Riang Bocah Berubah Kepanikan Kala Sesar Lembang Guncang Cimahi

Simulasi Bencana

Riang Bocah Berubah Kepanikan Kala Sesar Lembang Guncang Cimahi

Whisnu Pradana - detikJabar
Sabtu, 27 Sep 2025 15:40 WIB
Simulasi bencana di Cimahi
Simulasi bencana di Cimahi (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar).
Cimahi -

Keriangan bocah-bocah yang sedang bermain sepak bola di halaman Rusunawa Kelurahan Cigugur Tengah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, seketika buyar usai tanah bergoyang.

Di Sabtu (27/9/2025) siang, sebagian orangtua yang ada di dalam rumah susun berlantai 5 itu juga terhenti setelah Sesar Lembang mengguncang. Mereka bergegas turun menapaki satu per satu anak tangga.

Tangan menutupi kepala, menghindari reruntuhan material dari bangunan yang sejak awal tak disiapkan menghadapi ancaman gempa dari sesar sepanjang 29 kilometer, membentang dari ujung utara di Cilengkrang, Kabupaten Bandung sampai ujung baratnya di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepanikan terlibat jelas dari wajah-wajah yang sejak lama menjalani hidup dengan tenang dan nyaman. Petugas berdatangan ke lokasi gempa. Sirine ambulans hingga armada pemadam kebakaran memecah teriakan.

Korban yang terluka ditandu dibawa menuju ambulans. Dilarikan ke rumah sakit guna mendapatkan penanganan medis. Ada juga korban yang dievakuasi dengan metode vertical rescue karena posisinya ada di lantai 3 rusunawa.

ADVERTISEMENT

Semua kepanikan itu merupakan gambaran apabila Sesar Lembang benar-benar terjadi. Simulasi juga dilakukan guna mengukur kesiapan pemerintah dan masyarakatnya menghadapi potensi bencana di depan mata.

"Kota Cimahi terancam apabila terjadi pergerakan sesar Lembang, juga salah satu salah satu wilayah yang memiliki resiko dampak bencana yang cukup masif bisa berpotensi sampai 7 magnitudo," kata Wakil Wali Kota Cimahi, Adhitia Yudisthira saat ditemui, Sabtu (27/9/2025).

Pakar dan peneliti semua satu suara, minta masyarakat dan pemerintah fokus meningkatkan kewaspadaan dan mitigasi. Hal itu penting dilakukan demi meminimalisir jatuhnya korban jiwa saat gempa terjadi sewaktu-waktu.

"Ini yang harus kita antisipasi, kesiapan kita menghadapi bencana juga melalui simulasi pada hari ini. Dengan segala keterbatasan yang kita miliki, keinginannya memang simulasi seperti ini di setiap wilayah. Cuma upaya kita juga melalui film yang berisi simulasi dan edukasi supaya jangkauannya lebih luas," kata Adhitia.

Dari simulasi yang dilakukan, kata Adhit, ada beberapa hal yang masih perlu disempurnakan. Misalnya soal kecepatan pendirian tenda untuk korban terdampak, kecepatan evakuasi dari ketinggian, dan koordinasi antarlini.

"Evaluasi teknis pasti ada, misalnya penyelamatan suspension terlalu lama, pemasangan tenda BPBD masih kalah cepat dengan relawan Dinsos. Tinggal diperbaiki saja," kata Adhit.

Sebagai kota yang padat penduduk dan punya banyak gedung kategori objek vital, konstruksi bangunan yang sudah berdiri puluhan bahkan ratusan tahun itu belum memenuhi standar bangunan tahan gempa.

"Kita ingat 1 bulan lalu ada kejadian rumah ambruk, 2 lansia korbannya. Itu bencana non alam, setelah dianalisa ternyata penyebabnya itu akibat struktur bangunan," kata Adhitia.

"Kami akui, bangunan di Cimahi terkhusus pemukiman itu belum lah sesuai standar bangunan tahan gempa," imbuhnya.




(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads