Ujian Kesabaran Penyintas Macet Parung Panjang hingga Akhir Tahun

Ujian Kesabaran Penyintas Macet Parung Panjang hingga Akhir Tahun

Andry Haryanto - detikJabar
Sabtu, 20 Sep 2025 13:00 WIB
Warga kejar petugas dishub di Parung Panjang.
Warga kejar petugas dishub di Parung Panjang (Foto: Istimewa)
Bogor -

Jalan Parung Panjang kembali sesak. Deretan truk tambang berhenti nyaris tak bergerak, membuat pengendara motor dan mobil pribadi terpaksa merayap di sela-sela kendaraan besar. Warga yang saban hari melintas jalur ini hanya bisa mengelus dada. Rutinitas berangkat sekolah, bekerja, hingga sekadar berbelanja ke pasar jadi terhimpit oleh ritme lalu lintas tambang yang seakan tak pernah berhenti.

Pemandangan ini bukan hal baru bagi warga Parung Panjang maupun Rumpin. Sejak lama, jalan yang menghubungkan Bogor dan Tangerang ini menjadi jalur utama angkutan tambang. Hanya saja, sejak pertengahan tahun, kondisinya makin pelik.

Bukan hanya karena padatnya lalu lintas, tapi juga adanya pembangunan jalan yang sedang berlangsung di satu lajur setengah. Konsekuensinya, kendaraan harus bergantian, antrean pun tak terhindarkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Kabupaten Bogor, Bayu Ramawanto, meminta masyarakat untuk bersabar menghadapi kondisi ini. Ia menegaskan adanya relaksasi jam operasional khusus untuk truk tambang kosongan sebagai langkah sementara hingga akhir tahun.

"Kalau di dalam kesepakatan yang waktu di Parung Panjang itu bahwa pukul 9.00 WIB relaksasinya itu pukul 11.00 WIB siang tutup total untuk yang truk, terutama yang sumbu tiga. Kemudian nanti dibuka lagi jam 1 siang sampai jam 4 sore untuk sumbu tiga juga," jelas Bayu usai rapat di Pendopo Bupati Bogor, Jumat (19/9/2025).

ADVERTISEMENT

Bayu menerangkan, pembatasan jam operasional diberlakukan karena situasi jalan yang tidak memungkinkan dilalui seluruh jenis truk secara bersamaan.

"Kenapa ada relaksasi? Kalau misalnya dibuka semua baik yang kosongan ataupun yang isian dalam waktu yang sama itu pasti terjadi stuck di jalan, tidak hanya stuck untuk truk, tapi pasti juga akan berdampak bagi masyarakat," katanya.

Tak sulit menemukan gambaran nyata kondisi jalur tambang ini. Pemberitaan media, pun rekaman di media sosial dengan mengetik kata kunci 'macet Parung Panjang', maka anda akan disuguhkan gambaran kondisi sesungguhnya antrean kendaraan di sana.

Rekaman terakhir yang memantik perhatian adalah bagaimana warga Parung Panjang meluapkan emosi kepada petugas Dishub Kabupaten Bogor karena membiarkan truk tambang melintas di luar jam operasional.

Sejumlah pemuda bahkan menghentikan truk dan mendatangi petugas di pinggir jalan sambil berteriak, "Woi, lu kerja dong, kerja, kerja, kerja. Ini bukan rahasia umum lagi," sembari memukul-mukulkan tongkat. Adegan itu menjadi viral di media sosial dan menambah sorotan publik terhadap peliknya persoalan tambang di wilayah ini.

Jalanan di dekat Pasar Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, terpantau macet. Kemacetan dikarenakan volume kendaraan dan angkot yang ngetem.Jalanan di dekat Pasar Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, terpantau macet. Kemacetan dikarenakan volume kendaraan dan angkot yang ngetem. Foto: Andhika Prasetia

Selain itu, kondisi Jembatan Leuwiranji yang menjadi jalur alternatif juga memperparah keadaan. "Jembatan Leuwiranji sudah nggak layak. Kajian dari PUPR itu disebutkan sudah banyak yang patah-patah, kemudian sudah banyak besi-besi yang hilang. Kalau dibiarkan, nanti akan fatal. Karena itu, truk besar tidak boleh melintas di sana," ungkap Bayu.

Untuk kendaraan di bawah 8 ton, mobil pribadi, dan sepeda motor, jalur masih terbuka. "Truk-truk di bawah 8 ton masih boleh lewat, jadi masyarakat tetap bisa melintas. Tapi untuk transporter kendaraan besar itu tidak boleh, karena tidak layak," tegasnya.

Bayu menambahkan, aturan relaksasi ini hanya bersifat sementara. "Relaksasi jam operasional berlaku sampai Desember aja, sambil menunggu penyelesaian pembangunan jalan. Nanti pada saat Minggu, Pak Bupati Bogor akan bertemu dengan Bupati Tangerang untuk membahas masalah ini lebih detail, termasuk soal jam operasional," ungkap Bayu.

Dengan kondisi seperti ini, warga Parung Panjang dan sekitarnya dituntut untuk bersabar hingga akhir tahun. Meski kesal karena harus berdesakan dengan truk tambang, mereka diingatkan bahwa aturan relaksasi ini dibuat agar pembangunan jalan bisa tetap berjalan, ekonomi tidak terhenti, dan pada saat bersamaan aktivitas masyarakat tetap mendapat ruang.

Solusi Permanen Jalur Khusus Tambang

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bogor, Ajat Rochmat Jatnika, menegaskan bahwa pemerintah daerah tengah menyiapkan solusi permanen.

"Tambang ini sudah ada sejak 1974 dan tidak ada solusi jangka panjang. Maka Pemkab Bogor serius menyiapkan jalur tambang khusus sepanjang kurang lebih 13 kilometer dari Cigudeg sampai Rumpin, lalu terhubung ke jalan tol," ujar Ajat.

Ia menjelaskan, tahun 2025 ini Pemkab menargetkan penyusunan DED dan appraisal, sementara pembebasan lahan direncanakan pada 2026.

"Kalau misalnya kita bangun 2027, masih ada spare waktu 2-3 tahun. Harapannya jalur khusus ini bisa memisahkan pergerakan truk tambang dengan aktivitas masyarakat, seperti sekolah, bekerja, maupun kebutuhan sehari-hari," Ajat menambahkan.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads