Tingkat peserta aktif program Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Sukabumi tercatat mencapai 78,89 persen. Dari 413.467 pasangan usia subur (PUS), sebanyak 301.378 di antaranya menggunakan layanan KB.
Angka ini dinilai tinggi, tapi DPPKB menyebut tantangan berikutnya adalah memastikan manfaatnya benar-benar dirasakan keluarga.
Kepala DPPKB Kabupaten Sukabumi, Eka Nandang Nugraha, menegaskan program KB saat ini tidak hanya terkait alat kontrasepsi. Menurutnya, program harus berdampak pada kualitas keluarga.
"Program Bangga Kencana tidak boleh berhenti di rapat atau dokumen. Masyarakat harus merasakan manfaatnya langsung, mulai dari edukasi keluarga, kesehatan reproduksi, sampai pendampingan ekonomi keluarga," ujar Eka.
Data menunjukkan metode KB suntik masih paling banyak digunakan, mencapai 50,63 persen. Disusul pil (36,11 persen) dan sejumlah metode lain seperti implant, IUD, hingga tubektomi. Pilihan metode disebut bergantung pada faktor kenyamanan, konteks budaya, dan akses layanan kesehatan di tiap wilayah.
Meski cakupan KB tinggi, layanan di lapangan tak selalu mudah. Wilayah Sukabumi yang luas dengan kondisi pegunungan dan pesisir membuat petugas harus bekerja lebih jauh untuk menjangkau keluarga di desa-desa. Karena itu, layanan keliling dan jaringan bidan menjadi andalan.
Eka menegaskan arah besar program ini adalah membangun keluarga yang kuat untuk mencegah persoalan jangka panjang seperti stunting.
"Bangga Kencana itu bukan cuma soal alat kontrasepsi. Ini soal bagaimana keluarga dibangun dengan perencanaan, kesadaran, dan pola hidup sehat. Kalau keluarga kuat, angka stunting otomatis turun," tuturnya.
Ia menambahkan, petugas lapangan KB (PLKB) memegang peran penting karena mereka bersentuhan langsung dengan warga.
"Mereka yang tahu kondisi lapangan. Mereka yang melihat langsung ibu hamil, anak-anak, dan keluarga yang butuh pendampingan. Kalau kita dengar suara mereka, kita bisa bergerak tepat sasaran," kata Eka.
Ke depan, fokus DPPKB adalah memperkuat edukasi keluarga tentang pengasuhan, gizi, kesehatan ibu, dan kesiapan ekonomi.
"Kalau mau menurunkan stunting, kita jangan mulai dari anaknya - mulai dari keluarganya. Keluarga yang sadar, sehat, dan terencana akan melahirkan generasi yang kuat," ujar Eka.
Simak Video "Video: Cerita Kepanikan Penyintas Banjir Bandang Cisolok Sukabumi"
(sya/dir)