Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Tasikmalaya, Jabar, menghadapi krisis stok darah. Dari kebutuhan 1.200 hingga 1.500 kantong setiap bulan, kekurangan mencapai 500 kantong sehingga banyak keluarga pasien kesulitan mendapatkan darah dan harus mencari hingga Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis.
"Ya benar sekali kami kekurangan stok darah perbulannya 500 labuan. Walau untuk Agustus sudah mencukupi karena ada agenda donor darah lembaga dan instansi kaitan Hari Kemerdekaan RI ke 80 tahun," kata Kepala Bidang Administrasi PMI Kabupaten Tasikmalaya Tonton Ferdian kepada detikjabar di kantornya, Rabu (27/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tonton mengatakan berbagai kendala menyebabkan stok darah di PMI Kabupaten Tasikmalaya masih kurang untuk memenuhi kebutuhan. Kesadaran masyarakat untuk donor darah masih kurang. Apalagi, kantor cabang PMI Kabupaten Tasikmalaya masih berada diwilayah administrasi Kota Tasikmalaya. Padahal dalam Undang-undang (UU) Nomor 1 Tahun 2018 tentang Kepalangmerahan Pasal 27 Ayat 3 yang menyebutkan PMI kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c berkedudukan di Ibukota, kabupaten atau kota memiliki wilayah kerja meliputi wilayah kabupaten atau kota.
"Masyarakat Kabupaten Tasikmalaya harus berangkat ke kota untuk sekadar donor darah. Jadi banyak testimoni warga Kabupaten Tasikmalaya yang mau donor kejauhan datang ke sini, mereka akhirnya mundur," kata Tonton Ferdian.
Tonton mengaku kendala lainnya adalah pembayaran dari rumah sakit pemerintah dan swasta. Saat ini, total tunggakan rumah sakit terhadap PMI mencapai Rp 2 miliar. Padahal biaya oprasional PMI mengandalkan biaya pengganti pengolahan darah.
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 Tahun 2015 biaya pengolahan darah sebesar Rp 490 ribu per kantong.
"Kendala ada pembayaran dari rumah sakit terlambat. Jadi satu satunya anggaran oprasional dari situ gak ada anggaran untuk back up lainnya. Yah kalau dihitung total bebrrapa RS yang nunggak sampailah Rp 2 miliar," kata Tonton Ferdian.
Tonton juga menyampaikan soal fasilitas unit transfusi darah yang masih minim. Dengan demografi luas dan jumlah penduduk 1,7 juta lebih hanya tersedia satu unit transfusi darah di Kabupaten Tasikmalaya.
"Yah kendala lain UTD kita kan hanya satu di sini di PMI. Idealnya memang ada UTD di utara, selata Tasik sampai di timur," ucap Tonton.
Dampak dari kurangnya stok darah yang ada di PMI ini menyebabkan keluarga pasien mengalami kesulitan mendapatkan darah. Seperti yang dialami oleh keluarga Dadang asal Rajapolah. Dia pernah beberapa kali tidak mendapatkan darah untuk penyakit istrinya yang gagal ginjal.
"Saya pagi ke sini mau ambil darah buat istri. Rutin, istri saya gagal ginjal harus cuci darah. Kebetulan sekarang HB-nya turun. Beberapa kali saya datang darah nggak ada. Saya harus nyari ke kota (Tasikmalaya) sama Ciamis," kata Dadang.
(sud/sud)