Warga Kampung Selaawi Tasikmalaya Sudah Setahun Donasi Rp 1.000 Sehari

Faizal Amiruddin - detikJabar
Senin, 06 Okt 2025 18:26 WIB
Petugas program Gerbu Kampung Selaawi Tasikmalaya sedang menarik iuran Rp 1.000 per hari. Foto: Faizal Amiruddin
Tasikmalaya -

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat membuat kebijakan yang mengimbau masyarakat untuk menyisihkan uang Rp 1.000, untuk membantu sesama. Kebijakan itu tertuang dalam Surat Edaran Nomor : 149/PMD.03.04/KESRA tentang Gerakan Rereongan Sapoe Sarebu (Poe Ibu).

Kebijakan ini menuai ragam komentar di masyarakat. Namun bagi warga RW 05 Kampung Selaawi, Kelurahan Tuguraja, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, gerakan berdonasi Rp 1.000 sehari itu sudah bukan kebijakan baru.

Di lingkungan ini gerakan berdonasi Rp 1.000 sehari, sudah berjalan lebih dari 1 tahun. Selama itu pula, beragam kebutuhan dan kesulitan masyarakat bisa ditanggulangi. Saat ini saldo yang terkumpul sudah lebih dari Rp 100 juta.

Jika Gubernur Dedi Mulyadi menamai gerakan itu Poe Ibu, maka warga Selaawi menamakan program ini Gerbu, kependekan dari Gerakan Seribu.

"Di kampung kami sudah jalan 16 bulan, namanya Gerbu. Jadi kami menolak program KDM itu, bukan apa-apa, masalahnya kan di sini sudah jalan. Kami nggak mau kalau iuran warga jadi Rp 2 ribu sehari, khawatir memberatkan," kata Ustaz Iri Syamsuri, tokoh masyarakat Kampung Selaawi, Senin (6/10/2025).

Dia menjelaskan, program donasi Rp 1.000 sehari per kepala keluarga (KK) itu, cukup efektif untuk membereskan berbagai masalah pembiayaan sosial di masyarakat.

Setidaknya warga Kampung Selaawi ini bisa menjadi contoh, jika langkah Gubernur Jabar ini bisa direalisasikan ke masyarakat.

"Intinya pengurus harus kompak, penyampaian ke masyarakat harus jelas. Pendekatannya harus bagus, pengelolaannya harus benar, transparan. Insya Allah bisa berjalan, ya ini buktinya di kampung kami, bisa punya saldo Rp 100 juta lebih," kata Iri.

Dia juga mengingatkan jangan sampai warga merasa dipalak atau dipajaki dengan iuran ini. "Diberi pemahaman tentang keutamaan sedekah atau beramal baik, tunjukan juga komitmen pengelolaan yang baik dan benar," kata Iri.

Program Gerbu di Selaawi ini bisa membiayai berbagai kebutuhan di lingkungan. Seperti warga yang sakit, meninggal dunia atau musibah yang memerlukan bantuan.

Selain itu dengan Gerbu ini, kebutuhan pembiayaan kegiatan seperti Agustusan, Muludan, kegiatan Posyandu dan sejenisnya sudah tak harus lagi meminta ke warga.

Hanya iuran sampah saja yang tidak dibiayai oleh program Gerbu ini. Artinya untuk urusan pengangkutan sampah, warga harus merogoh kocek lagi di luar Rp 1.000 sehari.

"Kan awalnya begini, warga itu banyak yang pusing. Mau muludan dipungut, mau kegiatan Posyandu dipungut, keamanan, kebersihan semua dipungut. Akhirnya dengan Gerbu ini semua bisa dicover. Nilainya yang relatif terjangkau dan dipungut harian, ternyata membuat partisipasi masyarakat bagus," papar Iri.

Dengan saldo yang sudah mencapai Rp 100 juta itu, Iri mengatakan masyarakat sepakat untuk terus mengumpulkan Gerbu. Warga Selaawi sedang punya target untuk membebaskan lahan untuk lokasi tempat pemakaman umum (TPU).

"Kita lagi ada target, ini membeli lahan untuk pemakaman. Harganya sekitar Rp 700 jutaan. Ya mudah-mudahan bisa tercapai, sambil kita tetap membantu masyarakat," kata Iri.

Kondisi Warga Terpantau

Ustaz Iri juga menegaskan selain urusan sedekah atau iuran, program ini juga ternyata memiliki dampak sosial yang signifikan.

Kegiatan memungut uang seribu rupiah sehari juga membuat para pengurus kewilayahan jadi tahu kondisi masyarakatnya dengan detail. Keadaan warga termonitor, sehingga para pengurus bisa segera mengambil tindakan.

"Program ini tak melulu soal uang, tapi sekaligus cara memantau warga. Pas ditagih ternyata sakit, kita jadi tahu. Atau pas lagi ditagih, sedang ada "piring terbang" (bertengkar), kita jadi bisa memberi konseling, curhat lah. Intinya kondisi warga terpantau, jangan sampai ada warga yang "teu nyangu" (tidak menanak nasi), bahaya kalau sampai seperti itu," kata Iri.

Dalam teknis penarikannya, para pengurus Gerbu yang dibentuk khusus melibatkan warga sebagai juru tagih dengan dikoordinir oleh Ketua RT. Di RW 05 Kampung Selaawi ini ada 6 wilayah RT.

Teknisnya biasa ada petugas yang diberi upah pungut. Warga juga menyesuaikan, ada yang mau dipungut harian, mingguan atau bulanan.

"Setiap hari kita keliling. Ada yang bayar harian, seminggu sekali ada juga yang langsung Rp 30 ribu (bulanan). Kita sebagai petugas menyesuaikan saja, tergantung kesanggupan warga," kata Maya, salah seorang petugas pungut program Gerbu.

Ketika ada warga yang tidak membayar, Maya mengaku tidak akan memaksa. Dia mengaku lebih memilih melapor ke Ketua RT atau pengurus program Gerbu.

"Kita cari tahu, nggak bayarnya kenapa. Kalau sakit saya laporkan, mungkin nggak ditagih dulu sementara waktu, malah dibantu," kata Maya.

Bendahara Program Gerbu Kampung Selaawi, Agus Semiaji memegaskan jika saldo program Gerbu per hari ini sebesar Rp 102.716.000.

"Alhamdulillah kesadaran masyarakat kami bagus, program ini sudah berjalan 16 bulan. Memang ada turun baik pemasukan, wajarlah. Kalai turun biasanya kita sosialisasi lagi," kata Agus.

Dia juga menambahkan transparansi pengelolaan keuangan penting. Makanya setiap sebelum salat Jumat, dilakukan pengumuman saldo. Selain itu pengumuman juga dilakukan di pengajian rutin mingguan ibu-ibu.

"Oh jelas harus transparan, kita umumkan di masjid. Kalau ada warga yang merasa nggak mendapat laporan, berarti nggak salat Jumat," kata Agus didampingi Asep Nurjamil, Ketua RT 03.

Terkait Gubernur Dedi Mulyadi yang baru menggulirkan program yang serupa, warga Selaawi mengaku mendukung. Bahkan jika ingin ada yang studi banding, warga siap menerimanya.

"Syukur-syukur Pak KDM-nya datang ke sini. Ini lho warga Selaawi sudah lebih dulu menjalankan gerakan sehari seribu. Siapa tahu kalau Pak KDM datang kebutuhan lahan pemakaman dibantu sama beliau," kata Asep diamini warga lainnya.*




(sud/sud)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork