Senin (22/9/2025) siang, belasan siswa SMK di Desa Sirnagalih, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, tiba-tiba mengeluh sakit perut, muntah-muntah, hingga sesak napas. Mereka baru saja menyantap makanan dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Kabar keracunan pun cepat menyebar. Suasana sekolah berubah panik ketika satu per satu siswa terlihat lemah. Sebagian harus ditandu keluar kelas, lainnya dibopong ke kendaraan untuk segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
Kapolsek Sindangkerta Iptu Solehudin membenarkan peristiwa tersebut. "Betul ada (keracunan massal karena MBG), sudah ditangani oleh petugas medis," katanya saat dikonfirmasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut catatan sementara, sekitar 15 siswa terdampak. Gejala yang muncul khas keracunan makanan.
"Saat ini catatan sementara baru ada sekitar 15 anak. Semuanya sudah ditangani, mudah-mudahan tidak bertambah," kata Solehudin.
Mereka kemudian dibawa ke dua lokasi berbeda. Sebanyak 13 orang ditangani di Puskesmas Cipongkor, sementara 2 lainnya dirujuk ke RSUD Cililin karena kondisinya memerlukan penanganan lebih intensif.
"Ke Puskesmas (Cipongkor) 13 orang, 2 orang lagi ke RSUD Cililin. Kita masih kumpulkan keterangan, khawatirnya memang bertambah," kata Solehudin.
Insiden ini menambah daftar panjang kasus keracunan massal yang melibatkan Program MBG. Program yang awalnya digadang-gadang untuk menekan angka stunting dan meningkatkan gizi pelajar ini justru kembali menjadi sorotan.
Di berbagai daerah sebelumnya, kasus serupa sudah muncul dengan pola yang sama. Siswa yang mengeluh sakit beberapa jam setelah mengonsumsi makanan MBG. Pertanyaan pun kembali mengemuka soal standar kebersihan, rantai distribusi, hingga mekanisme pengawasan dari pihak penyelenggara.
(sya/mso)