Publik Malaysia digemparkan oleh sebuah nama yang muncul secara tiba-tiba dan menyayat hati, Zara Qairina Mahathir, siswi Sekolah Menengah Kebangsaan Agama (SMKA) Tun Datu Mustapha di Papar, Sabah.
Zara tidak dikenal karena prestasi gemilang atau sensasi, melainkan karena sebuah tragedi memilukan yang memicu perbincangan nasional di Negeri Jiran tentang keselamatan anak di lingkungan sekolah.
Kematiannya yang diyakini terkait dengan bullying atau perundungan, memicu kemarahan nasional setelah tuduhan yang melibatkan tokoh-tokoh terkemuka. Kasusnya memicu seruan keadilan dan duka cita yang meluas dengan tagar #JusticeForZara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kronologi Peristiwa Tragis yang Menimpa Zara Qairina
Kisah pilu ini berawal pada tanggal 16 Juli, ketika Zara Qairina ditemukan dalam kondisi yang mengenaskan. Laporan dari media menjadi satu-satunya jendela untuk memahami rangkaian kejadian pada hari nahas tersebut.
Menurut laporan, Zara Qairina ditemukan sudah dalam keadaan pingsan di sebuah saluran pembuangan yang berada di dekat kompleks asrama sekolahnya. Penemuan ini terjadi pada waktu yang sangat tidak wajar, yaitu sekitar pukul 3 pagi.
Lokasi penemuan yang tidak biasa ini langsung menimbulkan berbagai spekulasi dan pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya terjadi padanya sebelum itu.
Informasi awal yang beredar menyebutkan bahwa kondisi Zara Qairina disebabkan oleh insiden jatuh dari ketinggian. Secara spesifik, ia dilaporkan jatuh dari lantai tiga gedung asramanya.
Zara dilarikan ke Rumah Sakit Queens Elizabeth I, namun dinyatakan meninggal dunia pada 17 Juli. Jenazahnya kemudian dimakamkan tanpa adanya pemeriksaan post-mortem.
Kematian Zara ini menuai kecurigaan publik, yang awalnya dipicu oleh tidak adanya autopsi awal terhadap jenazahnya. Publik Malaysia juga mengkritik kurangnya transparansi dalam penyelidikan kasus ini.
Spekulasi yang muncul soal dugaan bullying yang dialami Zara dan dugaan keterlibatan keluarga "VIP" berpengaruh -yang belum terverifikasi- semakin memperkuat kecurigaan dan memicu kemarahan publik, dengan beberapa menuduh adanya dugaan upaya menutup-nutupi kasus ini.
Penyelidikan terhadap kasus ini masih berlangsung, dengan makam Zara telah digali dan jenazahnya diautopsi pada 10 Agustus setelah perintah autopsi post-mortem diterbitkan oleh Kantor Kejaksaan Agung Malaysia (ACG).
Hasil autopsi belum dirilis secara resmi ke publik, namun pengacara keluarga Zara menyebut adanya tanda-tanda cedera pada tubuhnya.
Tak Ada Ruang untuk Bullying
Wakil Menteri Pendidikan Malaysia, Wong Kah Woh, seperti dilansir Malay Mail, Rabu (13/8/2025), menegaskan pihaknya tidak akan berkompromi dalam hal apa pun terkait bullying di sekolah.
Wong juga mengatakan bahwa Kementerian Pendidikan tidak pernah berusaha melindungi pihak mana pun yang terlibat dalam insiden perundungan semacam itu, yang merespons sejumlah tuduhan yang muncul.
Dia menambahkan bahwa pihaknya siap bekerja sama sepenuhnya dengan kepolisian dalam penyelidikan kasus Zara.
"Kasus ini sedang diselidiki oleh kepolisian, dan Kementerian Pendidikan akan menyerahkannya kepada otoritas berwenang untuk menjalankan tugas mereka," ucap Wong saat berbicara di hadapan parlemen atau Dewan Rakyat Malaysia pada Senin (11/8).
Dia menanggapi pertanyaan yang dilontarkan oleh anggota parlemen dari wilayah Semporna, Mohd Shafie Apdal, yang menyuarakan kekhawatiran tentang dugaan keterlibatan orang-orang dengan koneksi kuat dalam kasus Zara.
"Pertama, Kementerian Pendidikan tidak pernah dan tidak akan berkompromi dalam hal bullying. Kedua, Kementerian Pendidikan tidak pernah, dalam kondisi apa pun, berusaha melindungi siapa pun, sebagaimana yang dituduhkan," ujar Wong
(yum/yum)