Momen lebaran tahun 2025 tak seindah yang dibayangkan bagi para penjahit pakaian di kawasan Kosambi, Kota Bandung. Pendapatan mereka jauh menurun ketimbang momen lebaran tahun lalu.
Itulah yang dirasakan Kodim. Pria 42 tahun yang membuka lapaknya di Jalan Ahmad Yani atau Kosambi tersebut merasakan 'pukulan' berat di momen lebaran tahun ini.
Warga Cirata, Kabupaten Purwakarta tersebut mengaku saat ini tak banyak masyarakat yang menggunakan jasanya untuk memotong celana, reparasi pakaian yang membuat pendapatannya berkurang drastis
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berkurang, tahun kemarin harga potong celana Rp10 ribu per potong, tapi sehari bisa dapat Rp900 ribu, 90 potong," kata Kodim saat berbincang dengan detikJabar, Rabu (26/3/2025).
"Sekarang harga potong naik jadi Rp15 ribu, tapi cuman dapat Rp350 ribu, berkurangnya berapa persen tuh," tambah Kodim yang sudah mangkal selama dua tahun di tempat tersebut.
Entah apa yang terjadi hingga pendapatannya menurun tahun ini. Padahal menurutnya, kenaikan harga potong celana masih dalam batas wajar.
"Turun, aneh, drastis banget. Kalau alasan harga otong naik, soal harga ikutin harga nasi goreng, kemarin Rp10 ribu, sekarang harga nasi goreng Rp15 ribu ya, sama," ujarnya.
Dia menduga penghasilannya turun juga disebabkan minat masyarakat untuk berbelanja juga turun. Sebagai contoh, Kodim membuka lapak di dekat toko celana, namun yang datang berbelanja tak sebanyak tahun-tahun sebelumnya.
"Ya berpengaruh, sekarang kebanyakan dari luar, di sini gak banyak. Biasanya yang mengantre 5 orang, seorang tiga potong, kebayang kan berapa," tuturnya.
Tak hanya Kodim yang bernasib buruk. Dindin pun demikian. Tak banyak warga yang menggunakan jasanya untuk memotong celana.
"Kalau sama tahun kemarin jauh, ini mah seperti hari-hari biasa. Bukan ngehilang-hilang, tapi ini memang kenyataan, penghasilan hanya lebih sedikit dari hari biasa," terangnya.
Kendati demikian, Dindin masih menyimpan asa untuk bisa laris meski lebaran tinggal menghitung hari. Dia berharap mendekati lebaran, banyak warga berbelanja dan menggunakan jasanya untuk memotong pakaian.
"Masih ada beberapa hari lagi, semoga yang datang banyak. Uangnya buat dibawa ke kampung," ujar Dindin yang merupakan warga Garut.
(wip/dir)