Biji Jelai 5.000 Tahun Ditemukan di Turki Timur, Ungkap Jejak Pertanian Tertua

Biji Jelai 5.000 Tahun Ditemukan di Turki Timur, Ungkap Jejak Pertanian Tertua

Jilan Salsabila - detikJabar
Kamis, 13 Nov 2025 15:04 WIB
Biji jelai berusia 5.000 tahun yang ditemukan di Turki
Biji jelai berusia 5.000 tahun yang ditemukan di Turki (Foto: Istimewa/aa.com/tr)
Bandung - Penemuan mengejutkan datang dari Turki bagian timur. Para arkeolog berhasil menemukan biji jelai (barley) berusia sekitar 5.000 tahun di situs Gundukan Iremir, wilayah Van. Temuan ini menjadi bukti kuat bahwa kawasan tersebut pernah menjadi salah satu pusat pertanian tertua di Anatolia Timur pada masa Zaman Perunggu Awal.

Dilansir dari Anadolu Agency, tim arkeolog dari Universitas Yuzuncu Yil yang dipimpin oleh Hanifi Biber menemukan biji-bijian jelai yang telah terkarbonisasi di area dapur kuno. Biji jelai itu ditemukan bersama peninggalan lain seperti tungku, tembikar, batu penggiling, tulang hewan ternak kecil, serta pecahan kendi yang diyakini pernah digunakan sebagai wadah penyimpanan makanan.

"Temuan ini menunjukkan bahwa wilayah ini merupakan pusat pertanian yang penting," ujar Hanifi Biber, arkeolog sekaligus kepala tim penggalian. Ia menegaskan bahwa penemuan biji jelai kuno ini memperkaya pemahaman tentang sejarah agrikultur di kawasan sekitar Danau Van, yang selama ini dikenal dengan peninggalan arkeologis dari kebudayaan Urartia.

Biber menjelaskan bahwa Gundukan Iremir merupakan salah satu pemukiman tertua yang pernah ditemukan di wilayah tersebut. Hingga kini, para peneliti telah mengidentifikasi delapan lapisan arkeologis dari berbagai periode sejarah. Lapisan utama situs ini diperkirakan berasal dari kebudayaan Karaz atau Early Transcaucasia, yang berkembang di wilayah Anatolia Timur dan Kaukasus Selatan pada masa Zaman Perunggu Awal.

"Selama proses pembersihan area gudang yang kami buka pada tahun 2023, kami menemukan tungku dan pot yang menempel di dinding utara ruangan. Ini sangat penting bagi kami karena struktur ini masih terjaga di tempat aslinya digunakan (in situ)," kata Biber.

Selain biji jelai, para peneliti juga menemukan sejumlah pecahan tembikar yang kemungkinan berasal dari periode Kalkolitik Akhir. Di sekitar gundukan, tim penggalian menemukan sisa-sisa bangunan yang diduga berfungsi sebagai gudang penyimpanan. Di dekatnya, terdapat pula alat penggiling batu, alat pemotong dari obsidian, serta alat tulang yang menunjukkan tingkat keterampilan masyarakat kuno dalam mengolah bahan makanan dan peralatan sehari-hari.

"Hasil yang kami peroleh sangat penting karena memberikan informasi yang akan membantu menjelaskan sejarah wilayah dasar Danau Van secara umum dan Dataran Gurpinar secara khusus," jelas Biber.

Penemuan ini juga menyingkap jejak awal kegiatan peternakan dan pertanian pra-Urartia, sebagaimana dijelaskan oleh arkeolog lain dari universitas yang sama, Hakan Yilmaz. Menurutnya, analisis terhadap tulang hewan yang ditemukan di situs tersebut menunjukkan adanya praktik peternakan hewan kecil dalam skala luas, seperti kambing dan domba, serta bukti keberadaan rusa merah dan beruang di kawasan itu.

"Kami menilai tembikar, batu giling, dan jelai di setiap lapisan. Dengan menggali hingga lapisan bawah, kami dapat menentukan tingkat kepadatannya. Umumnya, penggalian dilakukan di benteng atau nekropolis (kompleks makam) Urartia di wilayah ini, namun penggalian pemukiman paling awal di wilayah ini dilakukan di sini," terang Yilmaz.

Dengan penemuan ini, para ahli berharap dapat memperluas pemahaman tentang bagaimana masyarakat kuno di Anatolia Timur mengembangkan sistem pertanian dan kehidupan domestik. Temuan biji jelai berusia ribuan tahun ini tidak hanya memperkuat bukti adanya aktivitas agrikultur kuno, tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya kawasan Van dan sekitarnya dalam sejarah peradaban awal di Timur Tengah.

Para peneliti berencana untuk melakukan analisis lanjutan terhadap sampel jelai guna mengetahui jenis varietasnya, teknik penyimpanan, serta bagaimana tanaman itu dibudidayakan. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran lebih detail mengenai evolusi pertanian di kawasan Anatolia dan peran masyarakat prasejarah dalam membentuk tradisi bercocok tanam yang terus berlanjut hingga kini.


(tya/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads