Suasana di SMPN 3 Banjar, Jawa Barat, yang biasanya diwarnai keceriaan saat Rabu (1/10/2025) siang menjelang jam istirahat berubah menjadi ketegangan. Puluhan siswa mengalami gejala keracunan seperti mual, sakit perut dan pusing. Sebelumnya, mereka menyantap makanan bergizi gratis (MBG).
Pantauan detikJabar di lokasi, mobil ambulans hilir mudik mengantarkan para siswa ke sejumlah fasilitas kesehatan. Anak-anak yang mengalami gejala keracunan dibawa ke RSUD Kota Banjar, RSU Banjar Patroman (PMC) dan Mitra Idaman. Petugas gabungan dari PMI, TNI-Polri, BPBD dan petugas lainnya turut membantu melakukan penanganan kasus dugaan keracunan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilihat di RSU Banjar Patroman, ada 18 siswa yang dirawat oleh petugas medis. Mereka didampingi orang tuanya masing-masing. Wakil Wali Kota Supriana pun langsung turun memantau kondisi para siswa yang mengalami gejala keracunan.
"Tadi makan MBG sebelum Zuhur, kemudian habis Zuhur kerasa sakit perut sama pusing," ujar Denisa, siswa yang juga mengalami gejala keracunan saat sedang dirawat di RSU Banjar Patroman.
Denisa menjelaskan menu MBG hari ini adalah ayam suwir, mentimun, selada, nasi, tempe dan anggur. Namun menurutnya saat memakan ayam suwir rasanya aneh, sedangkan menu yang lainnya enak dimakan.
"Kalau ayam suwir itu tidak bau, tapi setelah dimakan gak ada rasanya dan aneh, kalau yang lain enak," ungkapnya.
Sementara itu, guru SMPN 3 Banjar Diandini menjelaskan, sekolah mendapat 854 ompreng, biasanya rata-rata yang tidak sekolah dari semua tingkatan ada 50. Pihaknya juga sudah mengingatkan kalau ada makanan yang tercium bau diminta untuk dikembalikan dan tidak dibuang.
"Sudah diingatkan, kalau kalian was-was jangan dimakan, dikembalikan cuma ada beberapa anak yang tidak tahu. Ada yang bau dan enggak (ayam suwir), ada yang aman saja. Bau dari ayam suwir. Menunya ayam suwir, tempe, anggur hijau, nasi, selada dan timun ujarnya.
Diandini menyebut, siswa yang mengalami gejala keracunan ada sekitar 68 orang, dari kelas 7,8 dan 9. Sedangkan yang langsung terasa gejala ada 18 anak.
"Di data kami sekitar 68 anak. Siswa yang mengalami gejala dibawa ke PMC, RSUD dan Mitra Idaman," ungkapnya.
Diandini juga mengaku panik dengan kejadian ini, namun ia berharap orang tua tidak trauma. Ia menyebut kecelakaan seperti ini tidak ada seorang pun yang menginginkannya.
"Mudah-mudahan tidak trauma dan jadi bahan evaluasi supaya lebih higienis, memperbaiki layanan," jelasnya.
(iqk/iqk)