Kisah hidup Fauja Singh berakhir tragis. Pelari maraton tertua di dunia itu meninggal dunia akibat tabrak lari.
Insiden mengenaskan itu dialami pria yang berusia 114 tahun di negara bagian Punjab, India pada Senin (14/7) kemarin.
Melansir detikHealth, Kepolisian India menyebut Singh tengah berjalan kaki di dekat desa Beas, tempat asalnya, ketika sebuah kendaraan tak dikenal menabraknya. Ia kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Srimann di Distrik Jalandhar, namun nyawanya tidak tertolong akibat cedera serius di bagian kepala dan tulang rusuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sedang mengidentifikasi kendaraan tersebut. Rekaman CCTV di lokasi telah dikumpulkan dan tim penyelidik telah dikerahkan," ujar Inspektur Senior Kepolisian Pedesaan Jalandhar, Harvinder Singh Virk.
Kematian Singh tak hanya meninggalkan luka dunia atletik. India pun turut berduka. Perdana Menteri India Narendra Modi memimpin penghormatan massal dan menyebut Singh sebagai sosok atlet luar biasa.
Kisah Hidup Singh
Fauja Singh lahir pada 1911 di sebuah desa di India, sebelum kemudian pindah ke London setelah kematian istri dan anaknya. Ia mulai menekuni dunia lari pada usia 89 tahun, menjadikan olahraga sebagai bentuk penyembuhan pribadi dari duka yang mendalam.
"Berlari menunjukkan kebaikan kepada saya dan menghidupkan saya kembali dengan membuat saya melupakan semua trauma dan kesedihan saya," ujar Singh dalam wawancara saat berusia 102 tahun.
Meski mulai berlari di usia senja, Fauja Singh mampu menyelesaikan sembilan maraton sepanjang kariernya. Maraton pertamanya ia ikuti hanya beberapa bulan setelah mulai berlatih. Ia mencetak rekor pribadi di ajang Toronto Waterfront Marathon 2003 dengan catatan waktu lima jam 40 menit.
Pada 2011, Singh kembali mencatat sejarah di Toronto. Ia menjadi orang pertama yang berhasil menyelesaikan maraton setelah mencapai usia 100 tahun, dengan waktu tempuh delapan jam 11 menit enam detik.
Kisah hidupnya kontras dengan masa kecilnya di India. Ia pernah tidak bisa berjalan hingga usia lima tahun akibat kelemahan pada kaki. Namun, keterbatasan itu tidak menghalanginya untuk menjadi simbol ketekunan dan semangat hidup.
Meski berbagai pencapaiannya tak pernah tercatat dalam buku Guinness World Records karena tidak memiliki akta kelahiran, Fauja Singh menerima pengakuan dari banyak pihak, termasuk surat ucapan selamat ulang tahun ke-100 dari Ratu Elizabeth II.
Perlombaan terakhir yang diikutinya adalah lari 10 kilometer di Hong Kong pada 2013, setahun setelah ia dipercaya membawa obor Olimpiade London 2012.
Fauja Singh tidak hanya menginspirasi dunia olahraga, tetapi juga menjadi teladan bahwa semangat hidup tak mengenal usia. Singh mengungkapkan kecintaannya pada sepatu lari.
"Saya sangat menyukai sepatu lari saya, saya sangat menyukainya. Saya memakainya untuk kesenangan. Saya tidak bisa membayangkan hidup saya tanpanya," katanya kala itu, dalam usia 102 tahun.
Artikel ini sudah tayang di detikHealth
(naf/dir)