Sepekan terakhir, sejumlah peristiwa terjadi di wilayah Bandung Raya. Mulai dari Persib Bandung yang menggelar latihan perdana, retaknya hubungan Wagub dan Sekda Jabar, laporan palsu pria kalah judi online hingga pasien BPJS meninggal dunia.
Berikut rangkuman berita Bandung Raya pekan ini:
1. Latihan Perdana Persib Bandung
Persib Bandung resmi memulai persiapan mereka untuk menghadapi turnamen pramusim Piala Presiden 2025. Latihan perdana digelar Senin (30/6/2025) pagi di lapangan pendamping Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung.
Sebanyak 23 pemain ikut ambil bagian dalam sesi latihan perdana ini. Sejumlah wajah baru langsung terlihat ikut berbaur bersama skuad lama, menandai awal dari era baru Maung Bandung di musim ini.
Tujuh nama rekrutan anyar Persib tampak hadir dalam latihan perdana ini, mereka ialah empat pemain asing, Berguinho, William Marcilio, Uilliam Barros dan Luciano Guaycochea. Tiga pemain lokal baru yang hadir ialah Alfeandra Dewangga, Saddil Ramdani dan Hamra Hehanussa.
Sementara tiga pemain asing baru lainnya yakni Adam Przybek, Julio Cesar dan Ramon Tanque belum hadir dalam latihan perdana ini.
Suasana latihan berlangsung santai namun tetap serius. Para pemain tampak bersemangat menjalani menu latihan fisik ringan dan penguasaan bola. Kehadiran pemain baru juga memicu semangat bersaing antar pemain untuk mengamankan tempat di tim inti.
Selain wajah baru, beberapa pemain pilar yang musim lalu jadi andalan juga terlihat hadir seperti Marc Klok, Adam Alis, Dimas Drajad, Rezaldi Hehanussa hingga penjaga gawang Teja Paku Alam.
2. Retak Hubungan Wagub-Sekda Jabar
Hubungan antara Wakil Gubernur Jawa Barat Erwan Setiawan dan Sekda Herman Suryatman kembali memanas. Erwan kali ini meluapkan kekesalannya terhadap Herman yang menurutnya telah melampaui batas kewenangan.
Diwawancarai usai menghadiri acara di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (30/6/2025), Erwan mengaku kecewa berat dengan Herman. Ia merasa tidak dihargai sebagai Wakil Gubernur, bahkan mengaku kerap tidak dilibatkan atau sekadar diberi tahu dalam agenda penting pemerintahan.
"Saya sangat kecewa, ini akumulasi dari kekecewaan saya. Beberapa kali ada pelantikan kepala dinas, jangankan dilibatkan, diberitahu saja saya tidak," kata Erwan.
Bagi Erwan, tak ada permintaan berlebihan. Ia hanya berharap mendapat informasi sebagai bentuk penghargaan terhadap posisi yang diembannya, jabatan publik hasil pilihan rakyat.
"Kan seharusnya seorang sekda itu memberitahu, minimal ngasih tahulah, Pak hari ini akan ada pelantikan, dinas ini, dinas itu. Saya tidak pernah titipan-titipan itu ini. Silakan Pak Gubernur dan Pak Sekda yang ngatur itu. Tapi minimal saya dikasih tahu. Walau bagaimanapun saya ini wakil gubernur, sepaket dipilih oleh masyarakat," tegasnya.
Lebih jauh, Erwan membantah keras klaim Herman yang menyebut sudah berkomunikasi dengannya. Ia menilai pernyataan tersebut tidak sesuai fakta karena selama ini, dirinya merasa tak pernah dihubungi oleh Herman.
"Pak Sekda sampaikan beberapa statement bahwa dia sudah ada komunikasi dengan saya. Demi Allah tidak ada sampai saat ini, tidak ada telepon atau ngajak ketemu langsung, tidak," ujar Erwan.
Kekecewaan Erwan bahkan menyentuh sejarah pribadi mereka. Ia mengungkap pernah membantu Herman mendapatkan posisi sekda di Kabupaten Sumedang, saat bupati kala itu menolak. Ia mengklaim melakukan lobi hingga tiga kali demi Herman.
