Suasana di SMPN 4 Pamarican mendadak berubah mencekam pada Senin (29/9/2025). Sebanyak 47 siswa mengalami gejala mual, muntah dan pusing usai menyantap makanan bergizi gratis (MBG) yang dibagikan di sekolah. Sejumlah siswa harus mendapatkan perawatan di puskesmas dan RSUD.
Kejadian tersebut membuat orang tua menjadi khawatir. Program MBG yang dirancang pemerintah untuk meningkatkan gizi anak sekolah justru menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan.
Nindin, salah seorang orang tua siswa yang anaknya mengalami gejala keracunan meminta agar dapur SPPG harus lebih berhati-hati dalam mengolah makanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ke depannya harus lebih berhati-hati lagi," ujar Nindi, Selasa (30/9/2025).
Nindin menilai, pemberian makanan bergizi gratis (MBG) bisa dilakukan dengan cara lain. Seperti memberikan uangnya kepada orang tua kemudian digunakan untuk memasak makanan sendiri sesuai selera anak.
"Orang tua lebih tahu anak, pasti tahu makanan kesukaan anak. Uang dikasih ke orang tua, lalu orang tua bisa masak di rumah. Atau kalau tidak bisa uang, juga memberikan bahan mentahnya, nanti orang tua yang mengolahnya," katanya.
Syifa, orang tua dari Pamarican juga mengaku khawatir dengan adanya kejadian tersebut karena anaknya masuk dalam penerima MBG. Ia pun harus lebih berhati-hati lagi. Untuk itu, MBG yang dibagikan di sekolah oleh anak tidak dimakan tapi dibawa pulang dengan dibekali wadah sebelumnya dari rumah.
"MBG-nya tidak dimakan di sekolah tapi dibawa pulang nanti dicek di rumah, kalau kelihatan basi langsung dibuang," ucapnya.
Syifa menduga makanan cepat basi karena disebabkan saat proses pengemasan dan distribusi. Menurutnya, makanan masih panas langsung dikemas kemudian disimpan dalam mobil MBG yang suhunya tinggi.
"Mungkin makanannya kakekeb jadi cepat basi," katanya.
Diberitakan sebelumnya, Sebanyak 47 siswa SMPN 4 Pamarican, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, mengalami gejala keracunan setelah menyantap makanan bergizi gratis (MBG), Senin (29/9/2025). Para siswa tersebut mengeluhkan mual, muntah, dan pusing setelah makan.
Dari 47 siswa tersebut, tercatat 14 siswa menjalani perawatan di Puskesmas Pamarican, sementara dua siswa lainnya dirawat di RSUD Banjar. Adapun sisanya hanya menjalani observasi di sekolah karena gejala yang dialami tergolong ringan. Mereka pun sudah dipulangkan ke rumah masing-masing.
(mso/mso)