Cerita Menerjang Macet dari Cimahi ke Bandung, Dari Sabar Sampai Pasrah

Cerita Menerjang Macet dari Cimahi ke Bandung, Dari Sabar Sampai Pasrah

Wisma Putra - detikJabar
Selasa, 29 Jul 2025 09:03 WIB
Kepadatan arus lalu lintas di Jalan Soekarno Hatta Bandung.
Ilustrasi kemacetan di Bandung. Kepadatan arus lalu lintas di Jalan Soekarno Hatta Bandung. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Bandung -

Awan menghiasi langit Kota Bandung pagi ini. Sinar matahari pun mulai menyinari kota. Meski cuaca cukup cerah, suasana hati para pengendara di jalanan justru diselimuti keresahan. Warga yang hendak beraktivitas harus menghadapi kemacetan yang kembali melanda sejumlah ruas jalan di kota yang dijuluki Kota Kembang ini.

Pantauan detikJabar pada Selasa (29/7/2025) sekitar pukul 07.30 WIB, kepadatan lalu lintas mulai tampak di Jalan Gedebage Selatan, tepatnya sebelum perlintasan kereta api dan lampu merah (traffic light) Gedebage.

Dari arah timur, tepatnya jalur Cileunyi-Cibiru menuju Buahbatu, volume kendaraan juga meningkat. Kendaraan tertahan cukup lama di traffic light Gedebage. Arus lalu lintas didominasi oleh warga yang berangkat kerja dan orang tua yang mengantar anaknya ke sekolah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemacetan semakin terasa di Jalan Soekarno Hatta dari arah Cibiru menuju Buahbatu, terutama saat melintasi kawasan Metro Margahayu. Banyak kendaraan keluar dari permukiman dan perumahan di kawasan tersebut. Selain itu, putaran balik atau u-turn di area ini juga turut memperlambat arus lalu lintas.

Setelah melewati kawasan Metro Margahayu, lalu lintas sedikit lebih lengang. Namun, kepadatan kembali terjadi menjelang traffic light Samsat Kircon. Titik ini merupakan pertemuan arus dari empat arah, yang membuat pengendara harus ekstra sabar karena volume kendaraan meningkat tajam.

ADVERTISEMENT

Kepadatan juga terpantau di sejumlah ruas lainnya seperti Jalan Ibrahim Adjie, Flyover Kiaracondong, Jalan Jakarta, Jalan Supratman, hingga Jalan Diponegoro. Meski padat, arus kendaraan di ruas-ruas ini masih lebih lancar dibandingkan Jalan Soekarno Hatta. Di Jalan Ir. H. Djuanda, kemacetan hanya terjadi dari arah Dago Atas menuju pusat kota (Jalan Merdeka). Hal serupa terjadi di Jalan Tamansari, yang dipadati kendaraan dari arah Flyover Pasupati atau Kusumaatmadja yang juga mengarah ke pusat kota.

Bagi warga Kota Bandung, kemacetan bukan hal baru. Bahkan bagi warga luar kota yang bekerja di Bandung, macet sudah menjadi bagian dari rutinitas harian. Arif Yusri (32), seorang karyawan swasta asal Cimahi, menggambarkan kemacetan di Bandung seperti "sarapan pagi".

"Macet buat saya sudah seperti sarapan, mau nggak mau harus dimakan biar nggak lapar. Kalau nggak macet-macetan, ya nggak nyampe ke tempat kerja," kata Arif saat ditemui di Jalan Tamansari.

Arif menuturkan, setiap pagi dia harus menembus kepadatan dari Cimahi menuju Pasteur lalu melanjutkan ke pusat kota Bandung. Menurutnya, kemacetan di Jalan Gunung Batu adalah yang paling berat.

"Dari Cimahi ke Gunung Batu itu paling menguras segalanya, sabar, tenaga, semuanya. Macetnya luar biasa," lanjut Arif.

Saat ditanya soal solusi, Arif mengaku hanya bisa pasrah. Ia menyadari bahwa ruas Jalan Gunung Batu memang sempit, sementara banyak warga dari Cimahi yang bekerja di Bandung.

"Solusinya? Sabar aja sih. Jalan Gunung Batu memang akses paling dekat. Kalau lewat jalan utama Cimahi ke Bandung jaraknya lebih jauh lagi, jadi ya... sabar aja," ucapnya.

Hal senada diungkapkan Toni (27), warga lainnya. Menurutnya, kemacetan di Bandung sudah menjadi hal lumrah, terlebih banyak warga yang bepergian menggunakan kendaraan pribadi.

"Kalau semua orang ke mana-mana pakai kendaraan pribadi, ya susah lah. Macetnya gak akan kelar," ujar Toni.

Toni menilai pentingnya sistem transportasi umum yang terintegrasi dari kota-kota penyangga menuju Bandung. Ia menantikan adanya gebrakan nyata dari pemerintah.

"Angkutan umum kita masih belum memadai, belum terintegrasi seperti di Jakarta. Saya nunggu aja nih, gebrakan dari wali kota dan gubernur, supaya warga bisa beralih ke transportasi umum," pungkas Toni.




(wip/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads