Petaka dari Sepotong Daging di Udara

Kabar Internasional

Petaka dari Sepotong Daging di Udara

Rosmha Widiyani - detikJabar
Sabtu, 11 Okt 2025 22:00 WIB
Ilustrasi pesawat
Ilustrasi (Foto: Gerrie van der Walt/Unsplash)
Jakarta -

Langit di atas Atlantik menjadi saksi bisu tragedi memilukan yang menimpa seorang dokter lansia asal Sri Lanka. Dalam penerbangan panjang Qatar Airways dari Los Angeles menuju Colombo, Dr. Asoka Jayaweera, 85 tahun, kehilangan nyawanya setelah keselek potongan daging, makanan yang sebenarnya tidak pernah ia pesan.

Melansir detikTravel, sejak awal, Jayaweera sudah meminta menu berbasis tanaman (vegan) untuk perjalanan selama 15,5 jam itu. Sebagai seorang dokter jantung yang telah puluhan tahun mengabdi pada dunia kesehatan, ia sangat memperhatikan asupan makanannya. Namun, permintaan itu diabaikan oleh pihak maskapai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alih-alih menyajikan menu yang diminta, pramugari justru menyarankan Jayaweera untuk makan hidangan biasa yang tersedia di pesawat. Alasannya sederhana tapi menyesakkan, menu vegan disebut terlalu mahal.

Tidak ingin memperdebatkan, Jayaweera akhirnya menerima saran itu dan mulai makan. Tak disangka, di tengah santapan, tragedi itu datang begitu cepat.

ADVERTISEMENT

"Saat makan, Jayaweera mulai keselek hingga kehilangan kesadaran. Kru penerbangan mencoba menolong dan berkonsultasi dengan dokter secara remote. Namun kondisi Jayaweera makin buruk hingga penerbangan harus berhenti mendadak di Edinburg," tulis NDTV.

Panik melanda kabin. Kru penerbangan bergegas memberikan pertolongan, namun situasi di udara membuat segalanya terbatas. Pesawat akhirnya melakukan pendaratan darurat di Edinburgh, Skotlandia, demi menyelamatkan nyawa sang dokter.

Sesampainya di darat, tim medis telah menunggu. Jayaweera segera dilarikan ke rumah sakit. Namun, takdir berkata lain. Ia mengembuskan napas terakhir akibat aspiration pneumonia, infeksi paru yang terjadi ketika makanan atau cairan masuk ke saluran napas.

Bagi keluarga, duka itu bercampur dengan rasa kecewa. Mereka menilai maskapai telah gagal memenuhi layanan makanan yang telah dipesan, sekaligus lamban dalam menangani keadaan darurat. Gugatan hukum pun diajukan terhadap Qatar Airways, menuntut tanggung jawab atas kelalaian yang berujung kehilangan nyawa.

Peristiwa yang terjadi pada 3 Agustus 2023 ini memunculkan pertanyaan besar tentang seberapa serius maskapai memperhatikan kebutuhan khusus penumpangnya. Di balik layanan mewah dan reputasi global, kasus ini mengingatkan bahwa satu pengabaian kecil di udara bisa berakibat fatal.

Dr. Asoka Jayaweera bukan hanya seorang penumpang. Ia seorang dokter, seorang ayah, dan seorang manusia yang semestinya pulang dengan selamat, bukan dengan kisah pilu yang mengguncang dunia penerbangan.


Artikel ini sudah tayang di detikTravel




(row/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads