Jumlah siswa SMP Negeri 1 Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) terus bertambah. Kini jumlahnya sudah menyentuh 115 orang.
Keracunan massal itu dialami siswa SMPN 1 Cisarua usai menyantap menu MBG yang mereka terima Selasa (14/10/2025), pukul 09.30 WIB. Lalu pada pukul 11.30 WIB sebagian siswa mulai bergejala seperti pusing, mual, dan muntah.
"Informasi terbaru dari petugas Dinas Kesehatan di lapangan, saat ini siswa yang terdampak keracunan MBG sebanyak 115 anak," kata Bupati Bandung Barat, Jeje Ritchie Ismail saat dikonfirmasi, Selasa (14/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihaknya sudah memerintahkan Dinas Kesehatan lalu Puskesmas melakukan penanganan maksimal terhadap para siswa. Terlebih mengantisipasi adanya siswa yang sebelumnya belum bergejala, lalu menunjukkan gejala setelah pulang ke rumah.
"Saya perintahkan Dinas Kesehatan siaga, penanganan dipusatkan di sekolah. Sebagian ada yang dirujuk ke RSUD Lembang, ke RSUD Cibabat, ada yang ditangani di posko sekolah kalau gejalanya ringan," kata Jeje.
Berdasarkan informasi, sekolah tersebut menerima MBG dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) milik Yayasan Tarbiyatul Quran Cisarua di Kampung Panyandaan, Cisarua. SPPG itu mendistribusikan 3.600-an porsi untuk beberapa sekolah, salah satunya SMPN 1 Cisarua.
"Total SPPG itu menyalurkan 3.600-an porsi, untuk SMP Cisarua saja 1.300-an porsi. Sisanya ke sekolah lain. Sampai saat ini belum ada laporan kasus keracunan di sekolah lain selain SMP 1 Cisarua ini. Tetap kita pantau," kata Jeje.
Menu MBG yang disantap hari ini di antaranya ayam kecap, capcay, tahu goreng, lalapan, nasi, dan buah melon. Menurut siswa yang keracunan ada bau tak sedap ketika ompreng MBG dibuka untuk disantap bersama-sama pada pukul 09.30 WIB.
Kepala SMPN 1 Cisarua, Agus Solihin menyebut total ada 1.300 paket MBG yang diterima, kemudian ada sebanyak 1.250 paket MBG yang dibagikan dan dikonsumsi siswa. Sisanya tidak terbagikan karena siswa ada yang tidak masuk sekolah.
"Yang dikonsumsi itu sekitar 1.250 paket, karena sebagian enggak masuk. Totalnya ada 1.300," kata Agus.
Agus mengatakan sekolah tersebut menjadi posko penanganan keracunan massal. Mereka mewaspadai gejala keracunan yang dirasakan siswa di malam hari.
"Enggak semua langsung bergejala, makanya di sini siaga 24 jam. Penanganan yang bergejala di sini, petugas puskesmas semua standby. Kalau bergejala agak parah langsung dirujuk," kata Agus.
(dir/dir)