Bencana alam tsunami pernah menghantui wilayah Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, pada 17 April 2006. Kejadian ini tentunya tidak akan pernah lupa dan selalu membayangi warga pesisir.
Menanggapi hal tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pangandaran terus memitigasi potensi kejadian bencana alam tsunami. Langkah ini pun gencar terus dilakukan hingga ke desa-desa potensi terjadi tsunami.
Dari catatan BPBD, setidaknya ada 22 desa yang masuk kategori rawan bencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Pangandaran. Kepala Pelaksana BPBD Pangandaran, Untung Saeful Rokhman, mengatakan 22 desa yang rawan terhadap bencana tsunami itu berada di 6 kecamatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun kecamatan itu diantaranya, Kalipucang, Pangandaran, Parigi, Sidamulih dan Cimerak. "Di kecamatan tersebut ada desa yang berdampingan dengan pesisir pantai," ucap Untung kepada detikJabar Kamis (10/11/2025).
Untuk memantau situasi dan kondisi pantai dari ancaman bencana tersebut, pihaknya mengaku telah memasang Early Warning System (EWS) atau alat pendeteksi gelombang tsunami.
"Kami sudah punya EWS untuk memantau itu, ada lima titik, termasuk yang kantor Telkom, kecamatan dan Bojongsalawe," terangnya.
Setiap tanggal 26, kata dia, EWS tersebut rutin dibunyikan, sebagai bentuk uji coba dalam menghadapi potensi bencana Tsunami. Ia meyakinkan bahwa kelima EWS tersebut masih berfungsi dengan baik.
"Sementara ini di Batukaras belum ada, Legokjawa dan Madasari juga belum ada," ujarnya.
Di titik tersebut, menjadi pekerjaan rumah bagi BPBD Pangandaran dalam menghadapi potensi bencana gempa Megathrust dan Tsunami. "Untuk itu kita upayakan untuk pengadaan," katanya.
Sementara itu, untuk sosialisasi mitigasi bencana sudah gencar dilakukan di beberapa desa potensi. Termasuk, pembentukan desa siaga bencana.
"Kami juga membentuk desa siaga bencana yang bakalan kami sebar di 93 desa. Karena potensi bencana bukan hanya di laut, tapi di darat dataran tinggi, seperti longsor dan banjir, maka semua desa direncanakan untuk menjadi desa siaga," katanya.
Untuk membantu sosialisasi ini, menurut dia, bekerjasama dengan stakeholder seperti Taruna Siaga Bencana (Tagana) dan Dinas Sosial PMD Pangandaran.
(yum/yum)










































