Temuan Kasus MBG di Garut dan Peringatan Keras dari DPR RI

Temuan Kasus MBG di Garut dan Peringatan Keras dari DPR RI

Hakim Ghani - detikJabar
Jumat, 26 Sep 2025 10:21 WIB
Kunjungan DPR RI ke SPPG di Garut, Jumat (26/9/2025).
Kunjungan DPR RI ke SPPG di Garut, Jumat (26/9/2025). (Foto: Hakim Ghani/detikJabar)
Garut -

Wakil Ketua DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal meninjau lokasi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menu Makan Bergizi Gratis (MBG)-nya diduga menjadi biang kerok keracunan ratusan pelajar di Garut. Begini hasil temuannya.

Cucun menyambangi SPPG Yayasan Al Bayyinah 2, yang berlokasi di Jalan Raya Rancasalak-Kadungora, Kampung Cilageni, Desa Karangmulya, Kecamatan Kadungora pada Jumat, (26/9/2025) pagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cucun datang didampingi Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Nihayatul Wafiroh. Sejumlah pejabat dari Badan Gizi Nasional (BGN) dan Kementerian Kesehatan, serta Bupati Garut Syakur Amin juga turut mendampingi.

Dalam kunjungannya, Cucun meninjau setiap sudut SPPG. Mulai dari ruangan produksi hingga sanitasi, serta ruangan pengemasan makanan.

ADVERTISEMENT

Dalam pengecekan tersebut, Cucun melihat banyak hal yang masih tidak sesuai. Salah satunya adalah penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi yang masih berada di dalam satu ruangan.

Kemudian, steamer atau pengukus nasi yang lokasinya juga tidak terpisah dengan ruangan utama tempat memasak. Cucun sempat berdialog dengan pengelola SPPG serta penanggungjawab dari BGN, dan mempertanyakan terkait hal tersebut.

"Ini harus ada perbaikan. Kalau seperti ini bagaimana, kita beri waktu perbaikan selama satu bulan ke depan," ucap Cucun.

Dalam proses peninjauan, Cucun mendapati fakta jika SPPG tersebut ternyata baru dihentikan operasionalisasinya per hari ini, Jumat, (26/9/2025). Jadi, setelah terjadinya keracunan hari Selasa, (16/9) lalu, dapur SPPG ini masih beroperasi memasok makanan ke sekolah.

Menurut Cucun, hal tersebut karena pihak SPPG telah menerima dana dari BGN yang dialokasikan untuk makanan para pelajar. "Jadi, kemarin diambil langkah dulu dengan para pelajar diberi makanan kering sampai batas waktu virtual account-nya habis," katanya.

Cucun berharap pihak SPPG dan penanggungjawab dari BGN bisa memperbaiki beragam kekurangan di SPPG tersebut. Hal itu demi menjamin kualitas MBG yang diterima anak-anak.

"Intinya mitra (pengelola SPPG) akan perbaiki. Kita beri tenggang waktu sampai Oktober ini selesai, baru ditindaklanjuti lagi. Per hari ini disetop dulu," pungkas Cucun.

Jangan Ganggu Nominal Rp10 Ribu

Secara khusus, Cucun berpesan agar pihak SPPG untuk tidak mengambil untung dari Rp 10 ribu, yang menjadi anggaran untuk setiap porsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG).

"Saya ingatkan, jangan berani ganggu yang Rp 10 ribu ini. Pak Presiden ini program sayang kepada rakyatnya. Warga Garut harus benar-benar menerima makanan yang bergizi," ujar Cucun.

"Pemilik dapur ini kan sudah disiapkan anggarannya, sesuai yang dipaparkan Komisi IX. Mana anggaran untuk pemilik dapur, mana untuk operasional, mana untuk karyawan. Tapi yang Rp 10 ribu ini jangan berani-berani ganggu," jelasnya.

Banyak Temuan di Lapangan

Dalam kunjungannya ke Garut, Jumat, (26/9/2025) pagi, Cucun menyambangi dua SPPG yang ada di Kecamatan Kadungora. Yang pertama adalah SPPG Haji Hasan, kemudian yang kedua SPPG Yayasan Al Bayyinah 2. SPPG kedua, adalah SPPG yang menu MBG-nya diduga menjadi penyebab keracunan ratusan pelajar asal Kadungora minggu lalu.

Di SPPG pertama, Cucun yang datang bersama Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Nihayatul Wafiroh menemukan banyak temuan.

"Kalau lihat tadi, bayangkan saja, sanitasinya, higienitasnya, sudah kita lihat pembuangan airnya, sudah perlu kita pertanyakan. Dalam waktu satu bulan kita minta untuk diperbaiki," ungkap Cucun.

Selain sarana dan prasarana, Cucun juga menemukan menu MBG yang diidangkan untuk pelajar yang dianggap kurang layak. Contohnya, seperti ukuran pisang yang kecil, hingga anggur yang hanya diberikan 3 biji per porsi.

"Ayo kita hitung-hitungan sama saya. Ini paling habis Rp 6 ribu per porsi. Pisangnya kecil, anggurnya cuman tiga. Lima lah minimal," ungkap Cucun saat berdialog dengan pengelola SPPG.

Cucun menyebut, banyak yang belum sesuai dengan SOP. Seperti tempat memasak, tempat mempersiapkan makanan dan tempat mencuci tray, masih berada dalam satu tempat yang sama.

"Jadi kalau dilihat alurnya, itu sangat mungkin untuk terkontaminasi. Alhamdulillah di sini tidak ada yang keracunan tapi bukan menunggu itu terjadi, preventifnya harus dilakukan," kata Cucun.

Peran Vital Ahli Gizi

Terkait keracunan yang diduga disebabkan oleh MBG di beberapa daerah di Indonesia yang kini mulai marak, Cucun sendiri menyoroti pentingnya pengawasan.

Cucun menyoroti peran sentral ahli gizi dalam setiap produk MBG yang diberikan kepada para pelajar. "Salah satu masukan kami adalah dapur harus menyediakan test food. Komponen harus ditambah. Jangan dilakukan dulu dapurnya, sebelum memiliki test food," ungkap Cucun.

Dari hasil kunjungan di lapangan, Cucun juga mencatat pentingnya kapasitas ahli gizi yang mengontrol setiap proses pembuatan makanan di dapur.

Perketat Izin Dapur SPPG

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Nihayatul Wafiroh mengatakan, pihaknya telah memberikan banyak masukan kepada BGN, terkait permasalahan MBG.

Dari hasil pengawasan ke beberapa dapur MBG di daerah, Nihayatul menemukan banyak dapur yang sebenarnya belum laik memulai operasionalisasi.

"Makanya kalau dapur ini belum benar-benar siap SOP-nya, jangan dikeluarkan izinnya dulu. Jangan sampai kita mempercepat kontrak dengan dapur, tapi kita melupakan SOP," katanya.

Di daerah, ada dapur MBG yang baru satu bulan berdiri tapi sudah beroperasi alakadarnya. Ada juga dapur yang belum memiliki genset, tapi sudah beroperasi.

"Pas kita ke sana, kebetulan lagi mati listrik. Di sana kan ada yang namanya chiller, itu tidak boleh mati. Kan ada ikan, daging, semua berbahaya dan itu jadi catatan kami," pungkas Nihayatul.

Halaman 2 dari 2
(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads