Warga di kaki Gunung Salak kini hidup dalam bayang-bayang bencana. Hamparan hutan di Blok Cangkuang, Desa Cidahu, Kabupaten Sukabumi, yang dulu rimbun dan sejuk, kini berubah jadi lahan gundul diduga akibat aktivitas pembalakan liar yang telah berlangsung lebih dari dua tahun.
"Ada sekitar 70 hektare hutan, dan hampir setengahnya sekarang gundul. Diperkirakan lebih dari 15.000 batang pohon ditebang, hampir separuhnya itu (gundul)," kata Rohadi (75), tokoh masyarakat setempat, Senin (28/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pohon-pohon bernilai tinggi seperti Mangong, Damar, Saninten, Pasah, hingga Puspa ditebang tanpa ampun. Bahkan pohon Pinus dan Damar hasil program penghijauan pun ikut dilibas.
Dampaknya mulai terasa. Tiga desa yang bergantung pada aliran air dari Blok Cangkuang, yakni Desa Cidahu, Jayabakti, dan Pondokaso mengeluhkan penurunan debit air dan kualitasnya memburuk.
"Air yang dulu jernih, sekarang cepat keruh, bahkan kalau hujan sebentar. Kolam penampungan juga hanya terisi setengah," keluh Rohadi.
Selain itu, dua tahun lalu, tepatnya 6 Oktober 2022, banjir bandang melanda kawasan Pondokaso. Rohadi mengatakan, sungai Cibojong meluap, membawa lumpur dan batang pohon yang menghantam permukiman. Sungai itu sendiri mempertemukan dua aliran dari Sungai Cibogo (Cidahu) dan Cirasamala (Cicurug) yang berhulu di kawasan Blok Cangkuang.
"Akar-akar pohon yang dulu menahan air sekarang sudah membusuk. Nggak ada lagi yang menahan limpasan air hujan," ungkapnya.
Ironisnya, Rohadi menyebut, kawasan hutan ini dulunya dikelola ketat dengan status Hak Guna Usaha (HGU). Pintu masuk dijaga dan aktivitas pembalakan ilegal ditindak tegas. Kini, gerbang itu dibiarkan terbuka dan kawasan hutan menjadi lahan kosong yang diduga siap dialihfungsi untuk kepentingan komersial.
"Dulunya tertutup, sekarang terbuka. Sudah ada jalan ke dalam, katanya mau dikomersialkan," imbuhnya.
Warga RW 02 di kaki Gunung Salak mendesak Pemkab Sukabumi dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk segera turun tangan. "Kami hanya ingin Gubernur Jabar datang ke sini. Lihat sendiri bagaimana kondisi kami yang hidup dalam ancaman bencana," ujar Rohadi.
Sementara itu, Bupati Sukabumi Asep Japar juga mengaku belum mendapat laporan. Pihaknya mengaku akan mendalami terlebih dahulu dugaan pembalakan liar.
"Saya baru dengar soal penggundulan itu. Nantilah saya dalami," ucapnya singkat di Cisaat, Kabupaten Sukabumi.
(mso/mso)