Jawa Barat kembali diguncang sejumlah kejadian gempa bumi dalam beberapa hari terakhir. Dua sesar aktif yakni Sesar Lembang di utara Bandung dan Sesar Baribis di Bekasi bergerak, mengakibatkan guncangan gempa beberapa hari terakhir.
Sesar Lembang dikenal sebagai sesar aktif yang membentang sekitar 29 kilometer di utara Bandung menunjukkan peningkatan aktivitas seismik akhir-akhir ini. BMKG mencatat, dalam sepekan terakhir sesar ini beberapa kali memicu gempa kecil namun terasa hingga permukiman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 14 Agustus 2025, gempa M 1,8 akibat aktivitas Sesar Lembang mengguncang wilayah Pasirlangu, Tugumukti, dan Pasirhalang, Bandung Barat.
Kemudian pada 19 Agustus 2025, dua kali gempa terjadi di Kota Cimahi, salah satunya bermagnitudo 2,3 dengan pusat gempa 9 km barat laut kota. Terakhir pada 20 Agustus 2025, gempa M 1,7 mengguncang Bandung Barat sekitar pukul 12.28 WIB.
Badan Geologi mengonfirmasi adanya peningkatan aktivitas seismik di Sesar Lembang. Namun masyarakat diingatkan untuk tidak panik, melainkan meningkatkan kesiapsiagaan bencana.
"Dalam seminggu ini dari pemantauan BMKG ada empat kejadian gempa (akibat Sesar Lembang) meskipun kekuatannya kecil, ini dianggap sebagai peningkatan," kata Supartoyo saat diwawancarai, Kamis (21/8/2025).
Supartoyo menyebut, laju pergeseran pada segmen Sesar Lembang mencapai 2-3 milimeter per tahun dengan laju dominan horizontal serta tambahan komponen vertikal. Namun pergeseran ini dipastikan tidak otomatis memicu gempa besar.
"Kadang setelah meningkat cukup tinggi laju pergeserannya, dilepasnya tidak tiba-tiba tapi pelan," jelasnya.
Berbeda dengan Sesar Lembang, Sesar Baribis berjenis sesar naik (thrust) dengan panjang sekitar mencapai ratusan kilometer. Sesar ini membentang dari Cirebon sampai Bekasi dan terbagi ke dalam beberapa segmentasi.
Pada 20 Agustus 2025 pukul 19.54 WIB, gempa bermagnitudo 4,9 mengguncang Bekasi. Pusat gempa berada 19 km tenggara Bekasi dengan kedalaman 10 km. Getaran terasa cukup kuat di Bekasi, Purwakarta, Depok, hingga Cikarang dengan intensitas MMI III-IV.
BMKG menyebut gempa ini dipicu oleh aktivitas Sesar Naik Busur Belakang Jawa Barat, bagian dari sistem Sesar Baribis. Badan Geologi menambahkan, kondisi tanah lunak di Bekasi memperkuat guncangan sehingga terasa lebih keras.
"Litologi penyusun wilayah ini terdiri atas batuan sedimen berumur Tersier, batuan gunung api berumur kuarter, serta endapan aluvium berumur Resen. Batuan yang telah mengalami pelapukan dan/atau sedimen permukaan berpotensi memperkuat guncangan gempa bumi," ucap Kepala Badan Geologi, M. Wafid dalam keterangannya.
Meski tidak menimbulkan kerusakan yang begitu parah, para ahli mengingatkan potensi sesar ini tidak bisa diremehkan. Penelitian mencatat Sesar Baribis sudah aktif sejak ribuan tahun lalu dan pernah memicu gempa besar di masa lampau.
Kedua sesar ini sama-sama mengingatkan betapa rawannya Jawa Barat terhadap gempa. Sesar Lembang dengan potensi gempa hingga magnitudo 7,0, serta Sesar Baribis yang membentang di dekat kawasan megapolitan, sama-sama patut diwaspadai.
Pakar kebencanaan mengingatkan, kunci dari menghadapi potensi bencana ada pada mitigasi. Mulai dari pembangunan tahan gempa, sosialisasi jalur evakuasi, hingga kesadaran warga untuk selalu siap menghadapi situasi darurat.
"Jadi obat untuk pengurangan risiko bencana gempa hanya tiga, pertama tingkatkan upaya mitigasi baik secara struktural dan non struktural. Kemudian penataan ruang harus diatur. Hanya upaya ini untuk mengurangi resiko dampak gempa bumi," ucap Supartoyo.
(bba/sud)