Dalam dua tahun terakhir, sebanyak 44 kasus gigitan ular dilaporkan terjadi di Kabupaten Sukabumi. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi menunjukkan, kasus terbanyak ditemukan di Kecamatan Cibadak dan Nagrak, dua wilayah yang berada di kawasan padat aktivitas pertanian dan perkebunan.
Kepala Bidang Upaya dan Pembiayaan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Cucu Sumintardi, menjelaskan bahwa sepanjang tahun 2024 tercatat 32 kasus gigitan ular, sedangkan hingga September 2025 terdapat 12 kasus tambahan.
"Tahun 2024 kasus gigitan ular sebanyak 32 kasus, tahun 2025 sampai bulan September sebanyak 12 kasus," ujar Cucu, Kamis (9/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebaran kasus itu paling banyak ditemukan di Kecamatan Cibadak dengan enam kasus, diikuti Kecamatan Nagrak dengan lima kasus. Dua kecamatan lain, Cicantayan dan Cikembar, mencatat masing-masing empat kasus.
Wilayah-wilayah tersebut umumnya memiliki lanskap yang berdekatan dengan lahan kebun dan hutan rakyat.
"Dari data tahun 2024-2025, kasus gigitan ular terbanyak terjadi di wilayah Kecamatan Cibadak enam kasus, Kecamatan Nagrak lima kasus, Cicantayan dan Cikembar masing-masing sebanyak empat kasus," tutur Cucu.
Ia mengatakan, seluruh korban gigitan ular berhasil tertangani tanpa ada korban meninggal dunia. "Seluruhnya ditangani, tidak ada kasus yang meninggal," kata Cucu.
Hanya satu peristiwa fatal yang tercatat tahun ini, yakni kematian Abah Ocang, warga Desa Cidadap, Kecamatan Cidadap, yang tewas setelah digigit ular king kobra pada awal Oktober lalu.
Menurut Cucu, Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi telah melakukan sejumlah upaya peningkatan kapasitas petugas lapangan. Tahun ini, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat menggelar dua kali pelatihan penanganan korban gigitan ular bagi tenaga medis Puskesmas.
"Edukasi dan penyampaian informasi terkait penanganan pertama korban gigitan ular pada tahun ini telah dilaksanakan sebanyak dua kali oleh Dinkes Provinsi Jawa Barat melalui pertemuan virtual," ujar Cucu.
Kendati begitu, rencana memperluas edukasi kepada masyarakat masih menghadapi kendala. Cucu menuturkan, Dinkes Sukabumi telah menyiapkan rencana kerja sama lintas sektor dengan sejumlah instansi daerah, tetapi belum dapat dijalankan.
"Dinkes Kabupaten Sukabumi telah merencanakan kerja sama lintas sektor, tetapi sampai saat ini belum bisa terealisasikan dikarenakan tidak memiliki anggaran untuk hal tersebut," katanya.
Cucu juga menambahkan bahwa pihaknya terus memantau perkembangan kasus melalui laporan rutin dari setiap Puskesmas. Laporan tersebut menjadi dasar pemetaan daerah rawan sekaligus bahan evaluasi penanganan.
"Laporan bulanan dari Puskesmas tentang kasus gigitan tiap bulan dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi," ujar Cucu.
(sya/yum)