Detik-detik Banjir Bandang Hantam Rumah Warga KBB Jelang Buka Puasa

Detik-detik Banjir Bandang Hantam Rumah Warga KBB Jelang Buka Puasa

Whisnu Pradana - detikJabar
Minggu, 16 Mar 2025 08:45 WIB
Rumah warga rusak parah diterjang banjir di KBB
Rumah warga rusak parah diterjang banjir di KBB (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar)
Bandung Barat -

Masroni (66) terlihat sedang menjemur surat-surat berharga miliknya yang basah setelah rumahnya diterjang banjir setinggi dua meter pada Sabtu (15/3/2025) sore.

Rumahnya di Kampung Guha Mulya, RT 01/14, Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) jebol akibat luapan Sungai Cimeta. Karena berada di bantaran sungai, rumahnya terdampak paling parah untuk kedua kalinya.

Kerusakan paling signifikan terjadi di bagian belakang rumah Masroni. Kamarnya kini terbuka karena tembok bagian belakang tersapu banjir. Seluruh perabotan di rumahnya tidak ada yang bisa diselamatkan, sementara lumpur masih mengotori setiap sudut rumah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Habis semua, enggak ada yang bisa diselamatkan. Surat-surat ini pun hanya sebagian yang berhasil diamankan. Rumah rusak parah, enggak bisa ditinggali," kata Masroni saat ditemui, Minggu (16/3/2025).

Ia bercerita, saat banjir tiba-tiba menerjang dari bagian belakang rumah, ia segera menyelamatkan anaknya. Setelah itu, ia kembali masuk ke dalam rumah untuk menyelamatkan barang yang masih mungkin diselamatkan.

ADVERTISEMENT

"Kejadiannya sekitar jam 4 sore, saat persiapan buka puasa. Banjir naik dengan cepat, saya langsung naik ke para (loteng), soalnya arusnya juga deras. Setelah agak surut baru saya turun," jelas Masroni.

Rumah warga rusak parah diterjang banjir di KBBRumah warga rusak parah diterjang banjir di KBB Foto: Whisnu Pradana

Kerusakan rumahnya akibat banjir serupa pada tahun 2024 lalu belum sepenuhnya diperbaiki, dan kini justru makin parah. Ia berharap ada bantuan untuk memperbaiki rumahnya.

"Tahun lalu juga cuma bisa saya perbaiki sedikit demi sedikit, sekarang malah makin parah. Mudah-mudahan ada bantuan, soalnya saya enggak punya uang untuk memperbaiki sendiri," ujarnya.

Warga lainnya, Dayat Hidayat (58), juga menjadi korban banjir tersebut. Rumahnya rusak parah tersapu arus air yang deras. Saat ini, ia berusaha menyelamatkan sebagian perabotan yang masih bisa digunakan.

"Yang bisa diselamatkan dibawa. Kalau barang elektronik pasti rusak semua. Yang terpenting kemarin adalah menyelamatkan diri dulu, alhamdulillah enggak ada korban jiwa," kata Dayat.

Berdasarkan data Desa Nyalindung, banjir tersebut menerjang dua kampung, yakni Kampung Cibarengkok Jaya dan Kampung Guha Mulya. Saat ini warga sedang berjibaku membersihkan sisa-sisa banjir.

"Sekarang warga sedang bergotong-royong membersihkan dampak banjir kemarin. Kami juga sedang mendata total kerusakan," ujar Sekretaris Desa Nyalindung, Asep Hidayat.

25 Rumah Rusak

Dampaknya tak tanggung-tanggung, 25 rumah rusak parah dihantam arus air yang meluap dari Sungai Cimeta. 42 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 144 jiwa terdampak hingga sebagiannya mesti mengungsi ke rumah kerabat gegara rumahnya tak bisa ditinggali lagi.

"Update terakhir, total rumah rusak itu ada 25 unit, 1 sekolah terendam, dan 4 jembatan rusak. 144 jiwa terdampak hingga harus mengungsi," kata Sekretaris Desa Nyalindung, Asep Hidayat saat ditemui, Minggu (16/3/2025).

Asep mengatakan rumah yang rusak itu rata-rata berada di bantaran sungai. Tak pelak kerusakan parah, mulai dari tembok jebol hingga ada rumah yang ambruk sepenuhnya.

"Rumah-rumah itu sebetulnya ada yang baru diperbaiki oleh anggaran dari Disperkim KBB dan oleh pribadi juga karena banjir tahun lalu. Jadi ini banjir terparah setelah banjir tahun 2024, sama di bulan Ramadan juga," kata Asep.

Asep mengatakan pihaknya mengajukan agar rumah-rumah warga di bantaran sungai tersebut untuk direlokasi. Sebab potensi banjir bandar serupa bakal terus mengintai.

"Kami minta warga berpikir ulang, kalau di sini bisa kebanjiran lagi. Jadi kami juga minta solusi terbaik ke pemda supaya warga kami aman. Kami punya tanah desa, tapi kesepakatan warga mau atau enggak direlokasi. Mungkin nanti akan dibahas supaya dikaji soal kemungkinan relokasi," kata Asep.

Banjir yang menerjang pada bulan Ramadan tahun ini, kata Asep, merupakan banjir terparah yang pernah terjadi. Ketinggian air mencapai 2 meter sehingga merendam rumah warga.

"Ini yang terparah, karena tahun lalu enggak sampai seperti ini. Selain rumah kan ada jembatan yang rusak, kita ajukan untuk segera diperbaiki karena ini akses warga, sekarang cuma bisa jalan kaki, untuk motor belum bisa lewat," kata Asep.




(tya/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads