Radio turut menjadi saksi sejarah dalam menyuarakan kemerdekaan Indonesia ke seluruh penjuru dunia. Meski di tengah keterbatasan pasca perang, alat komunikasi tersebut bisa menyampaikan semangat perjuangan bangsa.
Salah satu yang berperan penting adalah sebuah stasiun radio milik pemerintah pendudukan Jepang, Radio Hoso Kyoku. Radio tersebut saat ini telah bertransformasi menjadi Radio Republik Indonesia (RRI).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Radio tersebut kala itu berlokasi di Jalan Tegallega, dan saat ini lebih dikenal Jalan Moh. Toha, Kota Bandung. Di lokasi tersebut menjadi sejarah penyebarluasan kemerdekaam Indonesia hingga ke seluruh dunia.
Peran radio adalah saat menyebarluaskan kemerdekaan Indonesia. Kala itu Sukarno didampingi Mohammad Hatta membacakan teks Proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta, Jumat, 17 Agustus 1945, tepat pukul 10.00 WIB.
Acara proklamasi dihadiri tokoh-tokoh pergerakan nasional, wartawan, dan masyarakat umum yang berkumpul di halaman rumah Sukarno. Setelah pembacaan selesai, dilanjutkan dengan pengibaran bendera pusaka Merah Putih, yang dijahit oleh Ibu Fatmawati, diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Setelah proklamasi kemerdekaan dibacakan, berita kemerdekaan disebarkan melalui berbagai sarana komunikasi yang tersedia pada masa itu. Radio menjadi media utama penyebaran informasi, sementara surat kabar dan selebaran turut mempercepat penyebaran kabar gembira ini ke seluruh Nusantara.
Informasi kemerdekaan tersebut sampai hingga karyawan Hoso Kyoku, salah satunya adalah Sakti Alamsyah. Karyawan yang mayoritas kala itu adalah warga Indonesia memutuskan untuk turut membacakan teks Proklamasi melalui siaran radio.
"Akhirnya naskah itu dapat dari yang namanya Muhammad Amin dikirim ke Bandung. Jadi pagi-pagi dibacakan oleh Bung Karno di Pegangsaan, nah jam 19.00 WIB malam dibacakan oleh Sakti Alamsyah melalui radio," ujar Kepala RRI Bandung, Soleman Yusuf, kepada detikJabar, belum lama ini.
Penyebarluasan berita kemerdekaan Indonesia turut dibantu Radio Malabar Gunung Puntang, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung. Pasalnya kala itu pemancar Radio Hoso Kyoku hanya menjangkau beberapa daerah di Indonesia.
"Jadi para teknisi Radio Hoso Kyoku yang kemudian berubah nama jadi RRI Bandung itu memanfaatkan Radio Malabar untuk memancar teruskan ke seluruh dunia," katanya.
Radio Malabar memiliki pemancar arc berdaya besar 2400kW. Hal tersebut yang membuat radio tersebut menjadi stasiun pemancar terkuat di dunia pada zaman tersebut.
"Karena kalau pakai Hoso Kyoku aja, itu kan daya pancarnya enggak terlalu kuat. Jadi mereka pakai Stasiun Malabar dipancarluaskan, kan bisa didengar di mana-mana. Daya pancarnya tuh kuat banget sekitar 2.400kW. Mungkin yang terbesar di dunia di Malabar itu," jelasnya.
Informasi kemerdekaan Indonesia sampai ke beberapa negara di luar negeri. Salah satunya adalah sampai ke Kota Baghdad, Irak. Hal tersebut diperkuat salah satu mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di negara tersebut.
"Bahkan kita juga punya saksi yang mendengarkan di Baghdad. Waktu itu dia mahasiswa," ucap Soleman.
Teks Proklamasi Indonesia yang bermakna mendalam ini telah menjadi warisan abadi bangsa Indonesia. Dokumen bersejarah yang disusun oleh tokoh bangsa ini tidak hanya menandai lahirnya negara Indonesia, tetapi juga meletakkan fondasi nilai-nilai kebangsaan yang tetap relevan hingga saat ini.
Momen bersejarah tersebut terekam dan diarsipkan dengan rapih di Radio Hoso Kyoku yang saat ini menjadi RRI. Dalam memperingati peringatan Kemerdekaan RI ke-80, RRI Bandung membuat sebuah gebrakan baru.
Gebrakan tersebut adalah dengan memproduksi drama radio berjudul "Menjemput Suara Merdeka, Suara yang Mengguncang Dunia". Drama tersebut dihadirkan sebagai pengingat bahwa kemerdekaan Indonesia itu adalah penuh perjuangan.
"Dari drama radio ini istimewanya adalah pada episode kedua kami menghadirkan rekaman suara asli penyiar Sakti Alamsyah saat momen proklamasi, yang dipancarteruskan ke seluruh dunia," ungkapnya.
Adanya arsip suara kemerdekaan tersebut bisa menjadi edukasi bagi generasi saat ini. Sehingga momen proklamasi tersebut bukan hanya sekedar dokumentasi dan seremonial. Tapi ada proses perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia.
"Jadi kita sudah produksi sudah berdasarkan riset, berdasarkan referensi, kita sudah buat dramanya dari episode 1 sampai 10. Nanti episode 7 kita akan ada kesaksian Imron Rosadi yang mendengar langsung kemerdekaan di Baghdad Irak," tuturnya.
Soleman berharap dengan adanya drama radio tersebut bisa memberikan informasi bahwa radio berperan dalam kemerdekaan Indonesia. Kemudian bisa didengarkan oleh masyarakat generasi saat ini.
"Dengan drama radio ini bisa membuka mata ke masyarakat Indonesia bahwa ada peristiwa besar yang sebenarnya ada peran orang-orang yang bekerja di radio. Saya berfikir zaman itu belum ada internet, google dan segala macam. Tapi bisa menyiarkan radio dengan daya pancar yang luar biasa," pungkasnya.
(orb/orb)