Istilah 'Dewan Jenderal' yang Muncul Dalam Persidangan Letkol Untung

Lorong Waktu

Istilah 'Dewan Jenderal' yang Muncul Dalam Persidangan Letkol Untung

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Kamis, 25 Sep 2025 13:00 WIB
Letkol Untung bin Samsuri
Letkol Untung bin Samsuri (Foto: Wikipedia)
Bandung -

Letnan Kolonel Untung, pemimpin Gerakan 30 September 1965 atau lebih dikenal dengan G30S PKI dieksekusi di dekat Bandung. Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) menyatakan bahwa dia bertanggung jawab atas semua dakwaan.

Untung bersama pasukannya melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap enam jenderal dan satu perwira karena menilai adanya sekelompok elite militer yang diistilahkan 'Dewan Jenderal'.

Pada persidangan militer terkait Letkol Untung pada Februari 1966, istilah Dewan Jenderal itu muncul. Untung meyakini hal ini dan dia mengatakan bahwa dirinya punya saksi. Namun, keberadaan Dewan Jenderal ini tidak bisa Untung buktikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jacob Cass dan koleksi foto Letkol UntungJacob Cass dan koleksi foto Letkol Untung Foto: dok pribadi Jacob Cass/@koleksi_sejarah_indo

Menurut berbagai sumber, Dewan Jenderal akan melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno, bertepatan dengan hari angkatan bersenjata 5 Oktober 1995. Akan dilakukan pamer kekuatan dari berbagai wilayah yang terkonsentrasi di Jakarta. Setelah itu, kabarnya, kudeta akan dilaksanakan.

'Dewan Jenderal' inilah yang kemudian memicu Partai Komunis Indonesia (PKI) membuat tandingan berupa Dewan Revolusi Indonesia di mana Letkol Untung berposisi sebagai Ketua Dewan Revolusi. Dari sini pula meletus G30S PKI.

ADVERTISEMENT

Apa itu Dewan Jenderal?

Sebagaimana faktanya, sebanyak enam jenderal satu perwira diculik dan dibunuh oleh PKI. Keenam jenderal itu adalah Jenderal Ahmad Yani, Letjen Raden Suprapto, Letjen S. Parman, Mayjen Mas Tirtodarmo Haryono, Mayjen Donald Isaac Pandjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo, dan seorang perwira yang merupakan ajudan Ahmad Yani, Kapten Pierre Tendean.

Penculikan dan pembunuhan ini didasari oleh keyakinan adanya 'Dewan Jenderal'. Mereka adalah kelompok elit yang kontra revolusioner dan jelas-jelas anti-PKI.

Koran Algemeen Dagblad pada 25 Februari 1966 memberitakan sidang militer itu. Bahwa ketika Untung ditanya apa bukti dari adanya Dewan Jenderal? Untung tidak bisa membuktikannya.

"Putusan: Ketika ditanya apakah ia memiliki bukti keberadaan "dewan jenderal," Untung menjawab: "Itu adalah keyakinan saya, dan saya punya saksi." Hakim menambahkan bahwa saksi tidak diperlukan untuk mengonfirmasi suatu putusan." tulis Algemeen Dagblad.

Mayor Sujono yang memimpin pelatihan pemuda komunis di Pangkalan Udara Halim dan pada akhirnya sama-sama dieksekusi mati bersama Letkol Untung adalah salah satu yang meyakini adanya dewan jenderal.

Sebagaimana ditulis koran Algemeen Dagblad pada 26 Februari 1966, dia bahkan meyakini Dewan Jenderal tertaut dengan Amerika Serikat (AS).

Lembaga intelijen negara AS (CIA) diduga mendanai upaya penggulingan Presiden Soekarno oleh para elite militer. Upaya penggulingan itu didasari Soekarno yang dekat dengan kelompok komunis, dalam hal ini Partai Komunis Indonesia (PKI).

'Memindahkan' Berarti Membunuh

Koran Algemeen Dagblad pada tanggal 29 September 1967Koran Algemeen Dagblad pada tanggal 29 September 1967 Foto: Delpher.nl

Penculikan dan pembunuhan jenderal-jendral dan perwira oleh Letkol Untung cs. telah diakui oleh Untung sendiri dalam persidangan militer yang digelar untuk mengadilinya pada Februari 1966.

Dia sendiri mengatakan kepada tiga unit militer yang ditugaskan untuk melakukan penculikan itu, yakni untuk 'memindahkan' para jenderal dan perwira tersebut. Kejadian 30 September 1965 malam itu menjadi mencekam ketika 'memindahkan' juga berarti tindakan yang berdarah.

"Kemarin (dalam persidangan sehari sebelumnya), ia mengakui bahwa "memindahkan" juga berarti "membunuh"." tulis Algemeen Dagblad, 25 Februari 1966.

Namun, meski mengakui dia melakukan penculikan dan pembunuhan itu, Untung mengelak dari tudingan bahwa dia terafiliasi dengan PKI atau kelompok tertentu manapun. Dan tindakan penculikan itupun berdasarkan inisiatifnya sendiri, dengan niat hanya ingin melindungi Soekarno.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads