Ratusan siswa SMPN 60 Bandung menjalani tahun ajaran baru 2025/2026 dengan keterbatasan. Hingga kini, sekolah tersebut belum memiliki bangunan sendiri dan terpaksa menumpang di ruang kelas SDN 192 Ciburuy, Kota Bandung.
Akibatnya, proses belajar mengajar tidak bisa berlangsung seperti biasa. Seluruh siswa SMP baru bisa masuk sekolah mulai pukul 12.00 WIB, setelah ruang kelas digunakan oleh siswa SD pada pagi hari.
Selain itu, pihak sekolah juga menerapkan sistem pembelajaran campuran antara luring dan daring karena keterbatasan ruang belajar. Secara keseluruhan, SMPN 60 Bandung saat ini memiliki 123 siswa di kelas 7, 69 siswa di kelas 8, dan 123 siswa di kelas 9.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala SMPN 60 Bandung, Dedeh Nurhayati, menyebut bahwa keterbatasan infrastruktur membuat pihaknya harus menyusun strategi belajar yang adaptif. "Untuk skenario pengaturan belajar mengajar proses KBM di tahun ajaran 2025/2026, karena kami masih terkendala dengan ruangan, kami menggunakan skenario daring-luring," ujar Dedeh saat diwawancarai, Selasa (15/7/2025).
Ia menjelaskan, siswa kelas 7 saat ini melakukan pembelajaran secara penuh di sekolah karena mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Sementara siswa kelas 8 dan 9 belajar secara bergiliran. Sebagian dari mereka hadir di sekolah, sebagian lagi mengikuti pembelajaran daring dari rumah menggunakan Google Classroom.
"Untuk mekanisme, kita sudah membuat jadwal KBM menyeluruh untuk kelas 7, 8, dan 9. Untuk pekan ini, per dua kelas daring secara bergilir. Kemarin kelas 9A dan B, hari ini kelas 9C dan D. Karena kelas 7 semua full luring untuk mengikuti MPLS," ungkapnya.
Dedeh mengatakan, pekan pertama sekolah dimanfaatkan untuk pengenalan kelas dan wali kelas baru. Untuk kelas 8, ada rotasi siswa yang juga membutuhkan penyesuaian.
"Ke depan mungkin skenario setiap hari ada dua rombongan belajar yang kami daring dulu sambil menunggu progres pembangunan dilaksanakan," jelasnya.
Meski menghadapi keterbatasan, Dedeh memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan. Ia mengakui ada tantangan dalam pelaksanaan pembelajaran daring, seperti keterbatasan perangkat belajar di rumah. Namun, sekolah sudah menyiapkan skenario antisipatif.
"Kita sekarang optimalkan teknologi dan coba komunikasi ke orang tua, walaupun mungkin saja ada kendala dari pihak siswa, misalnya soal fasilitas. Dari 32 siswa tiap rombel mungkin ada yang tidak memiliki sarana seperti handphone, laptop, dan lain sebagainya," katanya.
"Keesokan harinya saat jadwal masuk, kita data dan diberikan materi pembelajaran. Setidaknya itu yang bisa diantisipasi sementara biar anak tetap mendapat layanan. Siswa menjadi prioritas untuk mendapat pelayanan pendidikan," tambahnya.
Terkait bangunan sekolah, Dedeh menyampaikan bahwa proses pembangunan diperkirakan akan dimulai pada akhir Juli ini. Dedeh berharap pembangunan gedung SMPN 60 bisa disegerakan demi kenyamanan siswa dalam proses belajar mengajar.
"Bangunan harapan kita ya, kemarin sudah ditinjau oleh Disdik kemudian DPRD juga. Hasil koordinasi saya, kabarnya tanggal 28 Juli ini sudah akan dimulai pembangunan, baik lokal di sini maupun di lokasi baru yang full untuk SMPN 60," tuturnya.
"Yang agak kurang kondusif itu semester ini saja, mudah-mudahan semester dua bangunan selesai, anak bisa belajar lebih nyaman dan ruangnya lebih memadai," pungkas Dedeh.
(bba/sud)