Upaya Disdik Kota Bandung Cegah Ideologi Radikal Masuk ke Pelajar

Upaya Disdik Kota Bandung Cegah Ideologi Radikal Masuk ke Pelajar

Rifat Alhamidi - detikJabar
Rabu, 19 Nov 2025 16:00 WIB
Kantor Disdik Kota Bandung
Kantor Disdik Kota Bandung (Foto: Siti Fatimah)
Bandung -

Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror membeberkan data mengkhawatirkan soal potensi penyebaran ideologi radikal di kalangan pelajar. Densus menyebut ada upaya perekrutan yang menyasar anak-anak melalui game online dan platform digital oleh kelompok teror.

Jawa Barat menempati posisi tertinggi wilayah yang terdampak. Secara keseluruhan, Densus 88 menyatakan ada 17 anak yang terpapar pada periode 2011-2017, lalu meningkat menjadi 110 anak yang teridentifikasi terpapar paham radikal pada 2025.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun pola perekrutannya, sepenuhnya dilakukan secara daring tanpa pertemuan fisik. Anak-anak yang kini sedang dalam proses identifikasi berusia 10-18 tahun dan tersebar di 23 provinsi. Jawa Barat dan DKI Jakarta menjadi dua wilayah dengan jumlah temuan tertinggi.

Merespons temuan ini, Disdik Kota Bandung turut buka suara. Disdik memastikan sejumlah upaya telah dilakuka agar paham radikal seperti terorisme tidak menyebar ke kalangan pelajar di tingkat SD hingga SMP.

ADVERTISEMENT

"Sekarang ada penguatan karakter dengan pendekatan bela negara. Itu sebagai upaya kita memberikan pencerahan kepada peserta didik, terutama yang rentan dengan melibatkan TNI-Polri," kata Kadisdik Kota Bandung Asep Gufron saat berbincang dengan detikJabar, Selasa (19/11/2025).

"Nah pembelajaran itu lebih kepada membentuk anak itu minimal dia punya rasa nasionalisme yang kuat. Punya rasa tanggung jawab, punya rasa pemahaman tentang NKRI. Setelah dianalisa sama UPI, program ini dinilai bagus untuk kalangan pelajar di Kota Bandung," ungkapnya menambahkan.

Selain soal paham radikal, Disdik Kota Bandung kata Asep intens memberikan penampingan kepada sekolah untuk mencegah timbulnya perilaku kenakalan pelajar yang berlebihan. Salah satu kasus yang saat ini sedang mendapat atensi adalah temuan seorang pelajar SMP yang sedang mabuk-mabukan bersama kakak kelasnya oleh Wali Kota Bandung Muhammad Farhan beberapa waktu lalu.

"Upaya itu terutama untuk mencermati semua perkembangan dan ruang gerak anak-anak selama ada di sekolah. Kan kalau keluar di sekolah mah sebetulnya bukan menjadi tanggung jawab lagi pihak sekolah, tapi sudah menjadi tanggung jawab keluarga. Cuman, sekolah akan menenamkan secara mendasar cara pola pikir yang positif," ungkapnya.

Asep memastikan upaya ini akan terus dimassifkan di lingkungan sekolah di Kota Bandung. Harapannya kata dia, tidak ada pelajar yang terpapar paham radikal, atau bahkan bisa mencegah kenakalan remaja yang berlebihan di kalangan mereka.

"Jangankan yang bersifat ekstrem begitu, kemarin aja dia karena dibawa oleh seniornya minum itu kan menjadi konsen sekolah. Saya udah instruksikan kepada sekolahnya itu dampingnya terus, jangan sampai dia melebar ke anak-anak yang lainnya. Nah itu sampai sekarang didampingi tim psikolog kita juga masuk juga dari dinas," katanya.

"Mudah-mudahan di Kota Bandung mah tidak terjadi. Ini kan upaya kita. Kita akan terus mengevaluasi, memantau semua pola pembelajaran yang ada di tingkat TK, SD, dan SMP," pungkasnya.




(ral/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads