Sekretaris Komisi V DPRD Jawa Barat Muhammad Jaenudin menyoroti aksi represif aparat terhadap mahasiswa yang melakukan demonstrasi. Ia menegaskan bahwa pelaku kekerasan terhadap demonstran harus diusut tuntas.
Diketahui, seorang mahasiswa Institut Madani Nusantara (IMN) berinisial MZ (21) mengalami luka dalam aksi demonstrasi di depan DPRD Kota Sukabumi pada Senin (24/3/2025). Ia mengalami patah tulang hidung dan harus dioperasi.
Jaenudin mengungkapkan bahwa kasus ini mendapat perhatian khusus dari Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. Oleh karena itu, ia bersama Ketua DPC PDIP, Wakil Ketua DPRD Kota Sukabumi, dan perwakilan lainnya ditugaskan untuk menjenguk korban yang dirawat di RSUD R. Syamsudin, Sukabumi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berharap korban bisa pulih dan normal kembali. Kami juga sudah berbicara dengan Wakil Direktur RSUD, insyaallah biaya pengobatan akan kami bantu sebaik-baiknya," ujar Jaenudin, Rabu (26/3/2025).
Lebih lanjut, ia meminta agar kejadian serupa tidak terulang. "Kami berpesan kepada teman-teman mahasiswa agar tetap semangat menyampaikan ide dan gagasannya. Namun, di sisi lain, kami juga meminta aparat untuk tidak bertindak arogan dan represif," tambahnya.
Terkait adanya laporan mahasiswa yang sempat hilang pasca-aksi, Jaenudin memastikan bahwa mereka sudah kembali ke rumah masing-masing. "Awalnya sempat hilang semalam, tapi alhamdulillah sudah pulang. Kami harap kejadian seperti ini tidak terulang lagi," katanya.
Jaenudin juga mengakui bahwa dalam insiden ini, ada anggota kepolisian yang terluka dan sedang menjalani perawatan. Namun, ia menegaskan bahwa tetap harus ada evaluasi terhadap tindakan aparat di lapangan.
"Tadi sudah dibahas dengan Bu Kapolres, dan diharapkan ada pembinaan bagi aparat yang bertindak di luar SOP. Kami juga berharap ada langkah hukum yang tepat, karena tim lawyer sudah bergerak menangani kasus ini," jelasnya.
Selain itu, DPRD Jabar meminta agar sinergi antara penegak hukum dan pemerintah tetap terjaga demi kondusivitas di lapangan. Pihaknya juga akan terus mengadvokasi isu-isu yang berkembang, termasuk kemungkinan mengajukan judicial review terhadap regulasi UU TNI yang menjadi pemicu aksi demonstrasi ini.
"Beberapa elemen masyarakat sipil sedang mengajukan judicial review. Kita harap semuanya berjalan lancar," katanya.
Keluarga Sesalkan Sikap Aparat
Sementara itu, keluarga menyesalkan tindakan aparat yang dinilai berlebihan dalam menangani massa.
Heri AR (50) selaku ayah korban mengatakan, Zaki sempat dibawa ke rumah sakit setelah mengalami luka serius. Saat ini, ia sudah menjalani operasi dan tengah masa pemulihan.
"Alhamdulillah sekarang sudah agak mendingan. Kemarin juga sudah disampaikan ke Kapolres, sekitar jam 4 sore dibawa pulang, lalu jam 6 pihak Kapolres datang lagi untuk melihat kondisinya," kata Heri di RSUD Syamsudin SH, Rabu (26/3/2025).
Terkait biaya pengobatan, pihak keluarga mengonfirmasi bahwa seluruh biaya telah ditanggung oleh anggota DPRD Kota Sukabumi. Pada kesempatan itu, Heri menyampaikan kekecewaannya atas tindakan represif yang menyebabkan anaknya terluka.
"Operasi sudah selesai kemarin jam 4. Saya sangat menyesalkan perbuatan aparat seperti ini. Anak saya dan teman-temannya mungkin hanya ingin menyampaikan aspirasi, tapi malah mengalami kekerasan," ujarnya.
Zaki diketahui merupakan mahasiswa PAI (Pendidikan Agama Islam) di Institut Madani Nusantara yang juga aktif di organisasi Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Menurut keluarganya, Zaki dikenal sebagai anak baik dan berasal dari lingkungan pesantren.
"Dia sebenarnya santri, dulu masuk kuliah juga karena ingin belajar lebih jauh. Awalnya juga dia nggak mau berangkat demo, mungkin karena banyak kerjaan. Tapi akhirnya ikut juga, katanya dibawa massa," ungkapnya.
Sebelum berangkat aksi, Zaki disebut dalam kondisi kurang fit karena kurang tidur dan kelelahan. Kini, pihak keluarga berharap agar laporan kekerasan terhadapnya dapat diproses secara hukum. Mereka juga meminta adanya evaluasi agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
"Ini kan bukan aksi anarkis, mereka hanya ingin menyampaikan aspirasi. Harusnya tidak terjadi kekerasan seperti ini. Semoga ada tindakan tegas dan keadilan bagi para korban," ucap dia.
Pihak RS Ungkap Kondisi Terkini
Plt Direktur RSUD Syamsudin SH, Yanyan mengungkapkan kondisi terkini massa yang terluka saat demonstrasi. Dia mengonfirmasi bahwa kondisi Zaki sudah membaik pascaoperasi dan diperkirakan bisa pulang dalam dua hingga tiga hari ke depan.
"Zaki dirawat di ruang Teratai Bawah. Kemarin sudah dilakukan operasi dengan diagnosis fraktur os nasal atau patah tulang hidung. Rencananya, besok tampon hidungnya akan dibuka. Biasanya, dalam dua sampai tiga hari pascaoperasi, pasien sudah bisa pulang," ujar Yanyan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan lebih lanjut, Zaki tidak mengalami cedera kepala maupun trauma toraks. "CT scan kepala menunjukkan tidak ada cedera, begitu juga dengan hasil foto toraks. Jadi, kondisi yang dialami hanya patah tulang hidung, yang sudah ditangani dengan operasi oleh dokter THT," tambahnya.
Saat ini, kesadaran Zaki dalam kondisi baik dan ia cukup kooperatif dalam menjalani perawatan. Namun, ia masih menggunakan tampon hidung sebagai bagian dari pemulihan pascaoperasi.
Terkait biaya pengobatan, hingga hari ini total biaya perawatan telah mencapai sekitar Rp7 juta dan diperkirakan akan mencapai Rp10 juta hingga pasien diperbolehkan pulang.
"Kasus seperti ini tidak dijamin oleh BPJS, sehingga beberapa anggota dewan berinisiatif menanggung biaya perawatan agar pasien tidak terbebani dan rumah sakit tidak dirugikan," jelasnya.
Setelah diperbolehkan pulang, Zaki tetap harus menjalani kontrol rutin di poli THT. "Biasanya, kontrol dilakukan sekitar satu minggu pascaoperasi. Kemungkinan setelah Lebaran, pasien akan kembali untuk pemeriksaan lanjutan. Jika tidak ada efek samping, kemungkinan besar sudah sembuh total," tutupnya.
(yum/yum)