"Padahal sejarahnya sebelum menjadi Sekda Provinsi Jawa Barat, beliau ada Sekda Sumedang. Ketika ingin jadi Sekda Sumedang, dia memelas tengah malam ke rumah saya. Sekarang sudah jadi sekda ke Sumedang, terus jadi sekda provinsi dia nggak ngehargai saya sama sekali. Itu yang saya sangat sayangkan. Minimal komunikasi," ucapnya.
Ketika ditanya soal kemungkinan adanya keretakan dalam struktur pimpinan Pemprov Jabar, Erwan tak menampik. Ia justru menegaskan bahwa retakan itu memang ada dan terjadi nyata.
"Memang ada keretakan, ini kenyataan. Satu lantai, saya lewat tidak pernah ada (komunikasi). Bukan tidak boleh kerja di lapangan, tetapi sekda itu kan seharusnya mengkoordinasi, rapim dengan kepala dinas bagaimana mengoordinasikan program-program yang dibuat oleh Pak Gubernur, oleh saya, bukan di lapangan," katanya.
Erwan juga mengaku kerap menjadi sasaran serangan netizen, yang menurutnya merupakan pendukung Herman. Namun ia menegaskan tak akan mundur karena yang dilakukannya demi kemajuan Jawa Barat.
"Mohon maaf, saya selama ini diserang oleh netizen-netizennya sekda, silakan serang lagi saya sekarang, saya nggak takut. Ini kenyataan, demi Jawa Barat saya nggak rela seperti ini terus," tegasnya.
Ia bahkan menyebut dirinya tidak berkepentingan mencari kekayaan dari jabatan yang ia emban. Ia ingin bekerja sesuai dengan tupoksi, tanpa konflik kepentingan.
"Terus terang saya maju di Jawa Barat ingin menyejahterakan masyarakat Jawa Barat, saya ingin kerja dengan benar, ingin benahi, bukan nyari apa-apa. Materi saya cukup dari orang tua saya juga, saya punya perusahaan dengan orang tua saya. Saya ingin benar saja kerja, sesuai dengan tupoksinya masing-masing," ucap Erwan.
3. Pengeroyokan Brutal di Sulanjana Bandung Didalangi Anak di Bawah Umur
Seorang pemuda diketahui menjadi korban pengeroyokan brutal di Jalan Sulanjana, Kota Bandung, Kamis (26/6/2025) dini hari. Dari video yang beredar di Instagram, korban yang dihajar puluhan orang tersebut tampak bersimbah darah.
Ia diketahui dilarikan ke rumah sakit karena berada dalam kondisi kritis. Ada luka sabetan senjata tajam di bagian kepala, punggung hingga organ dalamnya.
Terkait hal ini, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan angkat bicara. Ia mengatakan identitas pelaku tidak dapat diungkap karena masih tergolong anak-anak dan masuk ke dalam kategori Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH).
"Jadi karena ABH maka kita tidak bisa ekspos identitasnya, kita masih melindunginya," ungkap Farhan di Balai Kota Bandung, Selasa (1/5/2025).
Meski demikian, ia memastikan bahwa para pelaku tidak akan mengulangi tindakan brutal tersebut. "Namun kami pastikan bahwa para pelaku tidak akan mengulang lagi tindakannya yang melanggar hukum ini," ujarnya.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Budi Sartono mengatakan bahwa para pelaku pengeroyokan merupakan anak di bawah umur atau di bawah 18 tahun. Untuk itu, penanganan hukum akan terlebih dahulu dikoordinasikan dengan orang tua masing-masing.
"Kemarin setelah kita tangkap ternyata pelakunya masih di bawah umur. Jadi ABH, anak berhadapan dengan hukum. Maka dari itu nanti kami akan berkoordinasi juga dengan pihak orang tua dan lain-lainnya," ungkap Budi.
Ia memaparkan, kejadian pengeroyokan tersebut diduga dilakukan oleh kelompok bermotor. Dalam beberapa waktu belakangan, sejumlah kejadian yang melibatkan kelompok bermotor disebut marak terjadi.
