Kabupaten Sukabumi

Keluarga Bayi Nadira Tunggu Maaf yang Tak Kunjung Datang

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Rabu, 27 Agu 2025 15:00 WIB
Ayah dan ibu Nadira, bayi yang meninggal dunia di RSUD Palabuhanratu (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar).
Sukabumi -

Suara azan Ashar terdengar sayup-sayup ketika detikJabar menjejakkan kaki di Kampung Babakan Astana, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Selasa (26/8/2025) sore.

Dari dalam rumah sederhana berdinding merah muda, samar terdengar lantunan doa. Tahlilan baru saja usai, tapi kesedihan masih menyesaki udara.

Di teras rumah, Syamsudin dan Neng Diah, ayah dan ibu Nadira Meysa Fauzia (1), duduk berdampingan. Mata mereka sembab, suara parau, dan tubuhnya masih lemah menahan kehilangan. Putri bungsu mereka, bayi mungil yang baru belajar berjalan, meninggal dunia di IGD RSUD Palabuhanratu, Sabtu (23/8/2025) sore, setelah tiga hari dua malam menunggu ruang perawatan yang tak kunjung tersedia.

Menunggu Maaf yang Tak Datang

Sejak tragedi itu, keluarga mengaku belum ada satu pun pihak RSUD Palabuhanratu yang datang ke rumah duka. Syamsudin mengatakan, pihak rumah sakit hanya menyampaikan permintaan maaf ketika Wakil Bupati Sukabumi Andreas dan Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Sukabumi Hamzah Gurnita melakukan sidak.

"Terkesan tidak tulus, karena momen itu ada wakil kepala daerah dan pak dewan melakukan sidak. Seharusnya, mereka (RSUD Palabuhanratu) datang dan menyampaikan maaf, serta menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada putri bungsu saya," ungkap Syamsudin dengan suara bergetar.

Ia menatap foto kecil Nadira yang terpasang di ruang tamu, diapit oleh bunga dan doa. "Rasanya nggak percaya Nadira pergi secepat ini," lirihnya.

Syamsudin menceritakan kronologi awal. Nadira dibawa ke RSUD Palabuhanratu pada Kamis sore karena keluhan jantung bocor. Setibanya di IGD, dokter langsung memasang selang ke lambung Nadira dan meminta puasa penuh.

"Dikarenakan anak saya sampai meninggal, waktu masuk ke rumah sakit, langsung diselang, disuruh puasa, hari Jumat jam 10, sampai jam 5 besok pagi, hari Sabtu, terus menerus disuruh puasa," ceritanya.

Keluarga sempat menerima surat pemindahan ke ruang ICU pada Jumat malam. Namun, proses itu tak pernah terlaksana.

"Saya pertanyaan, kapan anak saya mau dipindah. Di malam itu enggak tahu jam berapa, cuman malam udah keluar surat itu pindah ruang ICU, tapi ternyata dari malam saya ngomong, kapan dipindahkan, ternyata sampai pagi, sampai sore lagi belum juga dipindahkan, alasannya penuh," jelasnya.

Neng Diah menimpali dengan suara nyaris tak terdengar. Ia mengenang detik-detik putrinya semakin lemah pada Sabtu siang. Dalam kepanikan, keluarga justru mendapat saran yang membuat mereka bingung.

"Pas udah biru-biru, katanya bilang ke suami saya dan anak saya suruh diolesin sama madu, tapi ternyata pas pakai madu malah berbusa kayak keracunan. Kenapa kok secara tiba-tiba disuruh pakai madu, kan aneh," katanya, menahan tangis.

Simak Video "Video: Menag Minta Maaf soal Sebut 'Kalau Mau Cari Uang Jangan Jadi Guru'"


(sya/mso)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork