Jawa Barat dikejutkan oleh serangkaian kasus keracunan massal yang diduga bersumber dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Sepanjang September 2025, laporan demi laporan muncul dari berbagai daerah mulai dari Cianjur, Garut, Tasikmalaya hingga Bandung Barat.
Korban yang hampir seluruhnya adalah pelajar dari berbagai tingkat, tercatat mencapai seribuan orang yang merasakan gejala seperti mual-mual, pusing hingga harus dirawat di puskesmas dan rumah sakit.
Kasus pertama terungkap di Kabupaten Cianjur pada Rabu (3/9/2025). Sebanyak sembilan siswa MTs Islamiyah Sayang mengalami mual dan muntah usai menyantap menu MBG. Penyebabnya diduga berasal dari potongan buah melon yang terasa masam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ngeluhnya melon tidak segar, sedikit masam. Sebagian tidak memakan, tapi ada juga yang tetap dimakan," kata Kepala Sekolah MTs Islamiyah, Endang Suryana.
Tak lama kemudian, sejumlah siswa langsung muntah di sekolah. Mereka segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan. Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, I Made Setiawan menegaskan, pihaknya sudah mengambil sampel makanan dan muntahan untuk diuji.
"Belum tahu penyebabnya, menunggu dulu hasil uji laboratorium," ujarnya.
Sepekan kemudian, Kamis (11/9/2025), kasus serupa kembali terjadi. Kali ini 36 siswa SDN Salakawung dan SMP Budi Luhur di Kecamatan Cugenang, Cianjur mengalami gejala keracunan setelah menyantap menu MBG berupa nasi goreng dan telur bercampur saus.
"Total 36 siswa yang mengalami gejala keracunan. Bahkan lima di antaranya dirujuk ke puskesmas," ucap Kapolsek Cugenang Kompol Usep Nurdin.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Cugenang Alit Sulastri memastikan, pihaknya sudah mengambil sampel makanan untuk diuji lebih lanjut oleh Dinkes.
Ratusan Korban di Garut
Gelombang besar keracunan MBG muncul di Kabupaten Garut, tepatnya di Kecamatan Kadungora. Pada Rabu (17/9/2025). 150 pelajar dilaporkan mengalami mual, muntah, hingga pusing usai menyantap menu MBG.
"Iya (150 orang) mayoritas ringan. Kami telah menerjunkan tim ke lapangan, termasuk mengirim kebutuhan obat untuk perawatan," kata Kepala Dinas Kesehatan Garut, dr Leli Yuliani.
Jumlah korban terus bertambah. Data Kapolres Garut AKBP Yugi Bayu Hendarto pada Kamis (18/9/2025) mencatat sudah ada 194 siswa terdampak, dengan 19 orang menjalani rawat inap. Polisi pun mengamankan sampel makanan berupa nasi liwet, ayam woku, tempe orek, timun, selada, dan stroberi untuk diuji.
"Rinciannya 177 siswa mengalami gejala ringan, kemudian 19 siswa menjalani perawatan di Puskesmas Kadungora," ungkap Yugi kepada wartawan, Kamis siang.
Namun peningkatan jumlah korban tak terbendung. Pada Kamis malam, Dinkes Garut merilis angka terbaru: 569 pelajar dari empat sekolah berbeda mengalami keracunan. Esok harinya, Jumat (19/9/2025), jumlah itu kembali naik menjadi 657 pelajar.
"Mereka mengalami kesamaan gejala, setelah menyantap makanan bergizi gratis. Dari SPPG yang sama," ujar Leli Yuliani.
Muncul Gelombang Keracunan di Bandung Barat
Belum reda kasus di Garut, Kabupaten Bandung Barat (KBB) diguncang insiden serupa. Pada Senin (22/9/2025), belasan siswa SMK di Desa Sirnagalih, Kecamatan Cipongkor, mengalami gejala keracunan usai menyantap menu MBG.
"Betul ada (keracunan massal karena MBG), sudah ditangani oleh petugas medis," kata Kapolsek Sindangkerta, Iptu Solehudin. Data awal mencatat 15 siswa terdampak, namun jumlah korban terus bertambah.
Hingga malam hari, tercatat lebih dari 75 pelajar SD hingga SMA/SMK dirawat karena muntah, demam, dan sesak napas.
"Kita catat tadi itu sudah 75 anak. 50 anak dirawat di Puskesmas Cipongkor dan di GOR Kecamatan Cipongkor, 25 anak dirujuk ke RSUD Cililin," kata Kepala Puskesmas Cipongkor, Yuyun Sarihotimah.
Sehari kemudian, Selasa (23/9/2025), angka korban melonjak menjadi 352 orang. Tak hanya siswa SD hingga SMA, bahkan anak PAUD serta orang tua yang mencicipi menu MBG juga ikut terdampak.
"Sampai pagi ini, sudah 352 orang. Tapi datanya terus berubah-ubah, karena masih banyak yang berdatangan," kata Kapolsek Sindangkerta, Iptu Solehudin saat ditemui.
Pada Rabu (24/9/2025), jumlah korban kembali bertambah hingga 411 orang, dengan 47 orang dirawat inap dengan gejala umum seperti muntah, mual, pusing, lalu sesak napas.
"Sampai Rabu (24/9) pagi ini, ada 411 orang terdampak keracunan MBG. 364 masih dirawat jalan dan 47 rawat inap," kata Kepala Puskesmas Cipongkor, Yuyun Sarihotimah saat dikonfirmasi.
Ironisnya, di hari yang sama muncul kasus baru dari SPPG lain di Desa Sarinagen. Keracunan itu berawal dari empat siswa SMK Karya Perjuangan yang mengeluhkan gejala mual, muntah, dan pusing.
Mereka kemudian dilarikan ke GOR Kecamatan Cipongkor, sebagai pusat penanganan korban keracunan dari Desa Sirnagalih yang terjadi pada Senin (22/9/2025).
"Betul ada kasus baru hari ini (Rabu, 24/9) dari SPPG yang berbeda, dari SPPG Pasirsaji. Jumlah korban masih belum terkonfirmasi, terus bertambah," kata Yuyun Sarihotimah.
Penanganan untuk korban keracunan kedua ini tak akan berbeda jauh dengan penanganan kasus keracunan pertama. Semua diobservasi terlebih dahulu di GOR Kecamatan Cipongkor.
"Kita siapkan tempat penanganan awal di sini, kemudian jika ada yang harus dirujuk maka akan kita rujuk ke rumah sakit seperti RSUD Cililin," kata Yuyun.
Sementara itu, Direktur RSUD Cililin, Neng Siti Djulaehan memastikan kesiapan pihaknya menerima pasien korban keracunan. Meskipun saat ini masih ada pasien keracunan gelombang pertama yang dirawat.
"Sekarang masih ada yang dirawat itu 18, pulang 19, dan 4 masih diobservasi. Kami siap menangani pasien lainnya, kami sudah dapat informasi ada kasus baru," kata Neng Siti.
Simak Video "Video: Kasus Keracunan MBG Melonjak, Pemerintah Didesak Moratorium"
[Gambas:Video 20detik]
(bba/mso)











































