Sesar Citarik, Potensi Ancaman Senyap di Bogor Timur

Sesar Citarik, Potensi Ancaman Senyap di Bogor Timur

Andry Haryanto - detikJabar
Jumat, 12 Sep 2025 13:00 WIB
Ilustrasi Sesar Aktif
Ilustrasi sesar (Foto: Getty Images/iStockphoto/SteveCollender).
Bogor -

Sesar Citarik selama ini lebih dikenal sebagai patahan atau sesar aktif yang memanjang dari Palabuhanratu, Sukabumi, ke arah timur laut. Namun jarang disadari, ujung sesar ini menembus wilayah Bogor bagian timur, tepatnya Jonggol, Klapanunggal, hingga Gunung Putri. Kawasan yang kini menjadi pusat pertumbuhan penduduk dan industri itu sesungguhnya berada di atas jalur ancaman gempa darat.

Dalam kajian geologi yang dipublikasikan di Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Sidarto (2008) menyebut, bahwa Sesar Citarik merupakan salah satu sesar aktif di Jawa Barat dengan potensi guncangan kuat. Jurnal hasil riset panjang tersebut ditulis oleh geolog senior Sidarto (alm.) hampir dua dekade silam.

Jika aktivitas pergeseran terjadi, getaran tak hanya terasa di Sukabumi atau Cianjur, melainkan juga langsung mengancam Bogor timur. Daerah seperti Cileungsi, Klapanunggal, hingga Gunung Putri adalah kawasan dengan pemukiman padat, perumahan baru, serta zona industri yang terus berkembang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Wilayah ini memiliki risiko sosial-ekonomi tinggi karena populasi padat dan infrastruktur vital berdiri dekat jalur sesar," tulis laporan penelitian tersebut.

ADVERTISEMENT

Dampak yang dikhawatirkan bukan hanya kerusakan rumah warga, tetapi juga terganggunya pabrik-pabrik besar, kawasan industri, hingga jalur transportasi utama seperti akses tol dan jalan Cileungsi-Jonggol.

Bahaya itu terasa senyap karena sebagian besar warga tidak menyadari tanah yang mereka pijak dilalui sesar aktif yang berpotensi mengancam. Padahal, sejarah mencatat, Bogor pernah merasakan getaran dari aktivitas tektonik di sepanjang Citarik, meski pusat gempanya berada di luar kabupaten. Jika pergeseran signifikan terjadi tepat di Bogor, kerugian bisa berlipat ganda.

Karena itu, dalam jurnal tersebut, para ahli mengingatkan pentingnya pemerintah daerah mengintegrasikan Bogor timur ke dalam peta rawan gempa berbasis sesar aktif. Standar bangunan tahan gempa mesti ditegakkan, terutama di kawasan industri dan perumahan baru yang tumbuh pesat. Edukasi masyarakat pun tak kalah penting, agar warga tahu langkah mitigasi ketika guncangan datang tiba-tiba.

Riset Lanjutan Mendalam

Sukahar Eka Adi Saputra, Penyelidik Bumi Ahli Madya Badan Geologi Kementerian ESDM, saat berbincang dengan detikjabar, Jumat (12/9/2025), mengatakan, bahwa pihaknya tengah melanjutkan riset dan buah pemikiran Alm. Sidarto yang muncul sejak 2008. Apa yang dikaji Alm. Sidarto tidak bisa dipungkiri bahwa kemudian terjadi gempa pada 10 April 2025.

"Riset Pak Sidarto saat itu memang terfokus di Sukabumi yang kemudian beririsan dengan Bogor, baik kota atau di kabupaten," beber Sukahar Eka.

Sukahar Eka dan tim kemudian berinisiatif melanjutkan riset yang sudah usang tersebut. Pada November 2024 tim Badan Geologi berkolaborasi dengan Badan Informasi Geospasial (BIG) dan PT Oseanland Indonesia, turun ke lapangan meneliti Sesar Citarik sebagai langkah awal pemetaan.

"Riset lanjutan ini lebih proper karena menggunakan kebaruan metoda untuk pemetaan sesar aktif berupa LiDAR (Light Detection and Ranging) dalam membuat peta sesar aktif," kata Sukahar Eka.

Dari peta tersebut nantinya akan memotret lebih detil sesar dan pergerakannya yang melintasi Sukabumi, Kota Bogor, dan Kabupaten Bogor dengan skala 100 ribu," jelasnya.

Hasil dari temuan awal ini adalah adanya endapan longsoran purba di Cisadane dan rekahan batuan akibat pergerakan tektonik pada batuan berumur muda berdekatan dengan pusat gempa 10 April 2025 lalu. "Kami berharap riset ini menjadi temuan dan langkah mitigasi semua pihak," ujar Sukahar Eka.

Rencana tim akan bergerak kembali akhir September 2025 untuk merampungkan hasil riset yang kemudian menjadi panduan dalam mitigasi ancaman potensi bencana geologi ke depan.

"Akhir September ini kami berencana turun lagi, tapi bergantung pada anggaran penelitian penyelidikan," kata Sukahar Eka.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Ternyata Ada Gempa Pendahuluan 10 Hari Sebelum Gempa M 8,8 Rusia"
[Gambas:Video 20detik]
(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads