Barisan bangku ganda tersusun rapi memenuhi hampir seluruh ruang kelas. Di setiap meja, siswa-siswi duduk berdampingan menyimak penjelasan guru yang memberi pemaparan materi di depan.
Ruangan untuk kelas X SMAN 1 Bandung tampak lebih ramai dari biasanya. Sebab, jumlah siswa di tiap rombongan belajar (rombel) kini lebih dari 40 orang. Meski begitu, suasana belajar tetap teratur dan kondusif.
Di kelas X-III, Muhamad Abdil Gani duduk di barisan depan. Ia berbagi meja dengan seorang temannya. Ia mengaku jumlah siswa yang lebih banyak tidak terlalu memengaruhi kemampuannya dalam menyerap pelajaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebenarnya tidak ada perbedaan signifikan. Kalau saya bisa fokus mendengarkan guru, ya nggak masalah. Walaupun duduknya sekarang kadang bertiga," katanya saat ditemui, Kamis (24/7/2025).
Meski demikian, Gani mengakui bahwa suasana belajar bisa lebih optimal jika jumlah siswa lebih sedikit. Bukan hanya soal kenyamanan duduk, tapi juga soal jangkauan guru terhadap tiap siswa.
"Kalau siswa lebih sedikit, guru bisa lebih cepat mengenali dan memahami muridnya satu per satu. Tapi sejauh ini, di kelas saya tetap tenang dan menghormati guru, jadi bisa fokus," ungkapnya.
Lain halnya dengan Rahma, teman sekelas Gani, yang mengaku merasakan dampak dari bertambahnya jumlah teman sekelas terutama dari sisi kenyamanan fisik.
"Sumpek, pengap juga gerah," ujarnya.
![]() |
Namun ia buru-buru menambahkan, kondisi tersebut tidak sampai mengganggu penyampaian materi. "Enggak (ganggu), cuma suasananya aja lebih gerah. Tapi tidak mengganggu proses belajar mengajar, penyampaian materi," kata Rahma.
Pada tahun ajaran 2025/2026 ini, jumlah siswa di tiap rombongan belajar kelas X bertambah dari semula 36 menjadi 42 hingga 46 siswa. Meski sempat memunculkan kekhawatiran, proses pembelajaran tetap berjalan seperti biasa tanpa kendala berarti.
Aam Amelia, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMAN 1 Bandung, mengatakan pihak sekolah telah mempersiapkan langkah antisipatif dengan menganalisis kapasitas masing-masing ruang kelas.
"Alhamdulillah sampai sekarang hampir dua minggu pembelajaran berjalan normal, kursi meja penuh. Kita menerapkan analisis ruang kelas," terangnya.
Menurut Aam, ruang kelas yang lebih besar menampung hingga 46 siswa, sementara ruang berukuran sedang diisi 42 hingga 44 siswa. Strategi ini cukup efektif dalam menjaga kenyamanan ruang belajar meski padat.
Guru pun menurutnya dituntut beradaptasi. Jika sebelumnya terbiasa mengajar 36 siswa, kini harus menyesuaikan metode agar pembelajaran tetap inklusif.
"Kita sebagai guru hanya adaptasi, biasanya 36 sekarang kita adaptasi dengan kondisi harus mempersiapkan metode pembelajaran yang mendukung kelas besar," ujarnya.
"Dalam penyampaian materi karena memang banyak (siswanya) selain ceramah ada teknik khusus seperti diskusi, ada berkelompok juga kita menggunakan teknologi IT," tandasnya.
(bba/orb)