Cerita Mahasiswa RI di Jepang Saat Alarm Tsunami Berbunyi

Cerita Mahasiswa RI di Jepang Saat Alarm Tsunami Berbunyi

Siti Fatimah - detikJabar
Kamis, 31 Jul 2025 21:45 WIB
People look on after being evacuated to a temporary tsunami evacuation site, after Japan issued evacuation alert following major quake in Russias Kamchatka Peninsula that triggered a tsunami warning, in Kushiro, Hokkaido, Japan July 30, 2025, in this photo taken by Kyodo. Kyodo/via REUTERS ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. MANDATORY CREDIT. JAPAN OUT. NO COMMERCIAL OR EDITORIAL SALES IN JAPAN.
Jepang Siaga Tsunami Akibat Gempa Dahsyat di Rusia. (Foto: via REUTERS/KYODO)
Bandung -

Langit pagi di pesisir utara Jepang mendadak terasa mencekam. Peringatan dini tsunami dari pemerintah Jepang menyebar cepat ke warga, termasuk mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh studi di Negeri Sakura.

Gelombang tsunami awal itu merupakan imbas gempa bumi dahsyat berkekuatan Magnitudo (M) 8,7 yang mengguncang lepas pantai Timur Jauh Rusia. Gelombang setinggi 30 sentimeter tercatat menerjang Hokkaido pada Rabu (30/7) pagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prima Gandhi, mahasiswa doktoral Tokyo University of Agriculture (NODAI) sekaligus Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang menceritakan bagaimana suasana siaga berlangsung sejak pagi hingga sore.

"Memang kemarin itu sempat ada peringatan yang dikeluarkan pemerintah Jepang, khususnya untuk wilayah pesisir utara seperti Hokkaido dan Iwate. Potensinya tsunami bisa sampai tiga meter," kata Prima saat dihubungi detikJabar, Kamis (31/7/2025).

ADVERTISEMENT

Namun, ketertiban warga Jepang menghadapi bencana memang tak diragukan. Menurut Prima, tidak ada kepanikan, hanya kesiapsiagaan yang berjalan sistematis.

"Jam 10.30 sampai 11.30 itu semuanya dievakuasi ke tempat yang lebih tinggi. Perkuliahan, perkantoran dihentikan. Mahasiswa dan warga di wilayah terdampak langsung bergerak," ungkapnya.

Sore harinya, sekitar pukul 16.00 waktu setempat, situasi berangsur normal. Pemerintah Jepang menarik kembali peringatan tsunami setelah memastikan bahwa kenaikan permukaan laut hanya sekitar 30-40 cm.

"Ya, tsunami memang terjadi, tapi skalanya jauh lebih kecil dari prediksi. Jadi tidak sampai merusak atau membahayakan," ujarnya.

Sementara di wilayah Tokyo dan Osaka, tidak ada evakuasi, hanya imbauan untuk tetap waspada. Aktivitas tetap berjalan, namun dengan kesiagaan tinggi.

Sebagai Ketua PPI Jepang yang menaungi lebih dari 7.314 mahasiswa Indonesia, termasuk asal Sukabumi di seluruh Jepang, Prima mengaku sudah terbiasa menghadapi situasi bencana seperti ini.

"Kita ini hidup di wilayah Ring of Fire. Jadi dari awal mahasiswa Indonesia yang studi ke Jepang memang sudah dikenalkan dengan titik evakuasi, prosedur jika gempa atau tsunami terjadi," jelasnya.

Prima menambahkan, PPI Jepang memiliki sistem komunikasi yang solid. "Kami punya grup WA, grup Line, ada 45 kampus di bawah PPI Jepang. Jadi koordinasi dengan para ketua kampus jalan terus. Kemarin juga kita komunikasi aktif dengan KBRI dan KJRI untuk memantau kondisi WNI," ujarnya.

Teknologi dan Budaya Tertib yang Menyelamatkan

Prima menyoroti perbedaan mendasar antara penanganan bencana di Jepang dengan di negara lain, termasuk Indonesia. Di Jepang, budaya tertib menjadi kunci utama.

"Di sini, sejak kecil orang diajarkan tertib. Rumah juga sudah dibangun tahan gempa. Jadi kalau ada bencana, mereka nggak panik, tahu harus ke mana," kata Prima.

Lebih mencengangkan lagi, kata dia, sistem peringatan gempa di Jepang sudah sangat canggih. "Kalau ada gempa di atas 5 SR, tiga detik sebelum gempa HP kita udah bunyi, walaupun HP-nya enggak pakai SIM card. Semua terkoneksi ke sistem nasional," tuturnya kagum.

Kini, situasi di Jepang kembali normal. Pemerintah mencabut semua peringatan, dan mahasiswa Indonesia bisa kembali melanjutkan aktivitas mereka. Meski begitu, Prima menegaskan bahwa kewaspadaan tetap harus dijaga.

"Kita harus terus belajar dari Jepang bagaimana membangun sistem mitigasi yang baik, tertib, dan berbasis teknologi. Karena bencana bisa datang kapan saja," tutupnya.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads