Ilmuan Top China Meninggal di Usia Muda, Tekanan Kerja Jadi Sorotan

Kabar Internasional

Ilmuan Top China Meninggal di Usia Muda, Tekanan Kerja Jadi Sorotan

Fino Yurio Kristo - detikJabar
Selasa, 22 Apr 2025 05:00 WIB
Abstract luminous DNA molecule. Doctor using tablet and check with analysis chromosome DNA genetic of human on virtual interface. Medicine. Medical science and biotechnology.
Ilustrasi ilmuan (Foto: Getty Images/iStockphoto/ipopba)
Bandung -

Seorang ilmuan ternama asal China, Li Haibo, meninggal dunia secara mendadak di usia yang tergolong masih muda, 41 tahun. Ia diduga meninggal akibat kelelahan akibat tekanan kerja yang tinggi.

Li merupakan profesor di Universitas Ningxia dan dikenal atas penelitian mendalamnya di bidang material nano, elektrokimia, dan material optoelektronik. Ia termasuk dalam daftar 2% ilmuan teratas dunia versi Universitas Stanford tahun 2023. Fokus penelitiannya meliputi peningkatan performa baterai lithium-ion serta teknologi desalinasi air laut.

Setelah meraih gelar PhD di bidang fisika dari East China Normal University pada 2012, Li menjalani program pascadoktoral di University of South Australia dan sempat menjadi peneliti di Singapore University of Technology and Design pada 2014. Ia bergabung sebagai dosen di Universitas Ningxia di Yinchuan pada 2013, kemudian naik menjadi profesor madya dua tahun setelahnya, dan belakangan menjabat sebagai wakil direktur pusat analisis dan pengujian universitas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama karier akademiknya, Li menerbitkan lebih dari 100 artikel di jurnal internasional dan mengantongi 16 paten di China serta satu paten di Amerika Serikat. Menurut laporan dari Jiupai News, media yang berbasis di Wuhan, ia meninggal akibat penyakit secara tiba-tiba.

Dalam salah satu pernyataannya, Li mengaku harus memanfaatkan malam hari untuk menyusun proposal pendanaan penelitian karena waktu siangnya dihabiskan untuk mengajar dan rapat. "Saya membaca lebih dari 300 artikel ilmiah China dan asing dan tidur empat hingga lima jam sehari," katanya kala itu.

ADVERTISEMENT

Dikutip detikINET dari South China Morning Post (SCMP), kasus Li memunculkan kembali sorotan terhadap kondisi kesehatan para ilmuan di China. Bulan lalu, keluarga Liu Yongfeng, ilmuan material dari Universitas Zhejiang, menulis surat terbuka usai kematian Liu di usia 47 tahun, yang mereka kaitkan dengan beban kerja yang ekstrem.

Liu mengalami pendarahan otak saat menghadiri sebuah konferensi pada 21 Januari dan wafat pada 5 Maret. Pihak keluarga menyebutkan bahwa selama kurun waktu sekitar 10 bulan, Liu bekerja selama 319 hari-jauh melebihi jumlah hari kerja resmi, yakni 183 hari.

Sepanjang tahun ini, komunitas akademik di China juga diguncang oleh beberapa laporan meninggalnya peneliti di usia empat puluhan dan lima puluhan. Di antaranya adalah Li Zhiming (50), profesor dari fakultas arsitektur lanskap Universitas Kehutanan Nanjing; Yang Bingyou (54), wakil presiden Universitas Pengobatan Tiongkok Heilongjiang; serta Zhang Jinlei (46), profesor madya Universitas Aeronautika Zhengzhou yang meneliti sejarah opera Tiongkok serta sastra dan budaya.

(fyk/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads