Leuit Si Jimat dan Rahasia Ketahanan Pangan di Sirnaresmi Sukabumi

Leuit Si Jimat dan Rahasia Ketahanan Pangan di Sirnaresmi Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Kamis, 25 Sep 2025 07:00 WIB
Suasana di Kampung Adat kawasan Desa Sirnaresmi, Kabupaten Sukabumi.
Suasana di Kampung Adat kawasan Desa Sirnaresmi, Kabupaten Sukabumi. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Kabut tipis masih menggantung di perbukitan Cisolok ketika cahaya Matahari pagi menyapu hamparan sawah Desa Sirnaresmi, Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Udara segar bercampur aroma tanah merah, sementara derit kayu bajak masih terdengar di beberapa petak sawah yang baru digarap.

Di sini, sebuah desa adat seluas kurang lebih 4.917 hektar, pertanian tidak pernah sekadar pekerjaan. Ia adalah jalan hidup, warisan leluhur yang dijaga lintas generasi.

Desa Sirnaresmi menaungi tiga wilayah yang masuk ke dalam Kesatuan Adat Banten Kidul yakni, Gelar Alam, Ciptamulya dan Sinar Resmi. Ketiganya mengajarkan bahwa sawah dan ladang bukan sekadar sumber pangan, tetapi ruang spiritual yang menghubungkan manusia dengan alam dan para leluhur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari dulu hingga kini, padi tetap menjadi pusat kehidupan. "Dari dulu juga di Desa Sirnaresmi masih mempertahankan pertanian, terutama padi. Sekarang sedang musim ke sawah, ke huma. Untuk kasepuhan Gelar Alam belum, karena belum seren taun, dulu itu Cipta Gelar," tutur Jaro Iwan Suwandri, Kepala Desa Sirnaresmi, kepada detikJabar, Rabu (24/9/2025).

ADVERTISEMENT

Bagi warga, tanah tak boleh dipaksa. Karena itulah mereka menanam padi hanya sekali dalam setahun. Keyakinan itu lahir dari kearifan lama, bumi pun butuh beristirahat. Hasil panen pun tidak dijual. Mereka hanya menanam untuk makan, menyimpannya di lumbung, dan berbagi jika ada yang kekurangan.

Suasana di Kampung Adat kawasan Desa Sirnaresmi, Kabupaten Sukabumi.Suasana di Kampung Adat kawasan Desa Sirnaresmi, Kabupaten Sukabumi. Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Di tengah desa berdiri leuit besar yang disebut Leuit Si Jimat. Di sinilah padi disimpan, dijaga dan diwariskan. Leuit bukan sekadar gudang pangan, melainkan tabungan hidup, tempat masyarakat menitipkan harapan agar tak ada yang kelaparan.

"Leuit Si Jimat itu berisi cadangan padi hasil panen. Kalau ada warga mau pinjam padi atau beras, ya dari situ. Jadi tidak mungkin hilang, justru itu yang paling diutamakan. Warga lebih memilih menyimpan di leuit daripada menjual, karena itu tidak boleh," jelas Jaro Iwan.

Tradisi ini membuat warga Sirnaresmi tidak terikat pada harga gabah atau fluktuasi pasar. Mereka hidup dalam lingkaran yang sederhana yakni menanam, memanen, menyimpan, dan kembali menanam.

Semua berputar dalam siklus yang ditentukan adat, agama, dan negara atau dalam istilah mereka, cara, mokaha, dan negara.

Di banyak tempat, kekhawatiran soal semakin sedikitnya generasi muda yang mau bertani makin nyata. Namun di Sirnaresmi, regenerasi masih berjalan. Anak-anak tumbuh dengan pesan orang tua bahwa sawah adalah pusaka.

"Itu tergantung didikan orang tua. Kebanyakan di sini tetap memilih bertani. Pertanian dianggap harta benda, titipan nenek moyang. Kalau sekolah ya sekolah, tapi jangan lupakan warisan itu. Sampai sekarang saya belum dengar ada anak yang benar-benar meninggalkan pertanian," kata Jaro Iwan.

Meski sebagian pemuda merantau, mayoritas tetap kembali ke kampung. Mereka boleh saja menempuh pendidikan tinggi, tetapi sawah dan huma tetap menjadi bagian hidup yang tak bisa dilepaskan. Leuit tetap penuh, ladang tetap ditanami, dan seren taun tetap dirayakan.

Sebagai kepala desa, Jaro Iwan menyadari pentingnya dukungan hukum agar tradisi ini bertahan. Ia berharap ada pengakuan yang lebih kuat bagi masyarakat adat.

"Harapan kami ada perda, bukan hanya SK. Karena di kami warganya masyarakat adat, ingin ada pengakuan wilayah adat secara hukum. Tahun 2024 saya juga sudah ngobrol dengan pak bupati," ucapnya.

Di momentum Hari Tani Nasional, Sirnaresmi menjadi cermin bahwa pertanian Indonesia tak hanya soal pangan. Ia adalah martabat, budaya, dan spiritualitas. Sawah menjadi kitab hidup, padi adalah pusaka, dan leuit adalah tabungan abadi. Di desa ini, tiga kasepuhan adat menjaga agar nafas pertanian tidak padam, meski zaman terus berganti.

Suasana di Kampung Adat kawasan Desa Sirnaresmi, Kabupaten Sukabumi.Suasana di Kampung Adat kawasan Desa Sirnaresmi, Kabupaten Sukabumi. Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar
(sya/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads