Plafon bolong menganga, kayu penyangga lapuk, dan genting yang copot satu per satu jadi pemandangan sehari-hari di SDN Gunung Batu, Kecamatan Kebonpedes, Kabupaten Sukabumi.
Debu bercampur pecahan eternit menutupi lantai. Dinding yang dulu dicat cerah kini mengelupas, sementara cahaya matahari masuk dari lubang-lubang besar di atap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiga ruang kelas yaitu kelas 4, 5, dan 6 sudah tidak bisa dipakai sejak Februari 2024. Anak-anak terpaksa belajar di musala dan ruang perpustakaan yang sebagian dipakai gudang.
"Kalau ada pelajaran olahraga, siswa kelas 4 pindah ke kelas kosong. Jadi bergiliran," kata Kepala SDN Gunung Batu Ami Kusmaeni saat ditemui detikJabar di lokasi, Jumat (8/8/2025).
Ami bercerita, awalnya kerusakan belum terlalu parah sehingga masih dipakai untuk KBM. "Mulai Februari 2024 sudah agak roboh dan akhirnya nggak bisa digunakan. Dulu sempat belajar di luar, tapi setelah benar-benar rusak, pindah ke mushola dan perpustakaan. Mushola biasanya buat salat dhuha, sekarang salatnya di lapangan," ujarnya.
Kondisi darurat ini membuat proses belajar semakin berat. Meski dalam kondisi keterbatasan, para siswa tetap semangat belajar di ruang perpustakaan dan mushola. Sementara untuk siswa kelas 4 SD harus bergiliran menggunakan kelas ketika para siswa sedang mata pelajaran olahraga.
"Jumlah siswa banyak, ruangannya sempit, ventilasi kecil. Kasihan anak-anak, tapi semangat belajar mereka luar biasa. Mereka mau belajar walaupun di ruangan sesederhana itu," ucapnya.
Sejauh ini, sekolah sudah mengajukan usulan perbaikan ke Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi dan menginput laporan ke dapodik. Namun hingga kini belum ada realisasi.
"Katanya menunggu anggaran perubahan. Saya sudah berkali-kali melapor, pihak kecamatan dan dinas juga sudah lihat langsung," ungkapnya.
Sekretaris Komite SDN Gunung Batu, Dadan Apriandani, menegaskan kondisi ini sudah terlalu lama dibiarkan.
"Ini 30 tahun loh belum ada perbaikan. Tiga ruang kelas itu parah, tapi yang lainnya juga harus diperbaiki. Kami minta revitalisasi total, jangan tambal sulam, nanti roboh lagi," tegasnya.
Dadan mengaku sudah berkoordinasi dengan kecamatan, UPTD Pendidikan, bahkan anggota dewan.
"Kita sudah sampaikan, tapi alasan mereka menunggu anggaran perubahan. Kami dari komite dan kepala sekolah ingin program yang tuntas, menyeluruh. Pendidikan ini penting, jangan sampai anak-anak belajar di mushola atau luar kelas terus," katanya.
Menurutnya, upaya antisipasi sudah dilakukan sejak awal musim hujan lalu, termasuk memindahkan siswa ke mushola agar aman dari potensi atap ambruk. "Kalau perlu, nanti kita minta orang tua murid ikut membongkar supaya aman," tambahnya.
Kini, di tengah gembar-gembor peningkatan kualitas pendidikan, SDN Gunung Batu justru bertahan dalam kondisi darurat. Tiga ruang kelasnya dibiarkan terbuka, jadi saksi bisu bagaimana janji pembangunan belum menyentuh anak-anak di desa ini.
"Iya di saat pendidikan diutamakan dan masuk program Asta Cita Presiden Prabowo tapi kondisi di daerah masih seperti ini, mengkhawatirkan," tutup Dadan.
(sud/sud)