Saat itu yang terdampak sebanyak ratusan jiwa dari beberapa kampung selain Kampung Gadung. Bencana serupa terjadi pada 11 November 2025.
Penyebabnya, yakni hujan deras yang mengguyur selama beberapa hari membuat kondisi tanah yang ada di perbukitan itu semakin labil. Rumah warga mengalami kerusakan namun tak separah akibat pergerakan tanah pada 2020 silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang terdampak itu sebenarnya Kampung Gadung, hanya 1 RT. Sekitar 30-an rumah yang terdampak, cuma sedikit yang rusak. Tapi ada jembatan yang ambruk akaes penghubung warga," kata Kepala Desa Cintaasih, Deden Iban Saiban saat dikonfirmasi, Jumat (21/11/2025).
Ia mengatakan, rumah warga yang terdampak mengalami retak-retak hingga ada yang terancam roboh. Namun kerusakan yang terjadi kali ini juga merupakan akumulasi dari bencana yang terjadi 5 tahun lalu.
"Ya ada yang retak, kalau yang roboh itu karena waktu 2020 rusak parah sampai mau roboh akhirnya dirobohkan sama pemiliknya. Cuma memang sekarang warga khawatir ada pergerakan tanah susulan," kata Deden.
Deden mengatakan di tahun 2022, Badan Geologi sempat melakukan kajian terkait kondisi kampung tersebut. Hasilnya, Kampung Gadung dan beberapa kampung di sekitarnya memang tak laik untuk dihuni.
"Sudah (dilakukan kajian Badan Geologi), ya menang penyebabnya karena air. Hasilnya memang enggak cocok untuk jadi tempat tinggal, membahayakan warga. Buat kejadian kemarin juga saya sudah lapor ke BPBD KBB," kata Deden.
Deden mengatakan ada rekomendasi kalau warga yang saat ini masih menetap di Kampung Gadung mesti direlokasi. Ada sekitar 30 rumah yang masih berpenghuni, sementara sisanya sudah terlebih dahulu pindah selepas bencana 2020 lalu.
"Sebagian sudah pindah, tapi kebanyakan enggak terlalu jauh dari sini. Buat warga yang sekarang juga, kalau harus direlokasi mereka itu enggak mau terlalu jauh. Mungkin karena mata pencahariannya kan masih di sini, rata-rata bertani," ujar Deden.
"Kemudian kalau mau direlokasi, itu enggak mau dipisah-pisah. Jadi mereka mau tetap di satu kampungkan lagi, termasuk sama ustaznya juga," imbuhnya.
(mso/mso)











