Ia menyebut pihaknya telah meningkatkan intensitas patroli keamanan hingga penangkapan untuk menekan hal yang tidak diinginkan.
"Memang kemarin saya dengan Pak Wali menilai bahwa banyak kejadian-kejadian kelompok bermotor. Dan alhamdulillah dengan kita meningkatkan patroli dan juga penangkapan-penangkapan alhamdulillah sudah mulai berkurang," tuturnya.
Budi Sartono menjelaskan, enam pelaku berhasil diamankan dan keenamnya merupakan anak di bawah umur atau anak berhadapan dengan hukum (ABH).
"Jadi sementara kita lakukan pemeriksaan dan pendalaman sesuai dengan prosedur ABH atau anak berhadapan dengan hukum dan Undang-undang perlindungan anak," kata Budi kepada wartawan di Bandung, Selasa (1/7/2025).
Menurut Budi, proses hukum dalam kejadian ini akan tetap berlanjut. Budi menambahkan, keenam pelaku bukan merupakan warga Kota Bandung melainkan berasal dari Kota Cimahi.
"Tapi tetap proses akan ujarnya berlanjut dan dipastikan mereka di bawah umur dan di luar kota, dari daerah Cimahi semua," tambahnya.
4. Pasien BPJS Meninggal di RSUD Cibabat
Media sosial digegerkan video marah-marah seorang pria terhadap perawat meminta penanganan terhadap istrinya yang sedang dirawat di RSUD Cibabat, Kota Cimahi.
Dalam video yang beredar tersebut, pria yang diduga merupakan suami dari pasien tersebut meminta perawat dan dokter melakukan penyedotan cairan di dalam perut istrinya yang sudah dirawat sejak beberapa hari sebelumnya.
Namun entah apa yang terjadi, pasien tersebut akhirnya meninggal dunia. Sang suami pasien tersebut menyebut ia sudah meminta penanganan namun karena istrinya merupakan pasien BPJS tidak digubris sampai akhirnya mengembuskan napas terakhir.
'Aing tikamari ngomong sus tolong sedot itu perutnya udah penuh. Ayeuna tingali pamajikan aing kumaha ieu. Abong keneh pamajikan aing make BPJS hare-hare, beda jeng umum. Aing tikamari keneh menta tulung ka suster, sus bisa teu pangnyedotekun. Ke hela nungguan dokter. Teu narima lamun pamajikan aing teu benang ditulungan'.
Berkaitan dengan video viral tersebut, Direktur Utama RSUD Cibabat Sukwanto Gamalyono angkat bicara terkait penanganan medis pasien tersebut. Ia membantah pasien ditelantarkan.
"Kami menegaskan bahwa dugaan keterlambatan penanganan tidak sesuai dengan fakta medis yang terjadi," kata Direktur Utama RSUD Cibabat, Sukwanto Gamalyono melalui keterangan tertulis yang diterima detikJabar, Senin (30/6/2025).
Berdasarkan keterangan yang dihimpun, peristiwa tersebut terjadi 27 Juni 2025. Pasien kemudian dirawat sampai 29 Juni 2025. Namun kondisinya memburuk dan akhirnya meninggal dunia pada 29 Juni 2025.
"Kami memahami reaksi emosional dari pihak keluarga dalam situasi krisis tersebut. Namun, kami menegaskan bahwa dugaan keterlambatan penanganan tidak sesuai dengan fakta medis yang terjadi," kata Sukwanto.
Sukwanto berdalih tim tenaga kesehatan RSUD Cibabat telah bertindak cepat dan profesional. Untuk memastikan transparansi, RSUD Cibabat akan melakukan audit klinis.
"Kami sudah melakukan penanganan sesuai aturan. Kami juga akan melakukan audit terhadap seluruh proses pelayanan kepada pasien yang bersangkutan," ujar Sukwanto.
Simak Video "Video: Polisi Tangkap 6 Tersangka Baru Kasus Penjualan Bayi ke Singapura"
(bba/dir)