Tingginya Kasus Kekerasan Anak di Tasikmalaya

Tingginya Kasus Kekerasan Anak di Tasikmalaya

Deden Rahadian - detikJabar
Selasa, 09 Sep 2025 13:30 WIB
Ilustrasi kekerasan seksual terhadap anak (Denny Putra/Tim Infografis)
Foto: Ilustrasi kekerasan terhadap anak (Denny Putra/Tim Infografis)
Tasikmalaya -

Angka kekerasan terhadap anak di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia Kabupaten Tasikmalaya, kekerasan pada anak tahun 2024 mencapai 137 kasus. Tahun 2025 saja, hingga akhir Agustus tercatat sudah ada sebanyak 103 kasus.

"Data kami kekerasan pada anak itu ternyata naik tiap tahun. Tahun lalu ada 137 kasus, tahun ini sampai akhir Agustus tercatat 103 kasus yang sudah masuk," kata Ketua KPAI Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rinanto kepada detikJabar, Selasa (9/9/25).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk mencegah kekerasan pada anak, Polres Tasikmalaya bersama pemerintah daerah menggelar gerakan kampanye berani bicara berani laporkan di Kantor GPW Polres Tasikmalaya, Selasa (9/9/25).

Kampanye Rise and Peak dihadiri ratusan pelajar SD, SMP, SMA hingga pelajar berkebutuhan khusus.

ADVERTISEMENT

Kapolres Tasikmalaya AKBP Haris Dinzah menyebut kekerasan anak bisa dicegah dengan kerja sama semua pihak. Keberanian masyarakat bersuara dan melaporkan kekerasan anak bisa meminimalisir kejadian serupa terulang.

"Kita harus bekerja sama agar kekerasan terhadap anak bisa dicegah dan ciptakan lingkungan ramah untuk anak. Kami ajak semua pihak untuk membangun ini. Saya ajak masyarakat, mari kita bersuara kita lawan kekerasan pada anak dan ciptakan masa depan baik. Kalau ada kekerasan pada anak silahkan laporkan ada kami melalui berbagai saluran," kata AKBP Haris Dinzah.

Bupati Tasikmalaya, Cecep Nurul Yakin mengakui angka kekerasan ada anak dan perempuan di Tasikmalaya masih tinggi. Politisi PPP ini menyoroti efek penggunaan gadget dan media sosial turut memicu kekerasan pada anak.

Upaya mencegah ini dilakukan dengan berbagai hal, mulai dari membatasi anak bermain gadget, menjaga anak tidak salah bergaul, serta memperkuat hubungan di dalam keluarga.

"Kampanye rise and peak untuk menyampaikan kebenaran. Tentu ini bukan hanya dalam rangka Hari Polwan, melainkan juga merupakan kampanye kemanusiaan. Karena sesungguhnya berani bicara menyampaikan kebenaran ini bukan hanya tugas negara, melainkan juga memang perintah dari agama," Kata Cecep Nurul Yakin.

Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya sendiri akan mengeluarkan edaran pembatasan penggunaan gadget pada pelajar. Tidak hanya dilarang bawa HP ke sekolah, di rumah juga akan diatur melalui ketentuan yang dibebankan kepada orang tua.

"Tentu kampanye yang paling konkrit kami akan menyediakan atau mengeluarkan surat edaran ke sekolah-sekolah agar anak tidak diberikan fasilitas handphone pada saat waktu belajar, baik pada saat di sekolah, termasuk saat belajar di rumah. Penggunaan handphone harus benar-benar dikontrol dan dibatasi. Agar anak tidak diasuh oleh konten-konten yang membuat anak otaknya terbawa arus oleh konten-konten tersebut yang mungkin belum saatnya anak-anak memperoleh informasi seperti itu," kata Cecep Nurul Yakin.

Kampanye Rise and Speak berani bicara berani melapor atas kekerasan terhadap anak turut diwarnai aksi tulis harapan dalam kertas bergambar hati. Fadlan salah seorang siswa SD menulis harapan yang cukup menarik.

Dia menulis ingin mendapat cinta sepenuhnya dari ayah, bunda dan guru sekolah. "Aku mau dicintai ayah sama bunda juga pak dan bu guru di kelas. Gak mau aku dimarahin," tulis Fadlan.

(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads