Pemerintah Kota Bandung terus memperkuat langkah mitigasi menghadapi potensi bencana gempa bumi yang bisa dipicu oleh aktivitas Sesar Lembang. Upaya ini dilakukan sebagai bentuk kesiapsiagaan, seiring kajian para peneliti yang menyebutkan bahwa patahan sepanjang 29 kilometer tersebut berpotensi menimbulkan guncangan besar.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Bandung, Didi Ruswandi, menyebut meskipun garis Sesar Lembang tidak melintasi Kota Bandung, wilayah ini justru berpotensi mengalami dampak kerusakan yang maksimal. Kondisi tersebut berkaitan dengan amplifikasi atau penguatan guncangan karena faktor batuan dan kepadatan penduduk.
"Kota Bandung itu dari hasil simulasi atau pemodelan, tingkat kerusakannya MMI 8. Jadi seluruh Kota Bandung, karena tingkat kepadatan penduduknya sangat tinggi, maka kita memperlakukan seluruh penduduk Kota Bandung dengan intensitas kerusakan yang merata," ujar Didi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fokus pada Sosialisasi dan Titik Evakuasi
Sebagai antisipasi, BPBD Kota Bandung gencar melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai langkah-langkah penyelamatan diri ketika gempa terjadi. Pemerintah juga menyiapkan titik-titik evakuasi yang sudah dipetakan berdasarkan potensi wilayah terdampak.
"Kemudian kami juga sudah ada pemetaan titik yang paling terdampak, dan kemarin juga sudah menyiapkan titik evakuasi di Kota Bandung, itu berdasarkan regulasi. Kami ingin lebih taktis lagi, artinya semua pihak memahami kewilayahannya. Nanti kita susun supaya semua perangkat tahu tugasnya masing-masing," kata Didi.
Dikutip dari CNN Indonesia, ada enam titik evakuasi apabila terjadi gempa akibat Sesar Lembang. Enam titik tersebut yakni Taman Tegalega, Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Gasibu, Alun-alun Kota Bandung, Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) dan Lapangan Olahraga Arcamanik.
Langkah ini dipandang penting agar masyarakat tidak hanya mengetahui potensi bencana, tetapi juga memiliki kapasitas untuk melindungi diri serta keluarganya.
Peneliti Tekankan Pentingnya Kesiapsiagaan
Sejumlah peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan BMKG juga mengingatkan perlunya kewaspadaan. Peneliti Gempa Bumi BRIN, Mudrik Rahmawan Daryono, menjelaskan bahwa satu segmen Sesar Lembang sepanjang 29 kilometer mampu menghasilkan gempa dengan magnitudo 6,5 hingga 7.
"Sesar Lembang itu satu segmen sepanjang 29 kilometer yang mampu menghasilkan gempa magnitudo 6,5 sampai 7, tentu dampak terburuknya, magnitudo 7," kata Mudrik.
Sejauh ini, rentetan gempa kecil memang terpantau sejak Juni hingga Agustus 2025. Namun menurut Mudrik, fenomena tersebut belum dapat dipastikan akan berlanjut pada gempa besar.
"Terus terang sampai saat ini sebagai saintis belum bisa memastikan apakah ini akan disusul oleh gempa besar atau hanya gempa kecil lalu berhenti, namun dua kemungkinan itu bisa terjadi. Tetapi kita sebagai manusia harus siap siaga menghadapi skenario terburuk," ujarnya.
BMKG sendiri menilai rangkaian gempa kecil berpotensi sebagai foreshock atau gempa pembuka, meski kepastian waktunya sulit diprediksi.
![]() |
Pemerintah dan Masyarakat Didorong Siap Siaga
Mudrik menekankan bahwa kesiapan masyarakat sangat penting dalam menghadapi potensi bencana, terutama terkait pengetahuan dasar penyelamatan diri.
"Pemerintah daerah sudah menerima fakta ini (bahaya Sesar Lembang), itu yang pertama harus disyukuri. Kemudian kita, masyarakatnya, harus mempersiapkan diri, tahu apa yang harus dilakukan ketika berada di sekolah, rumah, kamar mandi, agar bisa melindungi diri dan keluarga. Semua harus siap siaga dan meningkatkan kapasitas kalau terjadi sewaktu-waktu," kata Mudrik.
Upaya mitigasi yang dilakukan pemerintah kota, ditambah dengan pemahaman masyarakat, diharapkan dapat meminimalisasi risiko sekaligus memperkuat ketahanan warga Bandung menghadapi potensi gempa di masa mendatang.