Suara Emak-emak Sukabumi Soal MBG, Ada yang Khawatir-Ada yang Bersyukur

Suara Emak-emak Sukabumi Soal MBG, Ada yang Khawatir-Ada yang Bersyukur

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Jumat, 19 Sep 2025 20:34 WIB
Sejumlah  murid menyantap makanan bergizi gratis (MBG) di SDN 13 Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (19/9/2025). Sekolah inimenjadi salah satu sekolah yang baru saja mendapatkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari pemerintah.
Ilustrasi MBG (Foto: Pradita Utama/detikcom).
Sukabumi -

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah-sekolah Sukabumi memunculkan beragam reaksi dari orang tua murid. Sebagian mengaku, khawatir karena makanan yang dibagikan dinilai kurang layak bahkan ada yang basi, sementara sebagian lain justru merasa terbantu karena anak-anak lebih mudah makan siang.

Tak sedikit orang tua yang meminta kepada detikJabar namanya diinisialkan saat berbicara. Mereka khawatir jika identitas terbuka bisa menimbulkan masalah di sekolah anak atau berhadapan dengan pihak penyedia makanan.

Salah satunya ibu rumah tanggal berinisial V, warga Kecamatan Cikidang. Ia menceritakan pengalamannya. Anak V yang masih duduk di bangku SD sudah menerima MBG sejak lima hari terakhir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"MBG itu baru dimulai dari Senin sampai hari ini, sudah sekitar 5 harian. Bukan tidak bersyukur tapi banyak yang dimakan sudah basi, terakhir kemarin sayur acar bau dan basi, yang sebelumnya daging ayam yang bau. Saya tahu karena tidak dimakan oleh anak, paling yang dimakan hanya buah dan susu, jadi makanan yang lain dibawa pulang karena memang disuruh dibawa," ungkap V, melalui aplikasi perpesanan kepada detikJabar, Jumat (19/9/2025).

Menurutnya, kondisi ini menimbulkan kekhawatiran yang luar biasa. "Banyak kasus keracunan MBG, khawatir ketika sudah terbukti makanannya basi, dimana gizinya kalau makanan basi, kadang tidak setiap anak bisa membedakan mana makanan basi mana yang tidak, khawatir sakit perut atau keracunan. Banyak orang tua komplain, tapi tidak berani bicara atau laporan katanya takut. Ya saya juga sedikit takut tapi sebetulnya ini menyangkut gizi dan kesehatan anak-anak," tuturnya.

ADVERTISEMENT

V juga menyinggung pernyataan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang pernah ia lihat melalui video yang dibagikan di platform media sosial.

"Betul kata Pak Gubernur Dedi Mulyadi saya pernah lihat, lebih baik diuangkan saja dengan catatan anak-anak membawa bekal setiap hari. Lebih aman juga karena orang tua murid sendiri yang masak. MBG di sini terkesan terlalu mengabaikan kesehatan anak-anak," ujarnya.

Senada dengan V, seorang ibu rumah tangga berinisial RS yang anaknya bersekolah TK di Palabuhanratu juga menyampaikan keresahannya.

"Kadang anak mengeluh karena katanya asem, nggak enak. Makanya saya suka nyuruh ke anak jangan dimakan saja, makan yang enak, kalau ada buah makan buah kalau ada susu minum susunya saja," ungkap RS.

RS mengaku, sempat merasa terbantu di awal pelaksanaan program MBG.

"Sebelumnya bawa bekal sendiri ke anak, semenjak ada MBG sempat bersyukur jadi enggak usah masak lagi bawa bekal, tahunya anak ngeluh katanya rasa makanannya kurang, apalagi ramai soal keracunan ya makanya saya khawatir. Eh beberapa hari belakangan katanya MBG enggak datang lagi, ya akhirnya saya kembali membawakan bekal makanan lagi ke anak," tuturnya.

Namun tidak semua orang tua berpandangan seperti itu. Pujiwati, warga Kecamatan Parakansalak, justru menilai program MBG bermanfaat untuk anaknya.

"Alhamdulillah dengan adanya MBG anak aku bisa gampang untuk makan siang. Yang tadinya susah sekali makan siang. Tapi di Parakansalak juga belum full semua sekolah yang nerima MBG, contohnya di sekolah TK anak aku yang ke-2, belum ada MBG-nya," kata Pujiwati.

Menurut Pujiwati, sejauh ini ia merasa aman karena pihak sekolah selalu melakukan pengecekan sebelum makanan dibagikan.

"Alhamdulillah sudah enggak khawatir a, karena setiap datang menu ke sekolah pihak dari sekolah biasanya suka cek dulu. Dan katanya dengar-dengar mah suka dicicip dulu sama pihak sekolah. Jadi aman mungkin ya, kalaupun ada makanan yang basi atau yang tidak layak untuk dimakan pihak sekolah tidak akan memberikan kepada seluruh murid," ujarnya.

Meski begitu, Pujiwati berharap ada perbaikan dalam variasi menu. "Harapannya mah ya gitu a, mudah-mudahan menunya bisa lebih bervariasi. Kalau menunya aman teh mah enggak harus digoreng terus ayamnya. Kan alot ya kalau ayam goreng dilamain mah," pungkasnya.




(sya/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads