Fakta Medis Balita Sukabumi Tubuhnya Dipenuhi Cacing Gelang

Fakta Medis Balita Sukabumi Tubuhnya Dipenuhi Cacing Gelang

Tim detikJabar - detikJabar
Selasa, 19 Agu 2025 19:30 WIB
Cacing gelang di tubuh seorang wanita dari India.
Ilustrasi cacing gelang (Foto: Facebook/Harry Welling)
Sukabumi -

Seorang balita bernama Raya, asal Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, mengembuskan napas terakhir setelah tubuh mungilnya dipenuhi cacing gelang. Kondisi yang ia alami sempat membuat tim medis kebingungan, karena penurunan kesadarannya tidak langsung menunjukkan penyebab pasti hingga akhirnya terungkap hal mengejutkan di ruang IGD.

Kronologi Saat Raya Dilarikan ke Rumah Sakit

Raya pertama kali dibawa keluarganya ke RSUD Syamsudin, Kota Sukabumi, pada 13 Juli 2025, sekitar pukul 20.00 WIB. Saat itu, ia sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri sejak sehari sebelumnya.

"Pasien datang dibawa keluarga dan tim pengantar dalam keadaan tidak sadar. Hasil pemeriksaan awal menunjukkan syok atau kekurangan cairan berat," kata dr Irfan, Humas sekaligus dokter IGD RSUD Syamsudin kepada detikJabar, Selasa (19/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski sempat ditangani dengan obat agar kondisinya stabil, dokter masih kebingungan mencari penyebab penurunan kesadarannya. Hingga kemudian terjadi peristiwa yang membuat semua orang terkejut.

ADVERTISEMENT

"Saat di IGD, tiba-tiba keluar cacing dari hidung pasien. Dari situ, kita mulai menduga ada kaitannya dengan infeksi cacing," ujarnya.

Terungkap Infeksi Askariasis

Raya kemudian dipindahkan ke ruang PICU. Dari pemeriksaan medis lebih lanjut, diketahui ia menderita askariasis, infeksi akibat cacing gelang (Ascaris lumbricoides). Cacing ini biasanya hidup di tanah dan bisa menginfeksi manusia jika telurnya masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, atau tangan yang kotor.

"Infeksi bisa terjadi ketika telur cacing tertelan, baik melalui makanan, minuman, maupun tangan yang kotor. Telur akan menetas di usus, lalu berkembang jadi larva yang bisa menyebar lewat aliran darah ke organ-organ, bahkan otak. Itu sebabnya pasien bisa tidak sadar," jelas Irfan.

"Tapi di lain sisi, yang sering kita temukan di paru makanya kenapa cacing bisa keluar lewat saluran nafas kita. Jadi dia merambat naik ke saluran atas ke hidung atau mulut. Kalau kondisi tidak sadar kan cacing dengan leluasa bisa bergerak kemana-mana termasuk ke BAB nya juga, karena banyak sekali cacingnya. Sudah dipastikan sarang utamanya ada di usus," sambungnya.

Lingkungan dan Faktor Penyerta

Irfan juga menyinggung kondisi lingkungan yang berpotensi menjadi pemicu. Keluarga Raya tinggal di rumah panggung sederhana dengan tanah terbuka di bawahnya. Sehari-hari, Raya kerap bermain di tanah tanpa alas kaki.

"Sepertinya pasien sering bermain di tanah tanpa alas kaki. Itu memperbesar risiko infeksi," kata dia.

Yang membuat kondisinya semakin parah, diduga Raya juga mengalami komplikasi tuberkulosis meningitis, karena kedua orang tuanya sedang dalam pengobatan TB paru. "Jadi kemungkinan penyebabnya kombinasi antara infeksi cacing dan TB," ujar Irfan.

Akhir Perjalanan di Ruang Perawatan

Sayangnya, upaya medis tak mampu menyelamatkan nyawa Raya. Kondisinya yang sudah kritis sejak awal membuat obat cacing tak bekerja optimal.

"Raya dibawa ke rumah sakit dalam kondisi terminal. Kalau penilaian saya pribadi sudah amat sangat terlambat dibawa ke rumah sakit. Obat yang kita berikan tidak bisa seefektif itu. Pada akhirnya, Raya meninggal dunia pada 22 Juli 2025 pukul 14.24 WIB," tutup Irfan.

Kesaksian Keluarga

Keluarga Raya masih sulit menerima kenyataan pahit ini. Edah, kerabatnya, mengaku sempat menyaksikan sendiri cacing keluar dari hidung sang balita saat dirawat di IGD. Sementara Sarah, bibi yang ikut mengasuh Raya, menuturkan bahwa sehari sebelum sakit keponakannya masih sempat bermain dengan anak-anak lain.

Keluarga baru mengetahui tubuh Raya dipenuhi cacing setelah ia meninggal dunia. "Gak tau, jadi begitu sampai disini dikabari bahwa banyak cacing dan segala macamnya, iya baru nya udah meninggal waktu lihat itu nya, gak tau bisa seperti itu, dari pola hidup suka main di tanah si anak, di dapur suka cumang cemong emang iya sehari harinya begitu," kata Sarah.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads