Setelah sekian lama menuai keluhan dari warga, Pemerintah Provinsi Jawa Barat akhirnya mengambil langkah tegas untuk memperbaiki Jembatan Sungai Citarum Baru yang berada di ruas Jalan Raya Dayeuhkolot-Banjaran, Kabupaten Bandung. Perbaikan jembatan ini dijadwalkan dimulai pada Sabtu (26/7/2025) tepat pukul 00.00 WIB, dan ditargetkan rampung pada 6 September 2025.
Penutupan sementara jembatan selama masa perbaikan ini telah diumumkan melalui berbagai kanal, termasuk media sosial. Dalam imbauan yang beredar, masyarakat diingatkan untuk mencari jalur alternatif guna menghindari gangguan perjalanan
"MOHON MAAF PERJALANAN ANDA TERGANGGU. JEMBATAN CITARUM BARU RUAS JALAN DAYEUHKOLOT-BANJARAN AKAN DITUTUP SEMENTARA PADA TANGGAL 26 JULI 2025 PUKUL 00.00 WIB HINGGA TANGGAL 06 SEPTEMBER 2025. MOHON MENCARI JALAN ALTERNATIF LAIN," tulis imbauan resmi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proyek perbaikan jembatan ini akan ditangani oleh Dinas Bina Marga dan Tata Ruang UPTD Wilayah Pelayanan III Bandung. Selama proses perbaikan berlangsung, masyarakat yang hendak melintasi jalur tersebut-baik dari maupun menuju Banjaran-diimbau menggunakan Jalan Terusan Bojongsoang atau jalur lain yang lebih aman dan memungkinkan.
Kerusakan pada jembatan ini sejatinya sudah lama dikeluhkan. Jembatan penghubung antara Kecamatan Dayeuhkolot dan Baleendah ini mengalami retakan serius di salah satu bagiannya. Berdasarkan pantauan detikJabar pada Februari 2023, kerusakan tersebut sempat direspons dengan pemasangan jembatan bailey atau jembatan sementara yang dibangun pada tahun 2022. Namun seiring waktu, kondisi jembatan tetap mengkhawatirkan.
Jembatan sementara tersebut hanya dapat menahan beban maksimal 5 ton, sehingga kendaraan berat harus dialihkan ke jembatan lain di sebelahnya. Meski demikian, masih ada pengemudi truk yang nekat melintasi jalur tersebut, memicu kekhawatiran akan potensi keruntuhan.
Keresahan itu juga disampaikan oleh warga sekitar. Fakhrul Razi (22), pemilik toko yang berjualan di dekat lokasi, menyebut bahwa kondisi jembatan membuat masyarakat merasa tidak aman.
"Iyah yang retak itu belum dibetulin. Baru dipasang jembatan sementara aja. Tapi tetap aja takut ambruk," ujar Fahrul saat ditemui detikJabar, Jumat (10/2/2023).
Ia menambahkan, kondisi paling riskan terjadi ketika kemacetan melanda jembatan, yang berpotensi meningkatkan tekanan berlebih pada struktur yang sudah rapuh.
"Kalau macet mah ada yang maksain lewat trotoar jembatan yang retak. Terus kalau macet mah jadi berat lah mungkin jembatannya," katanya.
Menurutnya, pembatasan tonase pun sering kali diabaikan. "Ah tetap aja truk-truk gede yang lebih dari 5 ton suka ada yang nakal memaksakan lewat. Kalau roboh gimana kan," imbuhnya.
Selain kekhawatiran terhadap keselamatan, keberadaan jembatan sementara juga berdampak pada aktivitas ekonomi warga sekitar. Fahrul mengeluhkan ruang usahanya yang kini menyempit.
"Sebelum ada jembatan sementara mah bisa parkir mobil di depan toko ini. Tapi sekarang mah sulit. Makanya jadi keganggu aja," tuturnya.
Dengan dimulainya perbaikan secara menyeluruh, masyarakat berharap jembatan Citarum Baru dapat segera kembali berfungsi secara optimal, aman, dan mendukung kelancaran aktivitas warga di kawasan Bandung selatan.
(wip/dir)