Deputy CEO Badan Pengelolaan Kawasan (BP) Rebana Budhiana Kartawijaya, menilai Kabupaten Sumedang sebagai daerah yang bergerak paling cepat dan paling progresif di antara tujuh daerah dalam ekosistem Rebana. Hal tersebut diungkapkannya saat menjadi moderator sesi CEO Talk dalam West Java Investment Summit (WJIS), Jumat (14/11) kemarin.
Menurut Budhiana, di bawah kepemimpinan dari Bupati Dony Ahmad Munir, Sumedang menjadi salah satu daerah yang siap untuk menyambut adanya kawasan Rebana. "Dipimpin Bupati Dony Ahmad Munir, Sumedang tampil sebagai kabupaten yang bukan hanya siap menyambut investasi, tetapi juga telah menyiapkan fondasi digital-infrastruktur yang kuat," ungkap Budhiana.
Baca juga: Komitmen Pemkab Sumedang Tekan Eliminasi TBC |
Budhiana mengatakan, Sumedang memiliki enam gerbang keluar di sepanjang Tol Cisumdawu, akses istimewa yang tidak dimiliki daerah lain. "Ini menjadikan Sumedang hanya berjarak menit dari Bandung di barat dan Bandara Kertajati di timur," katanya.
Tal hanya itu, terang Budhiana, Sumedang memiliki ekosistem pendidikan yang subur. Kecamatan Jatinangor menjadi pusat ilmu pengetahuan, perguruan tinggi top ada di sana. Di pusat Sumedang kota juga ada perguruan tinggi dan saat ini beberapa perguruan tinggi menjalin kerjasama dengan Pemkab Sumedang untuk membuka kampus.
"Perguruan tinggi yang melahirkan talenta muda bagi industri manufaktur, digital, dan jasa," kata Budhiana.
Di sektor infrastruktur air, Sumedang diperkuat kehadiran beberapa bendungan mulai dari Bendungan Jatigede, Cipanas di Ujungjaya dan Sadawarna di Surian. "Bendungan Jatigede salah satu bendungan terbesar di Indonesia, yang menjadi tulang punggung air baku, pariwisata, dan energi," kata dia.
Menurut Budhiana, Sumedang memiliki modal besar di sektor pariwisata. Panorama Bendungan Jatigede, kawasan perbukitan, kuliner lokal seperti tahu Sumedang, serta tradisi budaya yang kuat memberi peluang lahirnya destinasi unggulan baru.
"Dengan akses Cisumdawu yang sangat cepat, Sumedang dapat menjadi destinasi one-day trip bagi Bandung dan Cirebon, sekaligus weekend getaway bagi wisatawan Jabodetabek," katanya.
Bahkan, jelasnya, jika dikelola dengan konsep green tourism dan smart tourism, Sumedang bisa menjadi wajah baru pariwisata Jawa Barat bagian timur. "Keunikan budaya harus dipelihara agar jadi ciri unik nan menarik. Infrastructure and Culture are two sides of coin. Tak boleh pembanguan infrastruktur membunuh kultur, membunuh ciri-ciri budaya lokal," paparnya.
Budhiana juga menilai, keunggulan Sumedang tidak berhenti pada ekonomi dan pariwisata. Kabupaten ini menjadi pelopor digitalisasi birokrasi di tingkat nasional. Semua proses administrasi, mulai dari pembuatan KTP, KK, hingga layanan kesehatan, dilakukan secara cepat, transparan, dan mudah diakses.
"Dengan populasi sekitar 1,1 juta jiwa, bupati dapat memantau pola penyakit, tren kesehatan, sampai kebutuhan layanan publik berdasarkan data real-time," katanya.
Kondisi ini, lanjut Budhiana, membedakan Sumedang dari daerah lain. Keberanian melakukan digitalisasi pemerintahan secara radikal. Pemerintah kabupaten membangun platform invest.sumedangkab.go.id, sebuah portal modern yang memudahkan investor mengakses peluang, potensi lahan, regulasi, dan layanan.
"Semua melalui satu journey yang intuitif. Platform ini menegaskan bahwa Sumedang tidak hanya membuka pintu bagi investor, tetapi menyediakan lorong yang terang, jelas, dan tanpa hambatan," tegasnya.
Lebih menarik lagi, Sumedang membangun dashboard transparansi fiskal yang memungkinkan masyarakat mengetahui berapa uang masuk ke Sumedang dan digunakan untuk apa, bahkan pada level harian. Dengan prinsip good data, good decision; bad data, bad decision, Sumedang menjadikan data sebagai milik publik.
"Prinsipnya jelas, move the data to the people, not move the people to the data. Ini adalah bentuk pemerintahan modern yang jarang ditemukan di daerah lain," kata Budhiana.
Dengan seluruh capaian tersebut, Sumedang adalah kabupaten yang paling siap menghadapi era global shift hari ini. Sumedang menjadi contoh bagaimana pemerintah daerah bisa menyambut ekonomi global tanpa kehilangan akuntabilitas, transparansi, dan kedekatan dengan rakyat. Di lingkup lebih besar, Rebana Metropolitan akan terus bekerja untuk menyiapkan enam kabupaten/kota lain agar mampu memasuki dunia connectography dengan percaya diri: digital, terhubung, kompetitif, dan inklusif.
"Jawa Barat ingin menang. Dan kemenangan itu harus dibangun dari konektivitas, keunggulan talenta, keberanian berubah, dan kemampuan membaca arah geopolitik global. Sumedang telah memulai langkah itu dan menjadi peta jalan bagi masa depan Jawa Barat," pungkasnya.
Sementara itu, Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir yang menjadi pembicara di WIJS juga menyampaikan bahwa Sumedang memiliki komitmen untuk menyambut investor yang akan berinvestasi di Sumedang.
"Saya menyampaikan komitmen Sumedang akan terbuka antusias terhadap investor. Kami juga menyiapkan regulasinya dengan kemudahan berinvestasi dan pemberian insentif," kata Bupati Dony.
Baca juga: Sumedang Raih Penghargaan di WIJS 2025 |
Dony menyebutkan, terkait investor agrobisnis akan diberikan pengurangan retribusi untuk PBBnya. "Ada penyederhanaan perizinan. Bagaimana MPP terintegrasi dengan (OSS RBA)Online Single Sub mission Risk Based Approach, dan infrastuktur kami terus perbaiki. Supaya produktivitas semakin kuat," ucapnya.
Dony menjelaskan, pendidikan vokasi juga dilaksanakan melalui (BLK) Balai Latihan Kerja untuk mengupskil tenaga kerja. "Bagaimana menyiapkan tenaga kerja yang relate sesuai dengan kebutuhan industri. Kami juga menyiapkan data-data di Platform Investasi Sumedang Investment Experience (SIX), menjadi reperensi bagi para investor. Jadi data ini akan mengarahkan para investor untuk aman dan berkelanjutan dan seperti apa perencanaan investasinya," pungkasnya.
Sekadar informasi, kawasan Rebana telah menjadi koridor ekonomi baru yang strategis bagi Provinsi Jawa Barat. Kawasan ini mencakup tujuh kabupaten/kota seperti Cirebon, Subang, Indramayu, Majalengka, Kuningan, Sumedang, dan Kota Cirebon.
(iqk/iqk)