Situs Megalitikum Gunung Padang tetap berdiri kokoh meskipun sudah berusia ribuan tahun. Selain memanfaatkan berat batu, ditemukan juga adonan perekat yang disebut peneliti sebagai semen purba yang memperkokoh struktur situs prasejarah tersebut.
Secara kasat mata, ribuan batu berbentuk tabung persegi lima itu tersusun rapi dan menempel erat satu sama lainnya tanpa ada perekat atau semen layaknya bangunan modern.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun sempat beberapa kali diguncang gempa bumi ataupun fenomena alam lainnya, bangunan situs Gunung Padang tetap berdiri kokoh. Meskipun di beberapa bagian, batu yang seharusnya berdiri tegak sudah mulai tergeletak atau patah.
Ketua Tim Peneliti sekaligus Arkeolog Ali Akbar mengatakan kokohnya struktur bangunan Situs Gunung Padang yang diduga berusia 5.000 tahun sebelum masehi atau lebih tua dari piramida Giza di Mesir dikarenakan beberapa faktor.
Menurut dia, salah satunya ialah penyusunan bebatuan yang dilakukan secara simetris dan beban batu yang berat sehingga saling mengikat serta menopang satu sama lainnya. "Salah satu penyebab bangunannya kokoh ialah beban dari setiap batu, sehingga mengikat satu sama lainnya. Tidak mudah bergeser. Bentuk dari batu juga mempengaruhinya," kata dia, Senin (4/8/2025).
Selain itu, Ali mengungkapkan, pihaknya juga mendapati adanya semen purba yang memperkuat dan mempererat susunan bebatuan. Temuan itu didapatkan dalam penelitian sebelumnya di beberapa lokasi di teras utama Gunung Padang.
Menurut dia, dari sela bebatuan ditemukan adanya kandungan yang berbeda. Semula peneliti mengira lapisan tersebut sebatas tanah biasa, tetapi setelah diuji laboratorium ternyata lapisan itu merupakan adonan yang terdiri dari beberapa bahan.
"Setelah kami teliti saat itu, ternyata itu campuran antara silika, ferum (besi), dan mineral lainnya. Ketika bahan-bahan tersebut digabung, membuat sebuah bahan yang dapat merekatkan. Makanya kita sebut ini sebagai semen purba," kata dia.
Dia mengatakan, temuan tersebut membuktikan jika peradaban masa lalu di kawasan Gunung Padang sudah maju, sehingga mampu memanfaatkan berbagai material dan mineral untuk membuat perekat. "Tentu ini membuktikan kemajuan teknologi, pengetahuan, serta ilmu arsitektur peradaban Gunung Padang," kata dia.
Ali menambahkan dalam penelitian dan pemugaran lanjutan, pihaknya akan memeriksa bagian lain untuk mengetahui pondasi mana saja yang menggunakan semen purba tersebut. "Penelitian sebelumnya hanya di titik di teras kedua. Kami akan cek apakah ada di teras lainnya atau tidak," pungkasnya.
(sud/sud)