Suasana di Pondok Pesantren Dzikir Al Fath, Kelurahan Karangtengah, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi, tampak berbeda. Di ruang utama pimpinan pondok, belasan remaja duduk bersila.
Wajah-wajah muda itu menunduk, sebagian terlihat lelah, sebagian lain tampak gelisah. Mereka adalah sebelas pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang baru saja melewati hari-hari penuh kegaduhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Empat hari sebelumnya, Senin (15/9), nama mereka mencuat setelah tawuran pecah di Jalan Otto Iskandar Dinata, Kelurahan Nanggeleng, Kecamatan Citamiang. Bentrokan pelajar itu menimbulkan keresahan.
Dua remaja bahkan terluka akibat sabetan senjata tajam. Polisi bergerak dan selang beberapa hari para pelajar itu berhasil diamankan.
Alih-alih langsung dijebloskan ke sel tahanan, mereka dibawa ke pesantren melalui program Lentera Hati Bintana (LHB). Orang tua masing-masing ikut mengantar, menyaksikan anak-anak mereka bersiap menjalani pembinaan.
Wakapolres Sukabumi Kota Kompol Fajri Anbiyaa memandang langkah ini sebagai upaya memulihkan mental dan perilaku.
"Kegiatan ini untuk perbaikan mental dan pendidikan. Harapannya mereka bisa berubah jadi pribadi lebih baik, kembali ke sekolah, dan diterima keluarganya," ujar Fajri, Senin (22/9/2025).
Di pesantren itu, 9 pelajar laki-laki dan 2 perempuan akan tinggal selama enam hari. Mereka tak hanya belajar salat dan shalawat, tetapi juga diajak menunaikan puasa sunah serta mengikuti beragam aktivitas Islami.
"Kegiatannya berbasis pendidikan agama agar nilai-nilai Islami meresap ke hati para peserta," kata Fajri.
Setelah masa pembinaan selesai, para pelajar akan dipulangkan ke orang tua masing-masing. Polisi berharap pengalaman ini menjadi titik balik, agar mereka tak lagi terjerumus dalam geng motor atau tawuran.
Di tengah lantunan dzikir yang mengalun, para remaja mulai menapaki hari-hari baru. Sebuah kesempatan kedua untuk menata ulang langkah mereka, jauh dari kebisingan bentrokan yang pernah mereka pilih.
(dir/dir)